medcom.id, Jakarta: Anggota Komisi V DPR RI Andi Taufan Tiro melihat ada tiga keganjilan dalam insiden kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di perairan Selat Karimata. Tiga hal itu harus ditelusuri untuk diberikan respon.
"Ada tiga faktor kejadian yang mengakibatkan AirAsia jatuh. Ini masalah yang harus direspon cepat," kata Taufan dalam Bincang Pagi MetroTV, Senin (5/1/2015).
Pertama, Emergency Locator Transmitter (ELT) tidak hidup, sehingga pemerintah harus melakukan investigasi. "Kenapa harus dikatakan seperti itu, karena Emergency Locator Transmitter (ELT) pesawat AirAsia QZ8501 tidak hidup, bahwa setelah jatuh ELT rusak, bagi teknologi pesawat agak sulit, berarti sertifikat kelayakan udara AirAsia ada tanda tanya yang besar," sebut dia.
Kedua, perubahan jadwal yang menimbulkan pro-kontra belakangan ini. Mengapa perubahan jadwal itu bisa terjadi, di Indonesia tidak ada penerbangan AirAsia hari Minggu. "Tetapi kenapa di Singapura ada jadwal penerbangan," sebut dia.
Ketiga, jadwal penerbangan yang dimiliki maskapai, apakah sudah dibicarakan dengan Flight Operation Officer (FOO). Ini yang harus dibicarakan oleh maskapai, agar tidak ada kekeliruan. "Saya melihat semua ini prosedur standar yang tidak dilakukan. Ini tanggung jawab bersama, bukan cuma pemerintah, saya kira operator pun harus tanggung jawab, ada kepentingan bisnis, karena bisnis itu kepercayaan, kalau tidak ada kepercayaan maka akan colaps," tukasnya.
medcom.id, Jakarta: Anggota Komisi V DPR RI Andi Taufan Tiro melihat ada tiga keganjilan dalam insiden kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di perairan Selat Karimata. Tiga hal itu harus ditelusuri untuk diberikan respon.
"Ada tiga faktor kejadian yang mengakibatkan AirAsia jatuh. Ini masalah yang harus direspon cepat," kata Taufan dalam
Bincang Pagi MetroTV, Senin (5/1/2015).
Pertama, Emergency Locator Transmitter (ELT) tidak hidup, sehingga pemerintah harus melakukan investigasi. "Kenapa harus dikatakan seperti itu, karena
Emergency Locator Transmitter (ELT) pesawat AirAsia QZ8501 tidak hidup, bahwa setelah jatuh ELT rusak, bagi teknologi pesawat agak sulit, berarti sertifikat kelayakan udara AirAsia ada tanda tanya yang besar," sebut dia.
Kedua, perubahan jadwal yang menimbulkan pro-kontra belakangan ini. Mengapa perubahan jadwal itu bisa terjadi, di Indonesia tidak ada penerbangan AirAsia hari Minggu. "Tetapi kenapa di Singapura ada jadwal penerbangan," sebut dia.
Ketiga, jadwal penerbangan yang dimiliki maskapai, apakah sudah dibicarakan dengan
Flight Operation Officer (FOO). Ini yang harus dibicarakan oleh maskapai, agar tidak ada kekeliruan. "Saya melihat semua ini prosedur standar yang tidak dilakukan. Ini tanggung jawab bersama, bukan cuma pemerintah, saya kira operator pun harus tanggung jawab, ada kepentingan bisnis, karena bisnis itu kepercayaan, kalau tidak ada kepercayaan maka akan
colaps," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TII)