Jakarta: Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ainun Na'im resmi membuka pelaksanaan Training of Trainers (ToT) on Development of Science Park in Indonesia, bertempat di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Selatan, pada Kamis, 19 April 2018.
ToT tersebut diinisiasi oleh UNESCO dengan dukungan pendanaan dari KOICA dan dilaksanakan bekerja sama dengan Kemenristekdikti. Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan KOICA Project on Supporting the Development of Innovation Acceleration Platform in Indonesia.
ToT ini menghadirkan tujuh ahli internasional dalam bidang science techno park (STP) dan inkubator bisnis teknologi. Dalam forum ini, ketujuh ahli tersebut membagikan pengalamannya kepada Indonesia dalam mengembangkan STP dan inkubator bisnis.
"Bagi Indonesia, dengan ini kita bisa belajar mengembangkan STP. Mereka (ketujuh expert) sudah ahli dalam bidang STP. Kita berharap bisa melihat apa-apa saja yang sudah mereka lakukan untuk pengembangan STP agar STP di Indonesia bisa berkembang, dan langkah strategis apa yang bisa dilakukan ke depannya," ujar Kepala Puspiptek Sri Setiawati saat ditemui Medcom.id, di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Selatan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ainun Na'im menyampaikan pentingnya pemangku kebijakan serta pengelola STP di Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas dan belajar dari kesuksesan STP di berbagai negara.
"Jadi, silakan manfaatkan kesempatan ToT ini dengan sebaik-baiknya dan pengetahuan serta pengalaman dari para ahli internasional yang hadir agar diserap dan selanjutnya ditularkan kepada pengelola STP lainnya," ucap Ainun.
Ketujuh tenaga ahli yang hadir dalam TOT tersebut berasal dari berbagai negara. Mereka adalah Prof Fred Young Phillips (National Cheng Chi University Graduate Institute of Technology, Tiongkok, Taiwan), Dr. Malcom Parry (CEO and Managing Director Surrey Research Park, Britania Raya), dan Prof. Jaehoon Rhee (CEO of Gyeongbuk Techopark Foundation- Korea and Chairman of Korean Techno Association).
Selain itu Dr. Mehdi Keshmiri (Director-General of Science Park and Technology Incubator Development, Ministry of Research and Technology, and President of the Isfahan Science and Technology Town-Iran), Dr. Ilkka Kakko (Founder of Joensuu Science Park-Finland and Managing Director of Karostech Ltd), serta Prof. Byung-Joo Kang (Secretary General of the World Technopolis Association).
Mereka akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada 15 perwakilan STP Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kemenristekdikti. ToT berlangsung selama dua hari, 19-20 April 2018.
Kepala Puspiptek Sri Setiawati, Programme Specialist Section on Science Policy an Partnerships UNESCO, Yoslan Nur, dan Kepala Bidang Kerjasama dan Bisnis Teknologi Puspiptek (Foto:Gervin Nathaniel Purba)
"(Peserta) semua pengelola STP, dari seluruh wilayah Indonesia. Bantuan UNESCO ini untuk program pelatihan serta asistensi implementasi kebijakan dalam rangka pengembangan STP di Indonesia. Ada 15 STP, antara lain berasal dari Riau, Sumatera Selatan, Bogor, Bandung, Solo, Jepara, dan Yogyakarta," kata Sri menjelaskan.
Dalam salah satu sesi TOT, peserta diberi kesempatan untuk mempresentasikan profil STP masing-masing, dan mendapatkan masukan untuk pengembangan STPnya ke depan.
Selain TOT, melalui program KOICA-UNESCO ini juga dilakukan pendampingan teknis untuk empat STP yaitu: IPB, UGM, dan MSTP Jepara. Menurut Programme Specialist Section on Science Policy an Partnerships UNESCO, Yoslan Nur, alasan memberikan bantuan teknik kepada ketiga STP tersebut, karena ketiganya merupakan STP yang bergerak dalam bidang-bidang yang menjadi prioritas nasional.
"Kalau itu berdasarkan prioritas nasional. Karena prioritasnya dalam bio teknologi dan pertanian, terus marine science itu karena kelautan itu merupakan prioritas nasional, dan UGM fokus pada alat kesehatan yang juga prioritas nasional. Jadi semuanya yang kita pilih itu adalah prioritas nasional. Di sini kita membantu yang sudah ada, bukan membuat baru," ujar Yoslan.
