Jakarta: Tsunami Selat Sunda dinilai sebagai fenomena langkah. Pasalnya, gelombang air yang menerjang pesisir pantai Banten dan Lampung itu disebabkan longsoran bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
"Ini sangat langka. Pasalnya 90 persen tsunami di Indonesia hanya disebabkan gempa," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa, 25 Desember 2018.
Baca: Masyarakat Diimbau Menjauhi Pantai di Selat Sunda
Biasanya, terang dia, tsunami selalu diawali dengan gempa besar. Namun, tsunami kali ini tanpa didahului dengan gempa.
Menurut dia, kejadian sangat jarang terjadi. Kemungkinan terjadinya bencana tersebut hanya 10 persen. Bencana tersebut juga sulit dideteksi, karena Indonesia tak memiliki alatnya.
"Kita belum punya alat untuk deteksi dini jika fenomenanya tsunami yang diakibatkan longsor bawah laut dan erupsi gunung," pungkas Sutopo.
Jakarta: Tsunami Selat Sunda dinilai sebagai fenomena langkah. Pasalnya, gelombang air yang menerjang pesisir pantai Banten dan Lampung itu disebabkan longsoran bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
"Ini sangat langka. Pasalnya 90 persen tsunami di Indonesia hanya disebabkan gempa," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa, 25 Desember 2018.
Baca: Masyarakat Diimbau Menjauhi Pantai di Selat Sunda
Biasanya, terang dia, tsunami selalu diawali dengan gempa besar. Namun, tsunami kali ini tanpa didahului dengan gempa.
Menurut dia, kejadian sangat jarang terjadi. Kemungkinan terjadinya bencana tersebut hanya 10 persen. Bencana tersebut juga sulit dideteksi, karena Indonesia tak memiliki alatnya.
"Kita belum punya alat untuk deteksi dini jika fenomenanya tsunami yang diakibatkan longsor bawah laut dan erupsi gunung," pungkas Sutopo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)