Foto keluarga Amirulloh. MTVN/Ilham Wibowo
Foto keluarga Amirulloh. MTVN/Ilham Wibowo

STIP Dinilai Mengingkari Janji

Ilham wibowo • 12 Januari 2017 15:18
medcom.id, Jakarta: Sukses tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Peribahasa itu dirasakan Ruspiadi. Ia menyekolahkan Amirulloh Adityas Putra di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) dengan harapan anaknya itu sukses menjadi pelaut.
 
Jangankan sukses seperti cita-cita Ruspiadi, lulus pun belum, Amirulloh meninggal setelah dianiaya senior di mess STIP, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa malam 10 Januari. "STIP ingkar janji," kata Ruspiadi, Kamis (12/1/2017).
 
Kepada Metrotvnews.com, Ruspiadi bercerita, dirinya yang mendorong dua anak kembarnya menimba ilmu di STIP. Kesuksesan adik Ruspiadi menjadi pelaut setelah sekolah di STIP jadi alasan.

Si anak kembar Amirulloh Adityas Putra dan Amarullah Adityas Putra menyambut baik keinginan sang ayah. Keduanya mendaftar masuk STIP pada 2016. Namun, hanya Amir yang diterima. Amar tak patah arang gagal tes kesehatan di STIP, ia mendaftar di Akademi Maritim Indonesia (AMI) dan diterima.
 
Rabu dini hari, Ruspiadi mendapat kabar tak enak, Amir meninggal. Ia semakin syok, karena nyawa Amir dihabisi senior.
 
Ruspiadi mengaku, sudah mengetahui tradisi kekerasan senior kepada junior di STIP. Tetapi, ia sempat optimistis putranya tidak mengalami kekerasan setelah mendengar janji pejabat STIP. "Ketua STIP berjanji, tidak akan ada kekerasan."
 
Ruspiadi memegang janji itu. Ia senang bukan kepalang saat Amir mulus menjalani orientasi pendidikan awal STIP di Malang, Jawa Timur, selama tiga bulan. Amir naik tingkat menjadi siswa taruna tingkat satu.
 
Seperti ayahnya, Amir menyukai perkusi. Ia bergabung tim drum band di STIP. Selasa malam, para senior memanggil Amir dan beberapa siswa tingkat satu agar berkumpul di lantai dua, kamar M-205, gedung Dermotery ring empat, kampus STIP.
 
Modus senior memanggil Amir dan kawan-kawan untuk diajari drum band. Tiba di ruangan, lima siswa tingkat dua bergiliran memukuli Amir dan kawan-kawan. Amir tak kuasa menahan jap terakhir yang diayunkan senior inisial W.
 
Ruspiadi teringat janji pejabat STIP. "Dan ternyata terjadi lagi (kekerasan)," ucap Ruspiadi. Ke depan, Ruspiadi ingin perubahan total di lembaga pendidikan kedinasan itu. "Cukup anak saya yang jadi korban."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan