Chairman Tahir Foundation, Tahir berbicara mengenai makna Imlek. (Foto: Medcom.id).
Chairman Tahir Foundation, Tahir berbicara mengenai makna Imlek. (Foto: Medcom.id).

Tahir Berbicara Imlek dan Tradisi Indonesia

Harianty, Maggie Calista • 04 Februari 2019 13:40
Jakarta: Hari Raya Imlek sangat spesial untuk warga Tionghoa. Sosok seperti Tahir yang merupakan salah satu pengusaha sukses di Indonesia, menilai Imlek memiliki makna tersendiri bagi dirinya.
 
Medcom.id, pada 23 Januari menyambangi sosok yang terkenal dengan kegiatan filantropinya ini. Dia menjelaskan apa arti dan makna imlek baginya dalam menjalani kehidupan selama ini.
 
Salah satu yang menjadi perhatian dari Tahir adalah Imlek yang menurutnya tidak perlu dijadikan sebagai tempat memamerkan suatu tradisi. Ini terkait juga dengan nasionalisme
sebagai warga negara Indonesia, berikut wawancaranya:

Apa persiapan anda dalam menyambut Imlek apa? ada rencana spesial apa di Imlek tahun ini?
 
Saya tidak ada yang spesial, Saya anggap itu hari libur, kebetulan itu memang tradisi dari orang keturunan Tionghoa, maka Saya manfaatkan kesempatan itu untuk reuni keluarga. Kebetulan Ibu saya masih hidup, jadi sudah wajar silahturahmi ke ibu, sungkem sama ibu mengucapkan terima kasih kepada ibu yang selama ini telah merawat Saya.
 
Sebenarnya di tahun politik ini dan kondisi sedang panas, jadi apa perbedaan Imlek tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya?
 
Saya selalu mengimbau kepada masyarakat Tionghoa, Imlek jangan dibuat sebagai tempat untuk memamerkan suatu tradisi, padahal kita sudah menjadi warga negara Indonesia. Tradisi kita ya tradisi Indonesia, hanya kesempatan ini dibuat suatu silaturahmi itu bagus, tapi kalau dirayakan secara besar-besaran, saya adalah orang yang tidak setuju.
 
Apakah itu juga menjadi panduan anda dalam menjalankan bisnis anda? tradisi atau prinsip Tionghoa apa yang menjadi panduan anda selama ini?
 
Saya kira banyak filosofi Tionghoa dengan filosofi Jawa itu sama, misalnya kerja keras, harus jujur, berbakti kepada orangtua, that also the culture (ini juga menjadi budaya) daripada Indonesia, culture (budaya) ini sangat kental, di Indonesia juga di Tiongkok, saya kira ada persamaan, tidak banyak perbedaan.
 
Tantangan yang akan dihadapi tahun ini , terutama dalam bisnis bagaimana menurut Anda?
 
Saya kira pemerintah telah meletakkan fondasi yang baik. Artinya ada lima hal yang pemerintah sudah kerjakan, satu modernisasi agrikultur. Kedua peningkatan kualitas produk televisi melalui buruh kita melalui vocational education (Pendidikan vokasi) atau melalui kurikulum untuk meningkatkan kualitas.
 
Ketiga adalah bagaimana mengelola kelautan Indonesia. Kekayaan berapa ratus miliar di bawah laut dikelola dengan baik dan sudah dikelola sejak dulu oleh Bu Susi (Pudjiastuti), Keempat bagaimana menata kembali sumber daya alam, ini penting, ditata kembali dengan baik, mana yang perlu dijadikan prioritas ditingkatkan. Kelima adalah tourism, ini adalah kekayaan juga karena kita diberikan scenery (pemandangan) yang bagus, maka infrastruktur dibuat, kalau tidak ada infrastruktur maka akan susah menjangkau tempat wisata. Lima hal ini yang sudah dikerjakan oleh Bapak Jokowi.
 
Tidak hanya bisnis, Anda dikenal sebagai salah satu filantropi terkenal yang membawa nama harum Indonesia, Anda juga pernah ke Yordania dan membantu pengungsi Palestina, tahun ini apakah ada rencana khusus dalam momentum imlek ini?
 
Membantu orang kurang beruntung tidak berdasarkan momentum, tidak event, dalam satu keberlangsungan, kontinuiti, jadi itu dilakukan selama hidup kita, selama kita mampu, selama kita masih bernafas. Jadi Saya tidak melihat event-eventnya, atau kasus-kasusnya, jadi artinya di dalam negeri juga ada kasusnya, ada Lombok , Palu , sekarang di Banten, jadi terus ada, intinya filantropi adalah sebuah komitmen, bukan suatu momentum, komitmen yang harus dijalankan, merupakan suatu aktivitas bahagia dari hidup kita,
 
Sebagai keturunan Tionghoa apa yang Anda inginkan untuk kemajuan Indonesia, dan apa yang bisa Anda  lakukan untuk mewujudkan itu?
 
Kita sebagai keturunan Tionghoa tidak bisa, tidak berhak untuk memilih, saya lahir di keluarga yang miskin, orangtua saya adalah keturunan Tionghoa, saya tidak bisa memilih itu, itu sepenuhnya wilayah daripada Di Atas (Tuhan YME). Tapi ada hal yang bisa saya pilih, yaitu mengabdikan diri kepada negeri  ini yang telah melahirkan dan membesarkan, saya ingin berbakti kepada masyarakat indonesia ini, saya telah menjatuhkan pilihan itu, saya sebagai warga negara indonesia asli, ‘perilaku cinta bumi Indonesia’  itulah pribumi.
 
