Citra Dyah Prastuti, Wakil Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Pemimpin Redaksi KBR, dalam acara Pra-UKW Angkatan V.
Citra Dyah Prastuti, Wakil Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Pemimpin Redaksi KBR, dalam acara Pra-UKW Angkatan V.

Jurnalis Hadapi Tantangan Baru di Tengah Kian Banyak Konten Kreator

Fatha Annisa • 12 November 2025 14:58
Jakarta: Jurnalis kini dihadapkan dengan tantangan baru terkait akurasi berita, relevansi, dan kepercayaan publik. Kondisi ini terjadi lantaran semakin derasnya arus informasi dan maraknya konten kreator di platform digital.
 
Hal tersebut disampaikan oleh Citra Dyah Prastuti, Wakil Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Pemimpin Redaksi KBR, dalam acara Pra-UKW Angkatan V bertema “Jurnalis di Pusaran Era Digital: Peluang dan Tantangan” yang digelar secara daring. 
 
Citra menyoroti perubahan besar yang dialami dunia media dalam dua dekade terakhir. Jika dulu publik kekurangan informasi, kini justru mengalami “tsunami informasi” yang membuat sebagian orang mengalami kelelahan dan bahkan memilih menghindari berita.
 
Dulu berita didefinisikan oleh media, jurnalis, dan terkait dengan institusi jurnalisme. Sementara audiensi diposisikan pasif aja. Sementara sekarang, definisi berita jadi lebih personal,”ujarnya, merujuk riset Pew Research tahun 2025.
 
Ia mencontohkan, jika seseorang tidak menyukai olahraga, maka informasi olahraga bukan lagi dianggap berita baginya. Di sisi lain, publik kini lebih menyukai penyampaian berita yang positif dan transparan.
 
Baca juga: Survei: Kekerasan Terhadap Jurnalis Masih Sering Terjadi di Wilayah Ini
 

Ketika Kreator Menyalip Media

Citra juga menyoroti fenomena meningkatnya kepercayaan publik terhadap kreator digital ketimbang media arus utama.  Ini menjadi tantangan besar bagi industri media yang kini harus bersaing dalam attention economy.
 

“Masalahnya, banyak dari mereka tidak memiliki panduan etika jurnalistik. Ketika informasi keliru disebarkan, dampaknya bisa langsung ke demokrasi karena publik membuat keputusan berdasarkan informasi yang salah,” jelasnya.
 
Kendati demikian, Citra mengingatkan bahwa baik jurnalis maupun kreator sama-sama berurusan dengan satu hal yang sama: kebenaran (truth). Bedanya, jurnalis bekerja dengan etika dan prinsip verifikasi yang jelas.
 

Kemunculan ‘Homeless Media’

Selain kreator individu, muncul pula fenomena “homeless media”, istilah lokal untuk kanal berita berbasis media sosial tanpa situs web resmi atau legalitas bisnis. Meski awalnya dikelola oleh satu-dua orang, kini banyak di antara mereka yang tumbuh menjadi industri kecil dengan puluhan staf dan situs web mandiri.
 
“Mereka bukan lagi pemain kecil. Sekarang mereka ingin disebut new media, bahkan sudah punya forum sendiri,” kata Citra.
 
 
Baca juga: Puncak Peringatan Journalist Day 2025, MGN Beri Penghargaan untuk Jurnalis & Supporting

 
Di negara lain, fenomena serupa dikenal dengan istilah “news desert”, “hyperlocal media”, hingga “community pages”. Citra menilai, keberadaan mereka adalah bagian dari ekosistem informasi baru yang menuntut media arus utama untuk lebih adaptif dan inovatif.
 
Lebih lanjut, Citra menekankan pentingnya inovasi di internal media. Ia menegaskan, media harus mengukur keberhasilan bukan hanya dari angka klik dan views, tetapi dari dampak terhadap publik.
 
“Measurement kita jadi turun hanya ke angka, view dan click, bukanlagi pada dampak. Padahal, itu yang seharusnya menjadi kunci yang bisa kita lakukan bersama,” tegas Citra.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(PRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan