Jakarta: Sistem pengelolaan sampah yang baik harus dibarengi dengan kesadaran memilah sampah oleh masyarakat agar pencemaran lingkungan dapat dicegah.
Dengan memisahkan sampah sebelum dibuang, dapat mencegah penumpukan sampah. Sampah yang telah dipilah pun dapat dipisahkan antara yang dapat didaur ulang dan tidak.
Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan secara konsisten. Pemerintah tak bisa hanya sendiri dalam mengedukasi masyarakat. Dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak.
"Memang persoalan ini harus diselesaikan dari hulu ke hilir. Semua stakeholder harus bersatu, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha, maupun masyarakat," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (B3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, pada program Newsline, Metro TV.
Salah satu pihak yang turut membantu pemerintah dalam meningkatkan kesadaran memilah sampah ialah relawan pada kegiatan peringatan World Cleanup Day (WCD). Kegiatan aksi bersih dan memilah sampah dari rumah menjadi pengingat bahwa persoalan sampah belum tuntas.
Terkait pemilahan sampah, Rosa mengatakan sebenarnya upaya tersebut merupakan hal yang mudah. Langkah pertama, setiap orang harus mampu mengenali jenis sampah, yaitu organik, anorganik, dan beracun.
Kemudian, setiap orang mesti menyediakan beberapa tempat sampah untuk mengelompokkan berdasarkan jenis sampah. Sampah plastik ditempatkan di wadah pembuangan sendiri. Begitu juga dengan sampah makanan ditempatkan di wadah terpisah.
Di antara jenis sampah, terdapat sampah plastik yang bisa didaur ulang. Misalnya, polyethylene terephthalate (PET). Plastik ini sering digunakan untuk botol dan gelas kemasan. Sampah jenis ini bisa langsung disetor ke bank sampah dan memberikan nilai ekonomis kepada masyrakat.
Yang menjadi tantangannya di sini ialah memastikan pengelolaan sampah secara berkelanjutan dapat berjalan maksimal setiap hari. Dalam arti, ketika sudah memilah sampah, jangan sampai sistem pengangkutannya masih dicampur menjadi satu. Di sini, memaksimalkan peran bank sampah menjadi kuncinya.
"Memang kami dorong bank sampah dapat berkembang dan bisa hadir di setiap kelurahan. Dengan menyetor sampah ke bank sampah, masyarakat bisa mendapatkan nilai ekonomis dan perusahaan daur ulang bisa mendapatkan bahan baku," ujarnya.
Upaya untuk memilah sampah yang bisa didaur ulang, lalu digunakan sebagai bahan baku dasar untuk kebutuhan industri ulang merupakan alur yang disebut sebagai sirkular ekonomi. Pada prinsipnya, sirkular ekonomi membatasi timbunan sampah dengan memanfaatkan sampah tersebut menjadi nilai ekonomi dengan sumber daya yang terjaga.
"Jadi, bagaimana sampah ini tidak terbuang. Namun dapat dipakai kembali, didaur ulang kembali. Misalnya, sampah yang basah bisa digunakan untuk kompos," kata Rosa.
Menurutnya, prinsip sirkular ekonomi berbeda dengan prinsip linear yang diikuti oleh beberapa perusahaan, di mana bahan bakunya hanya sekali pakai. Lalu dibuang kembali.
WCD 2020 Dorong Masyarakat Mau Memilah Sampah
Sejalan dengan upaya mengajak masyarakat memilah sampah dari rumah, rangkaian WCD 2020 ini mengambil tema Pilah Sampah dari Rumah. Pemilihan tema tersebut dinilai cocok mengingat situasi saat ini mengharuskan setiap orang di rumah saja untuk memutus penyebaran virus covid-19.
Peringatan WCD jatuh setiap 21 September. Namun, rangkaian kegiatan ini berlangsung pada 13 hingga 19 September 2020. Sekitar lebih dari lima juta relawan terlibat untuk memilah sampah yang ada di rumah atau perumahan. Kemudian membawanya ke pusat pengolahan sampah terdekat.
Ketua Panitia WCD 2020 Agustina Iskandar mengatakan sampah yang dikumpulkan terus bertambah setiap tahunnya. Khusus pada kegiatan WCD tahun ini, pihaknya mengumpulkan sekitar sembilan ribu ton sampah dan sudah dipilah oleh relawan.
Secara umum, penyebab masih banyak sampah di Indonesia karena masyarakat masih belum terbiasa untuk memilah sampah, sehingga timbunan sampah tidak dapat terhindarkan di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Seharusnya sampah bisa dipilah dan diolah kembali, sehingga bisa mengurangi timbunan di TPA dan juga mengurangi sampah yang tersebar di sungai dan laut," ujar Agustina.
Agustina menjelaskan, kehadiran relawan WCD ini ingin membantu pemerintah mengatasi persoalan sampah. Pihaknya selama ini turut membantu mengkampanyekan program pemerintah. Misalnya, kampanye gerakan memilah sampah dari rumah.
"Jangan biarkan pemerintah dan perusahaan berjalan sendiri. Kalau mau berjalan bersama-sama justru lebih ringan," kata Agustina.
Menurut Agustina, setiap tahunnya para relawan banyak menemukan sampah plastik. Untuk itu, pada tahun ini pihaknya juga fokus untuk mengumpulkan sampah plastik yang tercecer di sekitar rumah. Selain sampah plastik, pihaknya juga banyak mengumpulkan sampah organik dan residu.
Agustina juga tidak lupa untuk mengingatkan masyarakat agar mau memilah sampah dari rumah. Sebab, sampah yang bisa didaur ulang jika sudah tercampur dengan sampah lain akan menjadi tidak bersih, sehingga perusahaan daur ulang juga enggan untuk mengambilnya.
"Saat ini bahan baku daur ulang dari sampah terpilah itu masih berasal dari impor. Jadi diharapkan pilah sampah bisa dimanfaaatkan daur ulang industri dalam negeri, sehingga bisa membangun Indonesia bersih, sehat, dan sejahtera," ucapnya.
Jakarta: Sistem pengelolaan sampah yang baik harus dibarengi dengan kesadaran memilah sampah oleh masyarakat agar pencemaran lingkungan dapat dicegah.
Dengan memisahkan sampah sebelum dibuang, dapat mencegah penumpukan sampah. Sampah yang telah dipilah pun dapat dipisahkan antara yang dapat didaur ulang dan tidak.
Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan secara konsisten. Pemerintah tak bisa hanya sendiri dalam mengedukasi masyarakat. Dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak.
"Memang persoalan ini harus diselesaikan dari hulu ke hilir. Semua stakeholder harus bersatu, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha, maupun masyarakat," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (B3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, pada program Newsline, Metro TV.
Salah satu pihak yang turut membantu pemerintah dalam meningkatkan kesadaran memilah sampah ialah relawan pada kegiatan peringatan World Cleanup Day (WCD). Kegiatan aksi bersih dan memilah sampah dari rumah menjadi pengingat bahwa persoalan sampah belum tuntas.
Terkait pemilahan sampah, Rosa mengatakan sebenarnya upaya tersebut merupakan hal yang mudah. Langkah pertama, setiap orang harus mampu mengenali jenis sampah, yaitu organik, anorganik, dan beracun.
Kemudian, setiap orang mesti menyediakan beberapa tempat sampah untuk mengelompokkan berdasarkan jenis sampah. Sampah plastik ditempatkan di wadah pembuangan sendiri. Begitu juga dengan sampah makanan ditempatkan di wadah terpisah.
Di antara jenis sampah, terdapat sampah plastik yang bisa didaur ulang. Misalnya, polyethylene terephthalate (PET). Plastik ini sering digunakan untuk botol dan gelas kemasan. Sampah jenis ini bisa langsung disetor ke bank sampah dan memberikan nilai ekonomis kepada masyrakat.
