Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Percepatan Vaksin Diyakini Tekan Fatalitas Lansia

Medcom • 28 Februari 2022 13:48
Jakarta: Pemerintah mempersingkat interval pemberian vaksinasi booster atau suntikan dosis ketiga bagi masyarakat, khususnya lanjut usia (lansia). Penyuntikan dosis lanjutan bagi lansia bisa diberikan minimal tiga bulan setelah menerima vaksinasi dosis lengkap.
 
Sebelumnya, vaksinasi booster diberikan minimal enam bulan setelah penyuntikan dosis kedua. Percepatan vaksinasi itu diyakini efektif menekan fatalitas dari para lansia sebagai kelompok yang sangat rentan. 
 
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, meyakini kebijakan pemerintah mempersingkat interval pemberian vaksinasi booster bagi lansia sudah melalui kajian matang. 

"Pemerintah sudah berhitung masalah kemampuan segala macam. Memang tiga bulan untuk lansia ini menjadi hal yang sangat penting," kata Dicky, melalui keterangan tertulis, Senin, 28 Februari 2022.
 
Dicky menilai percepatan vaksinasi itu untuk mengurangi potensi kematian akibat covid-19. "Dan ingat ketika situasi menuju puncak atau atau titik jenuh, ancaman fatalitas pada kelompok rawan ini makin besar," ujar Dicky.
 
Menurut Dicky, anak-anak usia di bawah lima tahun juga merupakan kelompok rawan, tidak hanya lansia. "Nah, inilah kenapa penting sekali saya ingatkan sejak awal masalah booster ini," ujarnya.
 
Baca: Vaksinasi Lansia dan Dosis Kedua Jadi Prioritas
 
Anggota Komisi IX DPR Yahya Zaini menjelaskan bahwa kebijakan mempercepat interval antara vaksin lengkap dan booster untuk lansia merupakan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI. Selain itu, kata dia, data menunjukkan banyak pasien covid-19 yang meninggal sebagian besar adalah masyarakat yang belum divaksin, para lansia, dan orang dengan penyakit penyerta. 
 
"Saya percaya kebijakan tersebut akan efektif untuk menekan fatalitas dari para lansia sebagai kelompok yang sangat rentan," kata Yahya.
 
Agar minat masyarakat mengikuti vaksin meningkat, dia mengatakan hoaks harus diatasi dengan sosialisasi yang lebih intensif dan masif. Bisa menggunakan media komunikasi yang multisarana, media konvensional, medsos, bahkan melibatkan influencer.
 
"Serta melibatkan berbagai tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi kemasyarakatan. Pelibatan tokoh dan ormas ini jarang dilakukan, padahal budaya masyarakat kita masih kental dengan budaya patronasi," kata Yahya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan