medcom.id, Jakarta: Sebanyak 12 pelajar dari sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengikuti kegiatan "Sehari Menjadi Gubernur NTT" yang diselenggarakan Plan Internasional Indonesia di Kota Kupang, Selasa 3 Oktober 2017.
Kegiatan yang berlangsung sehari ini melibatkan para pelajar dari sejumlah Kabupaten, yakni Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Nagekeo, Sikka, dan Lembata itu dipusatkan di Kantor Gubernur NTT, Jl El Tari, Kota Kupang.
Manager Komunikasi Plan International Indonesia Isni Ahmad, mengatakan kegiatan itu menjadi momentum berharga bagi anak-anak dengan kisaran usia 14-19 tahun untuk membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan terutama kaum perempuan.
"Ini menunjukkan komitmen semua pihak dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak perempuan," kata Isni Ahmad seperti dilansir Antara, Selasa 3 Oktober 2017.
Ia menjelaskan, kegiatan itu diadakan untuk kedua kalinya bekerja sama dengan pemerintah provinsi dalam rangka menyambut Hari Hak Anak Perempuan
Internasional (International Day of the Girl) pada 11 Oktober 2017 yang merupakan agenda tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Provinsi NTT, lanjut Isni, menjadi daerah pertama yang mengawali kegiatan tersebut dari sekitar 70-an negara basis kegiatan Plan Internasional di
berbagai belahan dunia yang akan melakukan kegiatan serupa.
Isni menjelaskan, selama sehari itu, anak-anak yang terdiri dari 11 perempuan dan 1 laki-laki akan berperan melaksanakan rapat pimpinan Pemerintah Provinsi NTT.
"Mereka akan membahas topik khusus terkait pencegahan perkawinan usia anak, yang menurut mereka masih menjadi persoalan di NTT," katanya.
Peserta yang mengisi peran sebagai Gubernur NTT Sarah Wilhelmina Lenggu, sementara rekan-rekannya mengambil peran sebagai pimpinan sejumlah
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terkait dengan topik rapat tersebut.
"Mereka mendapat kesempatan menjadi pemimpin, ada yang berperan jadi Gubernur kemudian Kepala OPD seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BPS, dan lainnya," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kegiatan tersebut sudah menjadi bagian dari konsentrasi Plan Internasional sebagai organisasi hak anak &
kemanusiaan.
"Fokus kami pada program-program yang relevan yang mencakup perluasan akses anak perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, serta pencegahan pernikahan usia anak," katanya.
Sementara itu, seorang pelajar SMA dari Kabupaten Timor Tengah Selatan yang mengambil peran sebagai Gubernur NTT mengaku sangat senang mendapat kesempatan menjadi berperan menjadi orang nomor satu di NTT itu meskipun hanya sehari.
"Sebelumnya saya tidak ada bayangan sama sekali bisa berperan seolah-olah menjadi Gubernur NTT meskipun hanya sehari," kata pelajar SMA dari
Kabupaten Timor Tengah Selatan itu kepada wartawan.
Menurutnya, kesempatan itu merupakan hal yang istimewa bagi dirinya dan rekan-rekan pelajar lainnya dalam membentuk dan mengasah jiwa kepemimpinan generasi muda. Dalam pantauan, sebelum memimpin rapat, Sarah Wilhelmina beraktivitas layaknya Gubernur NTT di ruang kerjanya mulai seperti memeriksa dan menyelesaikan sejumlah dokumen.
Selanjutnya, ia menuju ruang rapat gubernur untuk menggelar rapat pembahasan terkait pencegahan perkawinan usia anak bersama rekan-rekannya
berperan menjadi pimpinan sejumlah organisasi perangkat daerah terkait di lingkup provinsi.
Adapun kegiatan "Sehari Menjadi Gubernur NTT" itu dibuka langsung oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya.
medcom.id, Jakarta: Sebanyak 12 pelajar dari sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengikuti kegiatan "Sehari Menjadi Gubernur NTT" yang diselenggarakan Plan Internasional Indonesia di Kota Kupang, Selasa 3 Oktober 2017.
Kegiatan yang berlangsung sehari ini melibatkan para pelajar dari sejumlah Kabupaten, yakni Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Nagekeo, Sikka, dan Lembata itu dipusatkan di Kantor Gubernur NTT, Jl El Tari, Kota Kupang.
Manager Komunikasi Plan International Indonesia Isni Ahmad, mengatakan kegiatan itu menjadi momentum berharga bagi anak-anak dengan kisaran usia 14-19 tahun untuk membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan terutama kaum perempuan.
"Ini menunjukkan komitmen semua pihak dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak perempuan," kata Isni Ahmad seperti dilansir
Antara, Selasa 3 Oktober 2017.
Ia menjelaskan, kegiatan itu diadakan untuk kedua kalinya bekerja sama dengan pemerintah provinsi dalam rangka menyambut Hari Hak Anak Perempuan
Internasional (International Day of the Girl) pada 11 Oktober 2017 yang merupakan agenda tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Provinsi NTT, lanjut Isni, menjadi daerah pertama yang mengawali kegiatan tersebut dari sekitar 70-an negara basis kegiatan Plan Internasional di
berbagai belahan dunia yang akan melakukan kegiatan serupa.
Isni menjelaskan, selama sehari itu, anak-anak yang terdiri dari 11 perempuan dan 1 laki-laki akan berperan melaksanakan rapat pimpinan Pemerintah Provinsi NTT.
"Mereka akan membahas topik khusus terkait pencegahan perkawinan usia anak, yang menurut mereka masih menjadi persoalan di NTT," katanya.
Peserta yang mengisi peran sebagai Gubernur NTT Sarah Wilhelmina Lenggu, sementara rekan-rekannya mengambil peran sebagai pimpinan sejumlah
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terkait dengan topik rapat tersebut.
"Mereka mendapat kesempatan menjadi pemimpin, ada yang berperan jadi Gubernur kemudian Kepala OPD seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BPS, dan lainnya," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kegiatan tersebut sudah menjadi bagian dari konsentrasi Plan Internasional sebagai organisasi hak anak &
kemanusiaan.
"Fokus kami pada program-program yang relevan yang mencakup perluasan akses anak perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, serta pencegahan pernikahan usia anak," katanya.
Sementara itu, seorang pelajar SMA dari Kabupaten Timor Tengah Selatan yang mengambil peran sebagai Gubernur NTT mengaku sangat senang mendapat kesempatan menjadi berperan menjadi orang nomor satu di NTT itu meskipun hanya sehari.
"Sebelumnya saya tidak ada bayangan sama sekali bisa berperan seolah-olah menjadi Gubernur NTT meskipun hanya sehari," kata pelajar SMA dari
Kabupaten Timor Tengah Selatan itu kepada wartawan.
Menurutnya, kesempatan itu merupakan hal yang istimewa bagi dirinya dan rekan-rekan pelajar lainnya dalam membentuk dan mengasah jiwa kepemimpinan generasi muda. Dalam pantauan, sebelum memimpin rapat, Sarah Wilhelmina beraktivitas layaknya Gubernur NTT di ruang kerjanya mulai seperti memeriksa dan menyelesaikan sejumlah dokumen.
Selanjutnya, ia menuju ruang rapat gubernur untuk menggelar rapat pembahasan terkait pencegahan perkawinan usia anak bersama rekan-rekannya
berperan menjadi pimpinan sejumlah organisasi perangkat daerah terkait di lingkup provinsi.
Adapun kegiatan "Sehari Menjadi Gubernur NTT" itu dibuka langsung oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)