medcom.id, Jakarta: Pasrah, begitu kalimat yang muncul dari mulut sebagian warga RT 09/04 Rawajati, Pancoran, Jakarta. Mereka harus rela melihat bangunan yang menjadi tempat tinggalnya selama 35 tahun dirobohkan dengan alat berat.
Hanya beberapa barang berharga yang bisa diselamatkan. Kini, sebagian warga memilih bertahan tinggal dengan beratapkan terpal, ketimbang menghuni rumah susun (rusun) Marunda.
"Pasrah saja lah, tunggu yang punya kuasa sadar," ucap Marini, 36, saat berbincang dengan Metrotvnews.com, Jumat (2/9/2016).
Malam tadi dia tidur dengan beralaskan terpal tanpa penerangan sama sekali. Lampu jalan yang biasanya menerangi jalan sudah diputus.
Barang-barang milik Warga Rawajati--Metrotvnews.com/Ilham Wibowo
Marini enggan angkat kaki dari Rawajati karena tempat relokasi di Rusun Marunda jaraknya jauh dari tempatnya mencari nafkah di Jakarta Selatan. Dia mengatakan penghasilannya tak cukup bila harus menambah ongkos transportasi jika tinggal di rusun yang disediakan Pemprov DKI itu.
Hal senada disampaikan Yusman, 40. Saat ini dia memilih bertahan di lokasi bekas gusuran. Dia berharap agar pemerintah mampu memberi tempat relokasi yang dekat untuk warga Rawajati. "Ini bentuk protes warga, kita punya KTP Jakarta, bayar pajak. Harusnya pemimpin sekarang lebih bijak dong," ujarnya.
Malam tadi, dia dan sejumah warga bergotong-royong untuk menjaga barang-barang berharga. "Ya ini, ada kulkas, televisi, lemari, motor. Semalam kita jaga bergantian," terangnya.
Sebanyak 500 personel Satpol PP dibantu polisi dari Polres Jakarta Selatan dan Polda Metro Jaya merobohkan 60 bangunan di pinggiran rel Rawajati Pancoran, Jakarta Selatan, kemarin.
Penertiban ini sempat mendapatkan perlawanan dari warga. Akibatnya kericuhan tidak terhindarkan. Tiga warga dan dua anggota satpol PP terlika akibat kericuhan tersebut.
Warga Rawajati bertahan di lokasi penertiban--Metrotvnews.com/Ilham Wibowo
Kericuhan hanya berlangsung beberapa menit, petugas satpol PP dibantu polisi akhirnya memukul mundur warga. Tiga alat berat kemudian meratakan 60 bangunan di kawasan tersebut.
Tahun 2015, Pemprov DKI sudah memberi peringatan kepada warga untuk mengosongkan lahan tersebut. Eksekusi penertiban juga sempat diundur. Sebelumnya, eksekusi penertiban ini akan dilakukan pada awal Juni 2016. Berkat negosiasi penggusuran akhirnya ditunda. Meski diberi tenggat waktu cukup lama, warga keukeuh menolak direlokasi ke tempat yang sudah disediakan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki `Ahok` Tjahaja Purnama heran kenapa warga sulit dipindahkan ke tempat lebih baik. Padahal Pemprov DKI Jakarta memberikan berbagai fasilitas gratis buat warga. Mantan Bupati Belitung Timur itu pun menyebut warga sudah terlalu manja.
"Saya katakan, kalian banyak yang tinggal di Jakarta, pagi-pagi juga sudah berangkat masuk kerja. Itu kita pindahin bukan ke Belitung loh, masih di Jakarta juga," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu 31 Agustus.
medcom.id, Jakarta: Pasrah, begitu kalimat yang muncul dari mulut sebagian warga RT 09/04 Rawajati, Pancoran, Jakarta. Mereka harus rela melihat bangunan yang menjadi tempat tinggalnya selama 35 tahun dirobohkan dengan alat berat.
Hanya beberapa barang berharga yang bisa diselamatkan. Kini, sebagian warga memilih bertahan tinggal dengan beratapkan terpal, ketimbang menghuni rumah susun (rusun) Marunda.
"Pasrah saja lah, tunggu yang punya kuasa sadar," ucap Marini, 36, saat berbincang dengan
Metrotvnews.com, Jumat (2/9/2016).
Malam tadi dia tidur dengan beralaskan terpal tanpa penerangan sama sekali. Lampu jalan yang biasanya menerangi jalan sudah diputus.

Barang-barang milik Warga Rawajati--Metrotvnews.com/Ilham Wibowo
Marini enggan angkat kaki dari Rawajati karena tempat relokasi di Rusun Marunda jaraknya jauh dari tempatnya mencari nafkah di Jakarta Selatan. Dia mengatakan penghasilannya tak cukup bila harus menambah ongkos transportasi jika tinggal di rusun yang disediakan Pemprov DKI itu.
Hal senada disampaikan Yusman, 40. Saat ini dia memilih bertahan di lokasi bekas gusuran. Dia berharap agar pemerintah mampu memberi tempat relokasi yang dekat untuk warga Rawajati.
"Ini bentuk protes warga, kita punya KTP Jakarta, bayar pajak. Harusnya pemimpin sekarang lebih bijak dong," ujarnya.
Malam tadi, dia dan sejumah warga bergotong-royong untuk menjaga barang-barang berharga. "Ya ini, ada kulkas, televisi, lemari, motor. Semalam kita jaga bergantian," terangnya.
Sebanyak 500 personel Satpol PP dibantu polisi dari Polres Jakarta Selatan dan Polda Metro Jaya merobohkan 60 bangunan di pinggiran rel Rawajati Pancoran, Jakarta Selatan, kemarin.
Penertiban ini sempat mendapatkan perlawanan dari warga. Akibatnya kericuhan tidak terhindarkan. Tiga warga dan dua anggota satpol PP terlika akibat kericuhan tersebut.
Warga Rawajati bertahan di lokasi penertiban--Metrotvnews.com/Ilham Wibowo
Kericuhan hanya berlangsung beberapa menit, petugas satpol PP dibantu polisi akhirnya memukul mundur warga. Tiga alat berat kemudian meratakan 60 bangunan di kawasan tersebut.
Tahun 2015, Pemprov DKI sudah memberi peringatan kepada warga untuk mengosongkan lahan tersebut. Eksekusi penertiban juga sempat diundur. Sebelumnya, eksekusi penertiban ini akan dilakukan pada awal Juni 2016. Berkat negosiasi penggusuran akhirnya ditunda. Meski diberi tenggat waktu cukup lama, warga keukeuh menolak direlokasi ke tempat yang sudah disediakan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki `Ahok` Tjahaja Purnama heran kenapa warga sulit dipindahkan ke tempat lebih baik. Padahal Pemprov DKI Jakarta memberikan berbagai fasilitas gratis buat warga. Mantan Bupati Belitung Timur itu pun menyebut warga sudah terlalu manja.
"Saya katakan, kalian banyak yang tinggal di Jakarta, pagi-pagi juga sudah berangkat masuk kerja. Itu kita pindahin bukan ke Belitung loh, masih di Jakarta juga," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu 31 Agustus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)