medcom.id, Jakarta: Dalam proses pencarian kotak hitam atau black box pesawat AirAsia QZ8501, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi mengatakan pihaknya membutuhkan alat pendeteksi yang disebut pinger locator untuk mendeteksi keberadan kotak hitam.
Alat berupa hydrophone supersensitif ini nantinya akan ditarik dari belakang kapal untuk menangkap sinyal black box. Usai sinyal ditangkap, alat itu akan langsung mengirimnya ke server yang berada di atas kapal.
"Yang diperlukan KNKT saat itu adalah alat yang namanya aquatic hydrophone atau alat yang disebut pinger locator, yaitu alat untuk mencari di mana letak black box itu," ujar Tatang dalam Breaking News MetroTV, Kamis (1/1/2014).
Tatang menyebut pihaknya masih kekurangan perangkat pinger locator tersebut. Oleh sebab itu, KNKT meminjam 1 set pinger locator dari Inggris dan 2 set dari Singapura untuk mempercepat pencarian black box.
Sayangnya, ke-5 pinger locator yang telah tersedia belum dapat digunakan akibat belum tersedianya kapal untuk menarik alat berbentuk segi tiga berwarna kuning muda itu. Sebab, dibutuhkan kapal khusus untuk menarik pinger locator.
"Dari tanggal 30 (Desember 2014) sudah dikirim ke Tanjung Pandan, tetapi belum bisa diopersikan, sebab, pada saat itu kapal habis, jadi saya diberikan KRI Kapitan Patimura. (Tapi) KRI Patimura deknya tinggi tidak bisa digunakan untuk mengoperasikan alat ini, (kita) memerlukan kapal kecil seperti KM Purworejo berjumlah 5," papar Tatang.
medcom.id, Jakarta: Dalam proses pencarian kotak hitam atau
black box pesawat AirAsia QZ8501, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi mengatakan pihaknya membutuhkan alat pendeteksi yang disebut
pinger locator untuk mendeteksi keberadan kotak hitam.
Alat berupa
hydrophone supersensitif ini nantinya akan ditarik dari belakang kapal untuk menangkap sinyal
black box. Usai sinyal ditangkap, alat itu akan langsung mengirimnya ke server yang berada di atas kapal.
"Yang diperlukan KNKT saat itu adalah alat yang namanya
aquatic hydrophone atau alat yang disebut
pinger locator, yaitu alat untuk mencari di mana letak
black box itu," ujar Tatang dalam Breaking News MetroTV, Kamis (1/1/2014).
Tatang menyebut pihaknya masih kekurangan perangkat
pinger locator tersebut. Oleh sebab itu, KNKT meminjam 1 set
pinger locator dari Inggris dan 2 set dari Singapura untuk mempercepat pencarian black box.
Sayangnya, ke-5
pinger locator yang telah tersedia belum dapat digunakan akibat belum tersedianya kapal untuk menarik alat berbentuk segi tiga berwarna kuning muda itu. Sebab, dibutuhkan kapal khusus untuk menarik
pinger locator.
"Dari tanggal 30 (Desember 2014) sudah dikirim ke Tanjung Pandan, tetapi belum bisa diopersikan, sebab, pada saat itu kapal habis, jadi saya diberikan KRI Kapitan Patimura. (Tapi) KRI Patimura deknya tinggi tidak bisa digunakan untuk mengoperasikan alat ini, (kita) memerlukan kapal kecil seperti KM Purworejo berjumlah 5," papar Tatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)