Jakarta: Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin berharap umat muslim di Indonesia dapat menghargai adanya perbedaan waktu penetapan Idulfitri 1444 Hijriah. Pasalnya, PP Muhammdiyah telah menetapkan 1 Syawal 1444 Hijriah bertepatan dengan 21 April 2023.
"Maka, yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini untuk masing-masing. Ya Lebaran sesuai dengan keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya legowo," ujar Ma'ruf dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 April 2023.
Wapres mengemukakan penyebab perbedaan itu terletak pada metode penetapannya. Pemerintah, lanjut Wapres, menggunakan metode imkanur rukyah yang menggabungkan hisab dan rukya.
"Kalau hisabnya di bawah dua, itu tidak imkan. Ini kesepakatan, termasuk ASEAN segitu, walaupun dia sudah di atas ufuk, tapi di bawah dua derajat. Itu metode imkanur rukyah," jelasnya.
Sementara itu, sambung Wapres, Muhammadiyah menggunakan metode wujudul hilal. Sehingga terdapat perbedaan dengan metode yang digunakan pemerintah.
"Asal wujud, asal ada saja. Walaupun setengah derajat, masuk. Nah, ini beda," sebut Wapres.
Wapres pun mengatakan, kondisi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal adalah hal biasa di Indonesia. Kondisi ini memang sempat memuncukkan konflik di tengah umat Islam pada awal mulanya, tetapi kemudian semua diupayakan untuk mengedepankan prinsip toleransi.
"Kita terus sosialisasi, edukasi. Sekarang rukun-rukun saja, sambil terus mencari metode untuk bisa mempertemukan dua metode ini, imkanur rukyah dan wujudul hilal," bebernya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Jakarta: Wakil Presiden (
Wapres) Ma'ruf Amin berharap umat muslim di Indonesia dapat menghargai adanya perbedaan waktu penetapan Idulfitri 1444 Hijriah. Pasalnya, PP
Muhammdiyah telah menetapkan 1 Syawal 1444 Hijriah bertepatan dengan 21 April 2023.
"Maka, yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini untuk masing-masing. Ya Lebaran sesuai dengan keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya
legowo," ujar
Ma'ruf dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 April 2023.
Wapres mengemukakan penyebab perbedaan itu terletak pada metode penetapannya. Pemerintah, lanjut Wapres, menggunakan metode
imkanur rukyah yang menggabungkan hisab dan rukya.
"Kalau hisabnya di bawah dua, itu tidak imkan. Ini kesepakatan, termasuk ASEAN segitu, walaupun dia sudah di atas ufuk, tapi di bawah dua derajat. Itu metode
imkanur rukyah," jelasnya.
Sementara itu, sambung Wapres,
Muhammadiyah menggunakan metode
wujudul hilal. Sehingga terdapat perbedaan dengan metode yang digunakan pemerintah.
"Asal wujud, asal ada saja. Walaupun setengah derajat, masuk. Nah, ini beda," sebut Wapres.
Wapres pun mengatakan, kondisi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal adalah hal biasa di Indonesia. Kondisi ini memang sempat memuncukkan konflik di tengah umat Islam pada awal mulanya, tetapi kemudian semua diupayakan untuk mengedepankan prinsip toleransi.
"Kita terus sosialisasi, edukasi. Sekarang rukun-rukun saja, sambil terus mencari metode untuk bisa mempertemukan dua metode ini, imkanur rukyah dan wujudul hilal," bebernya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)