medcom.id, Jakarta: Tanggal 1 Juni, diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Sejumlah instansi menggelar upacara bendera untuk menghormati kelahiran Pancasila, termasuk Pusat Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Teknologi (Puspiptek).
Puspiptek mengadakan upacara pada Kamis, 1 Juni 2017, di kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, sekitar pukul 07.45 WIB.
Bertindak selaku pembina upacara yaitu Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Gatot Dwianto. Turut hadir Kepala Puspiptek Sri Setiawati beserta seluruh jajarannya, para peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan para peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Di hadapan peserta uparaca, Gatot Dwianto membacakan sambutan dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Isi sambutan tersebut menyebutkan bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah keberagaman. Hal ini sudah menjadi takdir dari Tuhan bahwa bangsa Indonesia hidup dalam keberagaman.
"Dari Sabang sampai Merauke adalah keberagaman. Dari Miangas sampai Rote adalah juga keberagaman. Berbagai etnis, bahasa, adat istiadat, agama, kepercayaan, dan golongan bersatu padu membentuk Indonesia. Itulah ke-Bhinneka tunggal ika-an kita," ujar Gatot Dwianto membacakan sambutan dari Jokowi.
Jokowi juga menekankan bahwa bangsa Indonesia harus saling bahu membahu menggapai cita-cita bangsa sesuai dengan Pancasila. Tidak ada pilihan lain kecuali seluruh anak bangsa harus menyatukan hati pikiran dan tenaga untuk persatuan dan persaudaraan.
Tidak ada pilihan lain kecuali bangsa Indonesia harus kembali kepada jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotong royong, dan toleran. Tidak ada pilihan lain kecuali bangsa Indonesia harus menjadikan Indonesia bangsa yang adil, makmur, dan bermartabat di mata internasional.
Selain itu, Jokowi juga mengingatkan agar tetap waspada terhadap segala bentuk pemahaman dan gerakan yang tidak sejalan dengan Pancasila. Pemerintah akan bertindak tegas terhadap organisasi-organisasi dan gerakan yang anti Pancasila, anti UUD 1945, anti NKRI, anti Bhinneka Tunggal Ika.
"Pemerintah pasti bertindak tegas jika masih terdapat paham dan gerakan komunisme yang jelas-jelas sudah dilarang di bumi Indonesia," ucap Gatot Dwianto, masih membacakan sambutan Jokowi.
"Mari kita saling bersikap santun, saling menghormati, saling toleran, dan saling membantu untuk kepentingan bangsa," kata Gatot Dwianto menutup sambutan dari Jokowi.
Makna Pancasila Bagi Puspiptek
Ditemui di lokasi yang sama usai pelaksanaan upacara, Kepala Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Sri Setiawati menerangkan tentang makna Pancasila dalam kegiatan Puspiptek.
Kepala Puspiptek Sri Setiawati (Foto:Metrotvnews.com/Gervin Nathaniel Purba)
"Makna Pancasila bagi Puspiptek adalah bagaimana kita sebagai manusia diberikan pengetahuan lebih dari yang lain, yang seharusnya bisa mampu berkontribusi terhadap pembangunan," ujar Sri kepada Metrotvnews.com.
Dengan penemuan teknologi hasil dari penelitian Puspiptek, diharapkan bisa memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan Indonesia. Teknologi yang dihasilkan juga diharapkan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
"Karena pada akhirnya bagaimana kita membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, bagaimana kita membangun keadilan adalah bagaimana kita bisa menyejahterakan masyarakat," jelas Sri.
Oleh sebab itu, pertumbuhan teknologi menjadi penting dalam membangun masyarakat Indonesia menjadi lebih maju. Membangun masyarakat yang maju akan membuat bangsa Indonesia siap menghadapi persaingan di tingkat internasional, bahkan berkontribusi bagi kemajuan dunia.
"Memberikan contoh kepada dunia bukan hanya konteks keberagamaan yang kita miliki, Kebhinnekaan, tapi juga pembangunan teknologinya sehingga bisa bersaing," paparnya.
Di satu sisi, pertumbuhan teknologi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Namun, bukan berarti Indonesia tidak berusaha untuk maju.
"Tentunya ke depan kita harus berorientasi pada inovasi, tidak lagi berorientasi pada sumber daya alam (SDA). Ekonomi kita bukan ekonomi SDA lagi, tapi bagaimana mengubah SDA menjadi inovasi. Misalnya, hasil kelapa sawit harus ditingkatkan nilai tambahnya," kata Sri.
medcom.id, Jakarta: Tanggal 1 Juni, diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Sejumlah instansi menggelar upacara bendera untuk menghormati kelahiran Pancasila, termasuk Pusat Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Teknologi (Puspiptek).
Puspiptek mengadakan upacara pada Kamis, 1 Juni 2017, di kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, sekitar pukul 07.45 WIB.
Bertindak selaku pembina upacara yaitu Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Gatot Dwianto. Turut hadir Kepala Puspiptek Sri Setiawati beserta seluruh jajarannya, para peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan para peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Di hadapan peserta uparaca, Gatot Dwianto membacakan sambutan dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Isi sambutan tersebut menyebutkan bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah keberagaman. Hal ini sudah menjadi takdir dari Tuhan bahwa bangsa Indonesia hidup dalam keberagaman.
"Dari Sabang sampai Merauke adalah keberagaman. Dari Miangas sampai Rote adalah juga keberagaman. Berbagai etnis, bahasa, adat istiadat, agama, kepercayaan, dan golongan bersatu padu membentuk Indonesia. Itulah ke-Bhinneka tunggal ika-an kita," ujar Gatot Dwianto membacakan sambutan dari Jokowi.
Jokowi juga menekankan bahwa bangsa Indonesia harus saling bahu membahu menggapai cita-cita bangsa sesuai dengan Pancasila. Tidak ada pilihan lain kecuali seluruh anak bangsa harus menyatukan hati pikiran dan tenaga untuk persatuan dan persaudaraan.
Tidak ada pilihan lain kecuali bangsa Indonesia harus kembali kepada jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotong royong, dan toleran. Tidak ada pilihan lain kecuali bangsa Indonesia harus menjadikan Indonesia bangsa yang adil, makmur, dan bermartabat di mata internasional.
Selain itu, Jokowi juga mengingatkan agar tetap waspada terhadap segala bentuk pemahaman dan gerakan yang tidak sejalan dengan Pancasila. Pemerintah akan bertindak tegas terhadap organisasi-organisasi dan gerakan yang anti Pancasila, anti UUD 1945, anti NKRI, anti Bhinneka Tunggal Ika.
"Pemerintah pasti bertindak tegas jika masih terdapat paham dan gerakan komunisme yang jelas-jelas sudah dilarang di bumi Indonesia," ucap Gatot Dwianto, masih membacakan sambutan Jokowi.
"Mari kita saling bersikap santun, saling menghormati, saling toleran, dan saling membantu untuk kepentingan bangsa," kata Gatot Dwianto menutup sambutan dari Jokowi.
Makna Pancasila Bagi Puspiptek
Ditemui di lokasi yang sama usai pelaksanaan upacara, Kepala Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Sri Setiawati menerangkan tentang makna Pancasila dalam kegiatan Puspiptek.
Kepala Puspiptek Sri Setiawati (Foto:Metrotvnews.com/Gervin Nathaniel Purba)
"Makna Pancasila bagi Puspiptek adalah bagaimana kita sebagai manusia diberikan pengetahuan lebih dari yang lain, yang seharusnya bisa mampu berkontribusi terhadap pembangunan," ujar Sri kepada
Metrotvnews.com.
Dengan penemuan teknologi hasil dari penelitian Puspiptek, diharapkan bisa memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan Indonesia. Teknologi yang dihasilkan juga diharapkan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
"Karena pada akhirnya bagaimana kita membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, bagaimana kita membangun keadilan adalah bagaimana kita bisa menyejahterakan masyarakat," jelas Sri.
Oleh sebab itu, pertumbuhan teknologi menjadi penting dalam membangun masyarakat Indonesia menjadi lebih maju. Membangun masyarakat yang maju akan membuat bangsa Indonesia siap menghadapi persaingan di tingkat internasional, bahkan berkontribusi bagi kemajuan dunia.
"Memberikan contoh kepada dunia bukan hanya konteks keberagamaan yang kita miliki, Kebhinnekaan, tapi juga pembangunan teknologinya sehingga bisa bersaing," paparnya.
Di satu sisi, pertumbuhan teknologi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Namun, bukan berarti Indonesia tidak berusaha untuk maju.
"Tentunya ke depan kita harus berorientasi pada inovasi, tidak lagi berorientasi pada sumber daya alam (SDA). Ekonomi kita bukan ekonomi SDA lagi, tapi bagaimana mengubah SDA menjadi inovasi. Misalnya, hasil kelapa sawit harus ditingkatkan nilai tambahnya," kata Sri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)