Anda meluangkan waktu untuk keluarga disetiap tahunnya saat Imlek?
 
Saya dibentuk empat pilar, ibadah, keluarga karir, kerja sosial, dan itu tidak bisa diotak-atik dipisahkan dan sudah mendarah daging. Itu pembentukan manusia bernama Tahir, artinya waktu saya kerja, saya bisa kerja yang baik, contoh yang sangat nyata, kalau anda baca sosmed yang baru terjadi ini ada bayi lahir 14 hari, ususnya di luar, lalu saya diberitahu, saya carter pesawat lalu saya bawa ke singapura, 230 juta rupiah.
 
Sampai di singapura saya menjadi guarantor (penjamin biaya perawatan di) rumah sakitnya, dan saya datang ke Singapura, saya lihat bayi ini. Setelah saya lihat dua jam kemudian  meninggal artinya apa, kan saya bukan hari libur, saya masih bisa ke Singapura melihat bayi ini. Artinya pekerjaan, ibadah, sosial, keluarga, karir tidak bisa dipisahkan, tidak bisa dibilang jam ini untuk istri saya, jam ini untuk pekerjaan, jam ini untuk ibadah, jam ini kerja sosial.
 
Ada saran apa untuk anak muda sekarang, apalagi banyak yang diluar negeri, namun tidak bisa pulang saat Imlek dan berkumpul dengan keluarga?
 
Pendidikan kepada anak yang terbaik adalah interaksi keluarga menjadi modal kasih kita, anak dari kecil, hubungan ayah dan ibunya bagaimana, hubungan ayah terhadap neneknya, hubungan ayah terhadap saudara-saudaranya. Interaksi manusia adalah yang paling tertinggi yang kita berikan.
 
Kalau anak melihat bapaknya memukul istrinya, bapaknya maki-maki istrinya, bapaknya tidak sopan dengan ibunya, walaupun disekolahkan di Harvard, Stanford, itu semua akan ‘waste (sia-sia) tidak ada gunanya, pendidikan yang terbaik diberikan kepada anak adalah interaksi keluarga. Sebagai seorang suami dan ayah ‘Have to be very very careful’ (harus sangat hati-hati) , karena interaksi di rumah dilihat oleh anak, dan menjadi suatu pembentukan, ‘that's important(itu sangat penting).
 
Imbauan untuk anak muda sekarang?
 
You have to show your great apreciation to your parents (Anda harus memperlihatkan rasa hormat kepada orangtua) karena sumber daripada Anda. Anda menjadi hebat asal-usul anda tetap adalah dari orangtua, jadi berbakti kepada orangtua merupakan kultur Indonesia yang sangat filosofis dan juga menjadi kultur orang Tiongkok. Hanya sekarang dunia sudah mulai pudar, anak sudah tidak terlalu baik lagi pada orangtua, makanya di sosmed banyak cerita anak kurang ajar. Menurut saya, kalau anak itu kurang ajar, kualat.
 
Adakah obsesi yang belum terpenuhi?
 
Ini filosofis, Waktu Anda lahir, Anda segera dapat status baru, yaitu anak dari sebuah keluarga, ada kewajibannya, ‘You have to be good to your parents (Anda harus bersikap baik kepada orangtua). Waktu Anda masuk sekolah, Anda dapat status baru, sebagai sebuah murid dari sebuah sekolah, dan Anda harus belajar yang baik. Waktu Anda nikah, Anda dapat status baru, seorang istri (atau suami) , "You have to be good wife (or husband) to your family (Anda harus menjadi istri atau suami yang baik bagi keluarga)".
 
Waktu Anda lahirkan anak, Anda ada status baru lagi, sebagai ibu (atau suami) dari seorang anak, ‘You have to be good mother (or father) (Anda harus menjadi ibu atau ayah yang baik). Menurut saya, tiap status membawa tanggung jawab, laksanakanlah tanggung jawab jangan hanya ambil statusnya.
 
Jadi kalau saya sekarang di Indonesia, orang-orang sudah tahu dengan asal-usul saya adalah asosiasi yang sangat humble (rendah hati), minimlah, hari ini kan saya oke, artinya ‘I have to give it back to my people or Indonesia, society, country, my family, my church(Saya harus memberikan kembali kepada rakyat Indonesia, kepada masyarakat, keluarga dan gereja saya). Saya bukan filantropis, saya tidak mampu menyandang suatu titel baru, namun saya ingin kerja baik, dan mengembalikan apa yang saya dapat.
 
Harapan di tahun baru Imlek ini?
 
Saya harapkan rakyat Indonesia hidup lebih sejahtera, Pak Jokowi bisa terpilih kembali, negara bisa maju, kita tidak hanya memikirkan diri sendiri pikirkanlah banyak orang karena di tempat sana, tidak terlalu jauh. Masih banyak orang yang kurang beruntung, jadi perhatikanlah sekitarmu, kalau punya kapasitas lebih mungkin lebih luas lagi, tidak hanya di RT/RW mu, tapi kotamu, atau di wilayahmu, bahkan di negara Indonesia secara kesatuan, be a good man! (Jadilah manusia baik!).
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan