Jakarta: Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni ingin guru menjadi garda terdepan mencegah bibit ekstremisme. Hal tersebut merespons pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait siswa sekolah yang rentan terpapar radikalisme.
“Saya sepakat sekali, guru harus jadi garda terdepan dalam mencegah tersebarnya paham radikalisme terorisme. Karena anak-anak muda, sebut saja yang rentang usianya 13-18 tahun, itu kan paling banyak menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah," ujar Sahroni dalam keterangan tertulis, Senin, 27 November 2023.
Sahroni menyadur pernyataan Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Solihuddin Nasution. Solihuddin menyebut rentang umur anak muda yang mudah terpapar radikalisme yakni usia 13-32 tahun.
Sahroni mengatakan BNPT perlu menjadikan ini fokus baru pengawasan dan penanggulangan teroris. Politikus asal Partai NasDem tersebut meminta BNPT mengoptimalkan edukasi kepada para guru terkait metode pencegahan paham radikal terorisme kepada para murid.
"Untuk itu BNPT harus optimalkan pelatihan kepada para guru, kalau perlu BNPT beri tugas khusus yang akan dimonitor secara berkala,” ujar Sahroni.
Di sisi lain, dia tak menutup mata banyaknya sekolah yang tersebar di Indonesia. Sehingga, membuat BNPT tak memungkinkan untuk menghampiri sekolah satu per satu.
“Jadi walaupun tidak memungkinkan bagi BNPT untuk menghampiri seluruh sekolah, tapi maksud dan tujuan program ini minimal harus terdengar oleh setiap guru. Caranya bagaimana? Bisa adakan seminar pelatihan di tiap wilayah, bisa juga diadakan secara online, campaign melalui medsos, dan sebagainya. Karena ini menyangkut pemahaman para guru soal penggunaan metode yang paling efektif untuk para muridnya,” tambah Sahroni.
Bahkan Sahroni mengusulkan agar BNPT bekerja sama dengan sekolah-sekolah di setiap provinsi. Caranya, dengan menggelar kegiatan edukasi-pencegahan secara langsung kepada para murid-murid.
“Tapi minimal BNPT harus kunjungi perwakilan sekolah di setiap provinsi secara berkala. Adakan kegiatan edukasi untuk para murid-murid. Agar ada tindakan konkretnya, tidak sekedar instruksi abstrak kepada para guru,” kata Sahroni.
Jakarta: Wakil Ketua
Komisi III DPR Ahmad Sahroni ingin
guru menjadi garda terdepan mencegah bibit
ekstremisme. Hal tersebut merespons pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait siswa sekolah yang rentan terpapar radikalisme.
“Saya sepakat sekali, guru harus jadi garda terdepan dalam mencegah tersebarnya paham radikalisme terorisme. Karena anak-anak muda, sebut saja yang rentang usianya 13-18 tahun, itu kan paling banyak menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah," ujar Sahroni dalam keterangan tertulis, Senin, 27 November 2023.
Sahroni menyadur pernyataan Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Solihuddin Nasution. Solihuddin menyebut rentang umur anak muda yang mudah terpapar
radikalisme yakni usia 13-32 tahun.
Sahroni mengatakan
BNPT perlu menjadikan ini fokus baru pengawasan dan penanggulangan teroris. Politikus asal Partai NasDem tersebut meminta BNPT mengoptimalkan edukasi kepada para guru terkait metode pencegahan paham radikal terorisme kepada para murid.
"Untuk itu BNPT harus optimalkan pelatihan kepada para guru, kalau perlu BNPT beri tugas khusus yang akan dimonitor secara berkala,” ujar Sahroni.
Di sisi lain, dia tak menutup mata banyaknya sekolah yang tersebar di Indonesia. Sehingga, membuat BNPT tak memungkinkan untuk menghampiri sekolah satu per satu.
“Jadi walaupun tidak memungkinkan bagi BNPT untuk menghampiri seluruh sekolah, tapi maksud dan tujuan program ini minimal harus terdengar oleh setiap guru. Caranya bagaimana? Bisa adakan seminar pelatihan di tiap wilayah, bisa juga diadakan secara
online,
campaign melalui medsos, dan sebagainya. Karena ini menyangkut pemahaman para guru soal penggunaan metode yang paling efektif untuk para muridnya,” tambah Sahroni.
Bahkan Sahroni mengusulkan agar BNPT bekerja sama dengan sekolah-sekolah di setiap provinsi. Caranya, dengan menggelar kegiatan edukasi-pencegahan secara langsung kepada para murid-murid.
“Tapi minimal BNPT harus kunjungi perwakilan sekolah di setiap provinsi secara berkala. Adakan kegiatan edukasi untuk para murid-murid. Agar ada tindakan konkretnya, tidak sekedar instruksi abstrak kepada para guru,” kata Sahroni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)