Ilustrasi--Antara/Joko Sulistyo
Ilustrasi--Antara/Joko Sulistyo

AirAsia QZ8501 Hilang

Tokoh Masyarakat Lokal Minta Basarnas Libatkan Kaum Pesisir

Yahya Farid Nasution • 04 Januari 2015 17:40
medcom.id, Kotawaringin Barat: Proses pencarian jenazah dan bangkai pesawat Air Asia QZ8501 telah memasuki hari kedelapan. Dari 162 kru dan penumpang yang hilang, baru 33 jenazah yang ditemukan oleh 62 kapal yang terdiri dari Tim SAR gabungan, serta pihak asing membantu proses pencarian ini.
 
Pangeran Muasjidinsyah dari Kesultanan Kutaringin meminta kepada Badan SAR Nasional (Basarnas) sebagai leading sector Tim SAR Gabungan untuk melibatkan masyarakat, terutama masyarakat Kalimantan Tengah yang tinggal di pesisir di sekitar lokasi Pesawat QZ8501 jatuh.
 
"Jangan lupa dengan jasa para nelayan. Mereka juga rakyat Indonesia. Mereka ini juga lahir dan mencari penghidupan di laut. Kenapa tidak dilibatkan," kata Muasjidinsyah kepada Media Indonesia di kediamannya, Istana Kuning, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu (4/1/2015).

Selain itu, Pangeran yang biasa dipanggil Ama menuturkan, dalam upaya pencarian korban dan badan pesawat di kawasan Teluk Kumai, ia menyarankan agar tidak melupakan adat istiadat yang ada di Kalimantan, terutama yang kerap menggunakan ritual adat disetiap kegiatan.
 
"Kesemuanya harus seimbang, teknologi, religi dan doa, juga adat istiadat. Mudah-mudahan kalau semua cara sudah dicoba, badan pesawat dan seluruh jenazah bisa ditemukan," harap dia.
 
Hal itu diungkapkan, sebab sejak hari pertama pencarian, tim SAR selalu mengeluh kesulitan dengan cuaca buruk yang ternyata kerap tidak sesuai dengan hasil ramalan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Ini kearifan lokal yang harus tetap dijaga. Tapi bukan berarti saya tidak ingin operasi dari tim Indonesia sukses," papar dia.
 
Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar pun angkat bicara. Dia mengaku telah meminta kepada kelompok nelayan tradisional yang berasal dari pesisir Teluk Kumai untuk membantu proses pencarian. Berangkat pada Sabtu dini hari 3 Januari 2015, dengan tiga kapal nelayan ukuran besar yang bisa menahan laju gelombang kuat di tengah laut. Masing-masing kapal terdiri dari lima orang. Para nelayan ini memiliki misi mencari puing dan badan pesawat menggunakan adat ritual.
 
"Mereka bukan orang biasa. Bahkan biasa menyelam di kedalaman 50 meter. Mereka sering menimbulkan kapal besar yang tenggelam. Saya meyakini mereka untuk bisa menemukan badan pesawat," ujar Ujang.
 
Menurut Ujang, upaya perlu dilakukan melalui ritual yang dipercayai oleh kaum adat pesisir untuk menemukan jenazah dan puing pesawat nahas itu. "Di laut ada makhluk yang menjaga. Jadi mereka meminta izin agar yang menjaga laut membantu menemukan badan pesawat Air Asia QZ8501," ungkap dia.
 
Ujang menuturkan, sebelum menyelam, para nelayan me-larung. Prosesi adat setempat berupa upacara ritual memberi makan penguasa laut dengan sesaji berupa telur dan beras kuning yang ditebar di laut, ayam kampung yang dirabun, gaharu serupa dupa dan tembakau linting yang ditaruh di suatu tempat.
 
"Saya pernah punya pengalaman, kapal tongkang saya yang karam naik diatas lumpur. Saya coba tarik menggunakan tugboat pakai tali sleink yang terbuat dari baja. Tapi tidak bisa. Setelah dibantu mereka, lalu ritual, ternyata enteng banget dan langsung meluncur kapal saya. Masyarakat semua juga tahu," tutur dia.
 
Dandim 1014 Letkol (Inf) Suparman mendatangkan seorang warga dari Sungai Umbang, Asri Izam yang dianggap punya kemampuan tidak umum untuk membuka tabir yang disebut menyembunyikan badan pesawar AirAsia.
 
"Itu (lokasi pesawat) masih tertutup. Namanya alam, ada yang gaib. Harus percaya. Makhluk gaib juga ciptaan Allah," kata Suparman.
 
Menurut Suparman, pengetahuan masyarakat lokal tidak boleh diremehkan. Apalagi, masyarakat lokal yang berhasil memberikan informasi tentang dugaan lokasi jatuhnya pesawat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan