medcom.id, Jakarta: TNI Angkatan Darat memetakan tiga titik rawan yang bisa dimasuki teroris dari Malawi, Filipina, ke Indonesia. Ketiga titik itu antara lain sebuah pulau di Kalimantan Timur, Sangihe Talaud-Sulawesi Utara, dan Halmahera-Maluku Utara.
"Ada satu pulau di Kalimantan Timur yang sangat dekat dengan Marawi. Jaraknya bisa dicapai hanya 3,5 jam," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigadir Jenderal TNI Alfret Denny Tuejeh, saat berkunjung ke kantor Metro TV, Kamis 8 Juni 2017.
Sangihe Talaud dan Halmahera, kata Alfret, mudah dijangkau dari Mindanao. Ketiga titik itu, kata dia, menjadi perhatian utama TNI AD mengantisipasi masuknya teroris.
Dari pemetaan itu, TNI AD juga sudah menginstruksikan tiga panglima komando daerah militer (pangdam) untuk memperketat pengamanan. Ketiganya adalah Pangdam VI/Mulawarman-Kalimantan Timur, Pangdam XIII/Merdeka-Sulawesi Tengah, dan Pangdam XVI/Pattimura-Maluku.
"Kepala Staf TNI AD menginstruksikan langsung ketiga pangdam itu untuk bersiaga," kata Alfret.
Brigadir Jenderal TNI Alfret Denny Tuejeh. Foto: Metrotvnews.com/Wandi
Secara rutin, kata dia, setiap Kodam memiliki tugas mencegah dan mengantisipasi situasi tak kondusif. Tapi, karena ada operasi militer di Marawi, intensitas penjagaan diperketat. "Bahkan secara khusus Panglima TNI langsung yang memerintahkan ketiga kodam itu," katanya.
Sejauh ini TNI AD juga belum mendapatkan instruksi menambah pasukan untuk penjagaan perbatasan. "Kita menunggu perintah Panglima TNI."
Situasi di Marawi, memanas setelah kelompok militan Maute menguasai wilayah itu. Pemerintah Filipina memberlakukan operasi militer di Marawi untuk menghalau para pemberontak yang disebut terafiliasi dengan Islamic State (ISIS).
Ratusan pasukan militer diturunkan untuk memburu para teroris. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan pasukan pemerintah masih mengejar 250 anggota yang menguasai Marawi. Pertempuran sendiri sudah mencapai belasan hari.
Lorenzana menjamin pasukan pemerintah akan segera mengisolasi para teroris di Mindanao. Hal ini dilakukan agar pergerakan mereka tak menyebar. Pada Kamis 1 Juni, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan situasi di Mindanao murni rencana dari ISIS.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/yNLe4x6b" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: TNI Angkatan Darat memetakan tiga titik rawan yang bisa dimasuki teroris dari Malawi, Filipina, ke Indonesia. Ketiga titik itu antara lain sebuah pulau di Kalimantan Timur, Sangihe Talaud-Sulawesi Utara, dan Halmahera-Maluku Utara.
"Ada satu pulau di Kalimantan Timur yang sangat dekat dengan Marawi. Jaraknya bisa dicapai hanya 3,5 jam," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigadir Jenderal TNI Alfret Denny Tuejeh, saat berkunjung ke kantor Metro TV, Kamis 8 Juni 2017.
Sangihe Talaud dan Halmahera, kata Alfret, mudah dijangkau dari Mindanao. Ketiga titik itu, kata dia, menjadi perhatian utama TNI AD mengantisipasi masuknya teroris.
Dari pemetaan itu, TNI AD juga sudah menginstruksikan tiga panglima komando daerah militer (pangdam) untuk memperketat pengamanan. Ketiganya adalah Pangdam VI/Mulawarman-Kalimantan Timur, Pangdam XIII/Merdeka-Sulawesi Tengah, dan Pangdam XVI/Pattimura-Maluku.
"Kepala Staf TNI AD menginstruksikan langsung ketiga pangdam itu untuk bersiaga," kata Alfret.
Brigadir Jenderal TNI Alfret Denny Tuejeh. Foto: Metrotvnews.com/Wandi
Secara rutin, kata dia, setiap Kodam memiliki tugas mencegah dan mengantisipasi situasi tak kondusif. Tapi, karena ada operasi militer di Marawi, intensitas penjagaan diperketat. "Bahkan secara khusus Panglima TNI langsung yang memerintahkan ketiga kodam itu," katanya.
Sejauh ini TNI AD juga belum mendapatkan instruksi menambah pasukan untuk penjagaan perbatasan. "Kita menunggu perintah Panglima TNI."
Situasi di Marawi, memanas setelah kelompok militan Maute menguasai wilayah itu. Pemerintah Filipina memberlakukan operasi militer di Marawi untuk menghalau para pemberontak yang disebut terafiliasi dengan Islamic State (ISIS).
Ratusan pasukan militer diturunkan untuk memburu para teroris. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan pasukan pemerintah masih mengejar 250 anggota yang menguasai Marawi. Pertempuran sendiri sudah mencapai belasan hari.
Lorenzana menjamin pasukan pemerintah akan segera mengisolasi para teroris di Mindanao. Hal ini dilakukan agar pergerakan mereka tak menyebar. Pada Kamis 1 Juni, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan situasi di Mindanao murni rencana dari ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)