Yang menjadi tantangannya di sini ialah memastikan pengelolaan sampah secara berkelanjutan dapat berjalan maksimal setiap hari. Dalam arti, ketika sudah memilah sampah, jangan sampai sistem pengangkutannya masih dicampur menjadi satu. Di sini, memaksimalkan peran bank sampah menjadi kuncinya.
"Memang kami dorong bank sampah dapat berkembang dan bisa hadir di setiap kelurahan. Dengan menyetor sampah ke bank sampah, masyarakat bisa mendapatkan nilai ekonomis dan perusahaan daur ulang bisa mendapatkan bahan baku," ujarnya.
Upaya untuk memilah sampah yang bisa didaur ulang, lalu digunakan sebagai bahan baku dasar untuk kebutuhan industri ulang merupakan alur yang disebut sebagai sirkular ekonomi. Pada prinsipnya, sirkular ekonomi membatasi timbunan sampah dengan memanfaatkan sampah tersebut menjadi nilai ekonomi dengan sumber daya yang terjaga.
"Jadi, bagaimana sampah ini tidak terbuang. Namun dapat dipakai kembali, didaur ulang kembali. Misalnya, sampah yang basah bisa digunakan untuk kompos," kata Rosa.
Menurutnya, prinsip sirkular ekonomi berbeda dengan prinsip linear yang diikuti oleh beberapa perusahaan, di mana bahan bakunya hanya sekali pakai. Lalu dibuang kembali.
WCD 2020 Dorong Masyarakat Mau Memilah Sampah
Sejalan dengan upaya mengajak masyarakat memilah sampah dari rumah, rangkaian WCD 2020 ini mengambil tema Pilah Sampah dari Rumah. Pemilihan tema tersebut dinilai cocok mengingat situasi saat ini mengharuskan setiap orang di rumah saja untuk memutus penyebaran virus covid-19.
Peringatan WCD jatuh setiap 21 September. Namun, rangkaian kegiatan ini berlangsung pada 13 hingga 19 September 2020. Sekitar lebih dari lima juta relawan terlibat untuk memilah sampah yang ada di rumah atau perumahan. Kemudian membawanya ke pusat pengolahan sampah terdekat.
Ketua Panitia WCD 2020 Agustina Iskandar mengatakan sampah yang dikumpulkan terus bertambah setiap tahunnya. Khusus pada kegiatan WCD tahun ini, pihaknya mengumpulkan sekitar sembilan ribu ton sampah dan sudah dipilah oleh relawan.
Secara umum, penyebab masih banyak sampah di Indonesia karena masyarakat masih belum terbiasa untuk memilah sampah, sehingga timbunan sampah tidak dapat terhindarkan di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Seharusnya sampah bisa dipilah dan diolah kembali, sehingga bisa mengurangi timbunan di TPA dan juga mengurangi sampah yang tersebar di sungai dan laut," ujar Agustina.
Agustina menjelaskan, kehadiran relawan WCD ini ingin membantu pemerintah mengatasi persoalan sampah. Pihaknya selama ini turut membantu mengkampanyekan program pemerintah. Misalnya, kampanye gerakan memilah sampah dari rumah.
"Jangan biarkan pemerintah dan perusahaan berjalan sendiri. Kalau mau berjalan bersama-sama justru lebih ringan," kata Agustina.
Menurut Agustina, setiap tahunnya para relawan banyak menemukan sampah plastik. Untuk itu, pada tahun ini pihaknya juga fokus untuk mengumpulkan sampah plastik yang tercecer di sekitar rumah. Selain sampah plastik, pihaknya juga banyak mengumpulkan sampah organik dan residu.
Agustina juga tidak lupa untuk mengingatkan masyarakat agar mau memilah sampah dari rumah. Sebab, sampah yang bisa didaur ulang jika sudah tercampur dengan sampah lain akan menjadi tidak bersih, sehingga perusahaan daur ulang juga enggan untuk mengambilnya.
"Saat ini bahan baku daur ulang dari sampah terpilah itu masih berasal dari impor. Jadi diharapkan pilah sampah bisa dimanfaaatkan daur ulang industri dalam negeri, sehingga bisa membangun Indonesia bersih, sehat, dan sejahtera," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)