medcom.id, Jakarta: Mantan pemimpin Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful Manurung meminta aset-aset eks anggota di Kalimantan dikembalikan. Mahful mengaku, setelah keluar dari Gafatar ia dan ratusan eks anggota hanya bercocok tanam dan tak lagi memiliki hubungan dengan Gafatar.
"Saya minta aset-aset kami supaya dikembalikan kepada kami," kata Mahful di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Jumat (28/1/2016).
Mahful mengaku ia dan ratusan eks anggota sudah tidak ada hubungan dengan Gafatar. Tapi seluruhnya masih mencari nafkah di Kalimantan dengan bercocok tanam.
Di Mempawah, warga menggusur ratusan eks anggota Gafatar. Setelah itu, pemerintah memulangkan mereka ke kampung halaman masing-masing. Pemulangan itu tanpa disertai aset-aset yang dimiliki. Padahal, kata Mahful, ada barang bergerak dan tidak bergerak yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Setelah Gafatar selesai, kami hanya bercocok tanam, tidak ada apa-apa. Tidak ada lagi pembinaan. Harapan kami supaya tim Pakem (Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagaamaan dalam Masyarakat) bisa mengambil sikap yang bijak dan adil, sehinggga teman-teman bisa kembali ke hidupnya yang sudah terampas masa depannya di Kalimantan. Syukur-syukur kita bisa dikembalikan ke Kalimantan," kata Mahful.
Mahful mengklaim, Gafatar bukan agama, tapi organisasi masyarakat dengan pendekatan pertanian. Dia mengaku, Ahmad Musadeq pernah mengajar di tempatnya.
Musadeq diketahui pernah memimpin aliran Alkiadah al Islamiyah, saat itu dia mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad. Termasuk dalam tata cara beribadah, Akhirnya Alkiadah al Islamiah dinyatakan organisasi terlarang dan akhirnya dibubarkan.
medcom.id, Jakarta: Mantan pemimpin Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful Manurung meminta aset-aset eks anggota di Kalimantan dikembalikan. Mahful mengaku, setelah keluar dari Gafatar ia dan ratusan eks anggota hanya bercocok tanam dan tak lagi memiliki hubungan dengan Gafatar.
"Saya minta aset-aset kami supaya dikembalikan kepada kami," kata Mahful di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Jumat (28/1/2016).
Mahful mengaku ia dan ratusan eks anggota sudah tidak ada hubungan dengan Gafatar. Tapi seluruhnya masih mencari nafkah di Kalimantan dengan bercocok tanam.
Di Mempawah, warga menggusur ratusan eks anggota Gafatar. Setelah itu, pemerintah memulangkan mereka ke kampung halaman masing-masing. Pemulangan itu tanpa disertai aset-aset yang dimiliki. Padahal, kata Mahful, ada barang bergerak dan tidak bergerak yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Setelah Gafatar selesai, kami hanya bercocok tanam, tidak ada apa-apa. Tidak ada lagi pembinaan. Harapan kami supaya tim Pakem (Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagaamaan dalam Masyarakat) bisa mengambil sikap yang bijak dan adil, sehinggga teman-teman bisa kembali ke hidupnya yang sudah terampas masa depannya di Kalimantan. Syukur-syukur kita bisa dikembalikan ke Kalimantan," kata Mahful.
Mahful mengklaim, Gafatar bukan agama, tapi organisasi masyarakat dengan pendekatan pertanian. Dia mengaku, Ahmad Musadeq pernah mengajar di tempatnya.
Musadeq diketahui pernah memimpin aliran Alkiadah al Islamiyah, saat itu dia mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad. Termasuk dalam tata cara beribadah, Akhirnya Alkiadah al Islamiah dinyatakan organisasi terlarang dan akhirnya dibubarkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)