medcom.id, Jakarta: Tepat pada 28 Desember tahun lalu, sekitar pagi hari pukul 06.15 WIB pesawat AirAsia QZ8501 dikabarkan hilang kontak. Pesawat ini membawa sebanyak 165 penumpang termasuk awak media yang terbang dari Bandara Internasional Juanda Surabaya ke Bandara Changi Singapura.
Sontak, untuk mencari pesawat tersebut sejumlah pasukan bantuan dikerahkan salah satunya dari Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas). Basarnas tak sendiri, turut hadir pula TNI, Polri dan sejumlah bantuan asing yang turut dalam misi pencarian dan evakuasi.
Hari berlalu, akhirnya pencarian menemukan titik terang. Serpihan pesawat sempat ditemukan di daerah perairan Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar). Dari informasi ini ditemukan pesawat ada di daerah Selat Karimata.
Benar saja, pada 30 Desember 2014, Kepala Badan SAR Nasional Bambang Soelistyo menyebutkan bahwa Tim SAR menemukan jenazah korban pertama dan bangkai pesawat yang terapung di daerah Laut Jawa dekat dengan Selat Karimata.
Sejumlah Jenazah pun berangsur-angsur mulai ditemukan. Dan pada tanggal 7 Januari 2015 titik lokasi bagian ekor pesawat AirAsia QZ 8501 itu ditemukan. Penemuan FRD atau bagian black box ditemukan pada tanggal 12 Januari 2015.
Penyelaman pun dilakukan untuk memastikan keberadaan bangkai pesawat tersebut. Pada 27 februari 2015 Basarnas kembali berhasil menemukan potongan besar badan pesawat.
Setelah penemuan lokasi tersebut, bantuan asing yang tergabung dalam tim evakuasi korban dan badan AirAsia QZ8501 langsung disetop. Pencarian itu dilakukan Basarnas dengan bantuan hanya dari satu negara, Tiongkok.
"Bantuan asing itu sisa China, area pencarian kan fokus ke area tambahan II itu, luasnya tidak seberapa, tidak perlu dengan kapal banyak," kata Soelistyo, Kamis 15 Januari 2015.
Sementara itu bangkai pesawat sudah ditemukan, Basarnas pun tetap melakukan pencarian korban. Bambang menyebutkan jumlah korban yang berhasil dievakuasi saat itu adalah 100 orang.
Akhirnya pada Maret 2015 Basarnas berhasil mengangkat burung besi tersebut. Insiden ini merenggut nyawa semua penumpangnya yang berjumlah 165 orang beserta awak kabin dan pilot pesawat.
Pujian ke Basarnas
Sejumlah pujian datang kepada Basarnas. Rekasi cepat dan tanggap Basarnas pun dinilai punya andil besar dalam percepatan evakuasi dan penemuan pesawat AirAsia QZ8051 tersebut.
Tak hanya datang dari dalam negeri, pujian itu juga datang dari luar negeri. Salah satunya Greg Waldron, redaktur FlightGlobal Asia mengatakan, Indonesia memiliki tim SAR yang kemampuannya diakui di antara negara-negara Asia lainnya.
"Indonesia punya banyak pengalaman dengan bencana. Mereka sangat ahli dalam menangani kecelakaan," kata dia, seperti dilansir koran the Wall Street Journal, Selasa 30 Desember 2014.
Pujian luar negeri juga datang dari ahli penerbangan perusahaan konsultan penerbangan Martin Consulting, Mark Martin. Martin mengemukakan Indonesia termasuk negara yang cepat dalam mengidentifikasi kecelakaan pesawat.
"Indonesia punya kapal selam tanpa awak yang bisa mengarungi wilayah bawah laut. Jika pesawat AirAsia QZ 8501 itu tenggelam di bawah laut, mereka pasti dengan cepat bisa menemukannya dan upaya penyelamatan pasti berjalan sukses," kata dia.
