Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memantau kondisi cuaca Indonesia. Berdasarkan pantauan cuaca, BMKG memprediksi bencana hidrometeorologi berpotensi terjadi pada akhir 2021.
"Izin saya sampaikan bahwa BMKG memperingatkan adanya potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi menyusul prediksi musim hujan yang akan datang lebih awal dari biasanya pada 2021 ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Kamis, 26 Agustus 2021.
Bencana hidrometeorologi dipengaruhi kondisi cuaca dan iklim, seperti peningkatan curah hujan, suhu ekstrem, cuaca ekstrem, dan lainnya. Menurut Dwikorita, sejumlah wilayah diprediksi mengalami musim hujan dengan intensitas lebih tinggi dari biasanya.
Wilayah itu adalah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Serang, dan Papua bagian selatan. Prediksi itu dalam satu provinsi yang dilihat secara umum.
Dwikorita menyebut kondisi setiap kabupaten dan kecamatan dapat dilihat melalui aplikasi info BMKG. Kondisi cuaca untuk enam hari ke depan dapat terlihat dan selalu diperbaruhi setiap hari dalam tiga jam.
"Di wilayah Indonesia ini BMKG membagi total 342 zona musim, 14,6 persen dari seluruh zona musim di Indonesia diprediksi mengawali musim hujan pada September 2021, ini maju," ungkap Dwikorita.
Baca: Gempa di Tojo Una Una, Satu Warga Tewas Tertimpa Bangunan
Dwikorita mengatakan periode peralihan musim terjadi pada Oktober-November 2021. Masyarakat diminta mewaspadai cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.
Dwikorita mengimbau sejumlah provinsi yang diprediksi mengalami curah hujan lebih tinggi dari biasanya untuk memitigasi. Hal ini untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana.
"Periode musim hujam dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan dan mengisi waduk atau danau yang berguna untuk periode musim kemarau yang akan datang," ungkapnya.
Puncak musim hujan periode 2021-2022 diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2022. Dwikorita meminta pemerintah daerah memperhatikan wilayah rawan banjir, dan longsor atau tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang semakin meningkat.
"Kami mohon mitigasi perlu disiapkan," kata Dwikorita.
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) terus memantau kondisi cuaca Indonesia. Berdasarkan pantauan cuaca, BMKG memprediksi
bencana hidrometeorologi berpotensi terjadi pada akhir 2021.
"Izin saya sampaikan bahwa BMKG memperingatkan adanya potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi menyusul prediksi musim hujan yang akan datang lebih awal dari biasanya pada 2021 ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Kamis, 26 Agustus 2021.
Bencana hidrometeorologi dipengaruhi kondisi cuaca dan iklim, seperti peningkatan curah hujan, suhu ekstrem,
cuaca ekstrem, dan lainnya. Menurut Dwikorita, sejumlah wilayah diprediksi mengalami musim hujan dengan intensitas lebih tinggi dari biasanya.
Wilayah itu adalah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Serang, dan Papua bagian selatan. Prediksi itu dalam satu provinsi yang dilihat secara umum.
Dwikorita menyebut kondisi setiap kabupaten dan kecamatan dapat dilihat melalui aplikasi info BMKG. Kondisi cuaca untuk enam hari ke depan dapat terlihat dan selalu diperbaruhi setiap hari dalam tiga jam.
"Di wilayah Indonesia ini BMKG membagi total 342 zona musim, 14,6 persen dari seluruh zona musim di Indonesia diprediksi mengawali musim hujan pada September 2021, ini maju," ungkap Dwikorita.
Baca: Gempa di Tojo Una Una, Satu Warga Tewas Tertimpa Bangunan
Dwikorita mengatakan periode peralihan musim terjadi pada Oktober-November 2021. Masyarakat diminta mewaspadai cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.
Dwikorita mengimbau sejumlah provinsi yang diprediksi mengalami curah hujan lebih tinggi dari biasanya untuk memitigasi. Hal ini untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana.
"Periode musim hujam dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan dan mengisi waduk atau danau yang berguna untuk periode musim kemarau yang akan datang," ungkapnya.
Puncak musim hujan periode 2021-2022 diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2022. Dwikorita meminta pemerintah daerah memperhatikan wilayah rawan banjir, dan longsor atau tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang semakin meningkat.
"Kami mohon mitigasi perlu disiapkan," kata Dwikorita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)