Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merumuskan kebijakan untuk mempercepat penurunan persoalan tengkes atau stunting. Penurunan ditargetkan mencapai 14 persen pada 2024.
"Stunting jadi tantangan yang luar biasa karena penurunan harus jadi 14 persen. Kami sudah menyusun ini kebijakan-kebijakan, langkah-langkah, dan rencana aksi," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam webinar Implikasi Hasil Sensus Penduduk 2020 Terhadap Kebijakan Pembangunan Kependudukan, Kamis, 4 Februari 2021.
Hasto mengungkapkan pihaknya telah menyiapkan lima strategi. Pertama, mencegah kelahiran bayi berpotensi tengkes. Strategi ini meliputi pencegahan kehamilan muda dan terlalu tua. Kemudian, penyiapan kehidupan berkeluarga yang laik.
(Baca: Jokowi Optimistis BKKBN Mampu Tekan Angka Stunting)
Strategi kedua, pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) bagi bayi di bawah usia dua tahun. Strategi ketiga, penyediaan data keluarga rentan tengkes yang dimutakhirkan melalui sistem informasi keluarga (SIGA).
Keempat, promosi dan pelibatan institusi masyarakat dalam pencegahan stunting. Strategi kelima, menjaring kemitraan penanganan stunting.
Kemitraan ini meliputi perluasan titik layanan deteksi dini tengkes, ketahanan pangan, serta jaring pengaman sosial. Kemudian, sanitasi, penyediaan air bersih, pendampingan, dan pengawasan keluarga berisiko stunting.
"Kita tidak ada perubahan di tingkat pusat karena komunikasi sudah cukup baik. Kemudian kita akan mematangkan di tingkat daerah melalui gerakan-gerakan kepastian di dalam melakukan intervensi," ujar Hasto.
Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (
BKKBN) merumuskan kebijakan untuk mempercepat penurunan persoalan tengkes atau
stunting. Penurunan ditargetkan mencapai 14 persen pada 2024.
"
Stunting jadi tantangan yang luar biasa karena penurunan harus jadi 14 persen. Kami sudah menyusun ini kebijakan-kebijakan, langkah-langkah, dan rencana aksi," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam webinar Implikasi Hasil Sensus Penduduk 2020 Terhadap Kebijakan Pembangunan Kependudukan, Kamis, 4 Februari 2021.
Hasto mengungkapkan pihaknya telah menyiapkan lima strategi. Pertama, mencegah kelahiran bayi berpotensi tengkes. Strategi ini meliputi pencegahan kehamilan muda dan terlalu tua. Kemudian, penyiapan kehidupan berkeluarga yang laik.
(Baca:
Jokowi Optimistis BKKBN Mampu Tekan Angka Stunting)
Strategi kedua, pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) bagi bayi di bawah usia dua tahun. Strategi ketiga, penyediaan data keluarga rentan tengkes yang dimutakhirkan melalui sistem informasi keluarga (SIGA).
Keempat, promosi dan pelibatan institusi masyarakat dalam pencegahan
stunting. Strategi kelima, menjaring kemitraan penanganan
stunting.
Kemitraan ini meliputi perluasan titik layanan deteksi dini tengkes,
ketahanan pangan, serta jaring pengaman sosial. Kemudian, sanitasi, penyediaan air bersih, pendampingan, dan pengawasan keluarga berisiko
stunting.
"Kita tidak ada perubahan di tingkat pusat karena komunikasi sudah cukup baik. Kemudian kita akan mematangkan di tingkat daerah melalui gerakan-gerakan kepastian di dalam melakukan intervensi," ujar Hasto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)