Sekedar informasi, Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia (KNKT) telah rampung melakukan penyelidikan terhadap jatuhnya pesawat AirAsia QZ8051, 28 Desember 2014. Rencananya, KNKT akan mengumumkan hasil temuan penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8051 hari ini, Selasa (1/12/2015), sekitar pukul 14.00 Wib.
medcom.id, Jakarta: Tepat pada 28 Desember tahun lalu, sekitar pagi hari pukul 06.15 WIB pesawat AirAsia QZ8501 dikabarkan hilang kontak. Pesawat ini membawa sebanyak 165 penumpang termasuk awak media yang terbang dari Bandara Internasional Juanda Surabaya ke Bandara Changi Singapura.
Sontak, untuk mencari pesawat tersebut sejumlah pasukan bantuan dikerahkan salah satunya dari Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas). Basarnas tak sendiri, turut hadir pula TNI, Polri dan sejumlah bantuan asing yang turut dalam misi pencarian dan evakuasi.
Hari berlalu, akhirnya pencarian menemukan titik terang. Serpihan pesawat sempat ditemukan di daerah perairan Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar). Dari informasi ini ditemukan pesawat ada di daerah Selat Karimata.
Benar saja, pada 30 Desember 2014, Kepala Badan SAR Nasional Bambang Soelistyo menyebutkan bahwa Tim SAR menemukan jenazah korban pertama dan bangkai pesawat yang terapung di daerah Laut Jawa dekat dengan Selat Karimata.
Sejumlah Jenazah pun berangsur-angsur mulai ditemukan. Dan pada tanggal 7 Januari 2015 titik lokasi bagian ekor pesawat AirAsia QZ 8501 itu ditemukan. Penemuan FRD atau bagian black box ditemukan pada tanggal 12 Januari 2015.
Penyelaman pun dilakukan untuk memastikan keberadaan bangkai pesawat tersebut. Pada 27 februari 2015 Basarnas kembali berhasil menemukan potongan besar badan pesawat.
Setelah penemuan lokasi tersebut, bantuan asing yang tergabung dalam tim evakuasi korban dan badan AirAsia QZ8501 langsung disetop. Pencarian itu dilakukan Basarnas dengan bantuan hanya dari satu negara, Tiongkok.
"Bantuan asing itu sisa China, area pencarian kan fokus ke area tambahan II itu, luasnya tidak seberapa, tidak perlu dengan kapal banyak," kata Soelistyo, Kamis 15 Januari 2015.
Sementara itu bangkai pesawat sudah ditemukan, Basarnas pun tetap melakukan pencarian korban. Bambang menyebutkan jumlah korban yang berhasil dievakuasi saat itu adalah 100 orang.
Akhirnya pada Maret 2015 Basarnas berhasil mengangkat burung besi tersebut. Insiden ini merenggut nyawa semua penumpangnya yang berjumlah 165 orang beserta awak kabin dan pilot pesawat.
Pujian ke Basarnas
Sejumlah pujian datang kepada Basarnas. Rekasi cepat dan tanggap Basarnas pun dinilai punya andil besar dalam percepatan evakuasi dan penemuan pesawat AirAsia QZ8051 tersebut.
Tak hanya datang dari dalam negeri, pujian itu juga datang dari luar negeri. Salah satunya Greg Waldron, redaktur FlightGlobal Asia mengatakan, Indonesia memiliki tim SAR yang kemampuannya diakui di antara negara-negara Asia lainnya.
"Indonesia punya banyak pengalaman dengan bencana. Mereka sangat ahli dalam menangani kecelakaan," kata dia, seperti dilansir koran the Wall Street Journal, Selasa 30 Desember 2014.
Pujian luar negeri juga datang dari ahli penerbangan perusahaan konsultan penerbangan Martin Consulting, Mark Martin. Martin mengemukakan Indonesia termasuk negara yang cepat dalam mengidentifikasi kecelakaan pesawat.
"Indonesia punya kapal selam tanpa awak yang bisa mengarungi wilayah bawah laut. Jika pesawat AirAsia QZ 8501 itu tenggelam di bawah laut, mereka pasti dengan cepat bisa menemukannya dan upaya penyelamatan pasti berjalan sukses," kata dia.
Sekedar informasi, Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia (KNKT) telah rampung melakukan penyelidikan terhadap jatuhnya pesawat AirAsia QZ8051, 28 Desember 2014. Rencananya, KNKT akan mengumumkan hasil temuan penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8051 hari ini, Selasa (1/12/2015), sekitar pukul 14.00 Wib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AZF)