medcom.id, Jakarta: Ketua MPR RI Zulkifli Hasan memberikan kesempatan bertanya kepada mahasiswa dan mahasiswi Universitas Podomoro, usai memaparkan sosialisasi Empat Pilar. Salah satu mahasiswi menanyakan, bagaimana cara mengatasi konflik SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
"Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi konflik SARA?" ucap mahasiswi Universitas Podomoro, Jesica, kepada Zulkifli di Universitas Podomoro, Jakarta Barat, Kamis, 31 Agustus 2017.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Zulkifli menjelaskan bahwa konflik yang terjadi akhir-akhir ini sebetulnya bukan karena suku dan agama, melainkan karena faktor kecemburuan. Faktor ini disebabkan tingginya ketimpangan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa.
Apalagi dengan hadirnya teknologi menjadi sumber pemicu kecemburuan tersebut. Kini masyarakat di desa dapat melihat kemewahan yang dimiliki masyarakat kota melalui media sosial. Hal ini membuat masyarakat di pedesaan merasa mereka tidak mendapatkan perlakuan adil.
"Dari dulu kita sudah beda suku dan agama masing-masing, tapi dulu enggak tampak. Sekarang tampak karena kemajuan teknologi. Dulu orang kaya pakai mobil bagus, orang di kampung enggak lihat. Sekarang ini orang kampung bilang (setelah melihat di media sosial), 'Kok orang kota makannya enak sekali, padahal kita bingung besok mau makan apa'," ucap Zulkifli.
Kemudian masyarakat di desa juga menyoroti perilaku para pejabat negara yang kerap hidup serba mewah. Bukannya menetapi janji untuk membantu rakyat, malah mempermainkan uang rakyat untuk memperkaya diri dan golongan.
"Sekarang kalau ada pejabat yang tertangkap, mereka senang betul. Janji untuk melayani kita, kok sekarang malah mengurus yang lain. Sekarang semua sudah terbuka dan pemilik ponsel lebih banyak. Sekarang semua orang di desa sudah punya Facebook, sehingga menimbulkan kemarahan," jelasnya.
Hal ini, kata Zulkifli, menjadi tantangan besar bagi negara. Apalagi jumlah penduduk Indonesia akan semakin bertambah. Jumlah penduduk Indonesia diprediksi 50 tahun lagi akan mencapai 500 juta orang. Oleh sebab itu, pria asal Lampung Selatan itu mengajak kepada seluruh mahasiswa untuk meletakkan dasar kokoh yang kuat sejak sekarang dan terus menjaga nilai-nilai luhur bangsa.
"Ini tugas kita semua. Enggak mungkin hanya kami (MPR) saja. Tugas kita semua, mari menyiapkan dasar yang kokoh agar 50 tahun lagi tidak ribut melulu soal SARA," kata Zulkifli mengimbau.
medcom.id, Jakarta: Ketua MPR RI Zulkifli Hasan memberikan kesempatan bertanya kepada mahasiswa dan mahasiswi Universitas Podomoro, usai memaparkan sosialisasi Empat Pilar. Salah satu mahasiswi menanyakan, bagaimana cara mengatasi konflik SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
"Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi konflik SARA?" ucap mahasiswi Universitas Podomoro, Jesica, kepada Zulkifli di Universitas Podomoro, Jakarta Barat, Kamis, 31 Agustus 2017.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Zulkifli menjelaskan bahwa konflik yang terjadi akhir-akhir ini sebetulnya bukan karena suku dan agama, melainkan karena faktor kecemburuan. Faktor ini disebabkan tingginya ketimpangan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa.
Apalagi dengan hadirnya teknologi menjadi sumber pemicu kecemburuan tersebut. Kini masyarakat di desa dapat melihat kemewahan yang dimiliki masyarakat kota melalui media sosial. Hal ini membuat masyarakat di pedesaan merasa mereka tidak mendapatkan perlakuan adil.
"Dari dulu kita sudah beda suku dan agama masing-masing, tapi dulu enggak tampak. Sekarang tampak karena kemajuan teknologi. Dulu orang kaya pakai mobil bagus, orang di kampung enggak lihat. Sekarang ini orang kampung bilang (setelah melihat di media sosial), 'Kok orang kota makannya enak sekali, padahal kita bingung besok mau makan apa'," ucap Zulkifli.
Kemudian masyarakat di desa juga menyoroti perilaku para pejabat negara yang kerap hidup serba mewah. Bukannya menetapi janji untuk membantu rakyat, malah mempermainkan uang rakyat untuk memperkaya diri dan golongan.
"Sekarang kalau ada pejabat yang tertangkap, mereka senang betul. Janji untuk melayani kita, kok sekarang malah mengurus yang lain. Sekarang semua sudah terbuka dan pemilik ponsel lebih banyak. Sekarang semua orang di desa sudah punya Facebook, sehingga menimbulkan kemarahan," jelasnya.
Hal ini, kata Zulkifli, menjadi tantangan besar bagi negara. Apalagi jumlah penduduk Indonesia akan semakin bertambah. Jumlah penduduk Indonesia diprediksi 50 tahun lagi akan mencapai 500 juta orang. Oleh sebab itu, pria asal Lampung Selatan itu mengajak kepada seluruh mahasiswa untuk meletakkan dasar kokoh yang kuat sejak sekarang dan terus menjaga nilai-nilai luhur bangsa.
"Ini tugas kita semua. Enggak mungkin hanya kami (MPR) saja. Tugas kita semua, mari menyiapkan dasar yang kokoh agar 50 tahun lagi tidak ribut melulu soal SARA," kata Zulkifli mengimbau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ROS)