Programme Specialist Section on Science Policy an Partnerships UNESCO, Yoslan Nur (Foto:Gervin Nathaniel Purba)
Yoslan menjelaskan bahwa ToT adalah bagian dari proyek untuk membantu Indonesia dalam memacu atau mengekselerasi inovasi. Dalam proyek tersebut, ada lima komponen yang UNESCO kerjakan, yaitu: (1) bantuan teknik manajemen STP; (2) review kebijakan inovasi yang berhubungan dengan pembangunan STP di Indonesia; (3) Training for Trainers untuk manajer STP; (4) pengembangan kewirausahawan; dan (5) mendukung inovasi berbasis masyarakat dengan fokus kepada perempuan pengusaha.
Jakarta: Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ainun Na'im resmi membuka pelaksanaan Training of Trainers (ToT) on Development of Science Park in Indonesia, bertempat di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Selatan, pada Kamis, 19 April 2018.
ToT tersebut diinisiasi oleh UNESCO dengan dukungan pendanaan dari KOICA dan dilaksanakan bekerja sama dengan Kemenristekdikti. Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan KOICA Project on Supporting the Development of Innovation Acceleration Platform in Indonesia.
ToT ini menghadirkan tujuh ahli internasional dalam bidang
science techno park (STP) dan inkubator bisnis teknologi. Dalam forum ini, ketujuh ahli tersebut membagikan pengalamannya kepada Indonesia dalam mengembangkan STP dan inkubator bisnis.
"Bagi Indonesia, dengan ini kita bisa belajar mengembangkan STP. Mereka (ketujuh
expert) sudah ahli dalam bidang STP. Kita berharap bisa melihat apa-apa saja yang sudah mereka lakukan untuk pengembangan STP agar STP di Indonesia bisa berkembang, dan langkah strategis apa yang bisa dilakukan ke depannya," ujar Kepala Puspiptek Sri Setiawati saat ditemui
Medcom.id, di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Selatan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ainun Na'im menyampaikan pentingnya pemangku kebijakan serta pengelola STP di Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas dan belajar dari kesuksesan STP di berbagai negara.
"Jadi, silakan manfaatkan kesempatan ToT ini dengan sebaik-baiknya dan pengetahuan serta pengalaman dari para ahli internasional yang hadir agar diserap dan selanjutnya ditularkan kepada pengelola STP lainnya," ucap Ainun.
Ketujuh tenaga ahli yang hadir dalam TOT tersebut berasal dari berbagai negara. Mereka adalah Prof Fred Young Phillips (National Cheng Chi University Graduate Institute of Technology, Tiongkok, Taiwan), Dr. Malcom Parry (CEO and Managing Director Surrey Research Park, Britania Raya), dan Prof. Jaehoon Rhee (
CEO of Gyeongbuk Techopark Foundation- Korea and Chairman of Korean Techno Association).
Selain itu Dr. Mehdi Keshmiri (Director-General of Science Park and Technology Incubator Development, Ministry of Research and Technology, and President of the Isfahan Science and Technology Town-Iran), Dr. Ilkka Kakko (Founder of Joensuu Science Park-Finland and Managing Director of Karostech Ltd), serta Prof. Byung-Joo Kang (Secretary General of the World Technopolis Association).
Mereka akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada 15 perwakilan STP Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kemenristekdikti. ToT berlangsung selama dua hari, 19-20 April 2018.
Kepala Puspiptek Sri Setiawati, Programme Specialist Section on Science Policy an Partnerships UNESCO, Yoslan Nur, dan Kepala Bidang Kerjasama dan Bisnis Teknologi Puspiptek (Foto:Gervin Nathaniel Purba)
"(Peserta) semua pengelola STP, dari seluruh wilayah Indonesia. Bantuan UNESCO ini untuk program pelatihan serta asistensi implementasi kebijakan dalam rangka pengembangan STP di Indonesia. Ada 15 STP, antara lain berasal dari Riau, Sumatera Selatan, Bogor, Bandung, Solo, Jepara, dan Yogyakarta," kata Sri menjelaskan.
Dalam salah satu sesi TOT, peserta diberi kesempatan untuk mempresentasikan profil STP masing-masing, dan mendapatkan masukan untuk pengembangan STPnya ke depan.
Selain TOT, melalui program KOICA-UNESCO ini juga dilakukan pendampingan teknis untuk empat STP yaitu: IPB, UGM, dan MSTP Jepara. Menurut
Programme Specialist Section on Science Policy an Partnerships UNESCO, Yoslan Nur, alasan memberikan bantuan teknik kepada ketiga STP tersebut, karena ketiganya merupakan STP yang bergerak dalam bidang-bidang yang menjadi prioritas nasional.
"Kalau itu berdasarkan prioritas nasional. Karena prioritasnya dalam bio teknologi dan pertanian, terus
marine science itu karena kelautan itu merupakan prioritas nasional, dan UGM fokus pada alat kesehatan yang juga prioritas nasional. Jadi semuanya yang kita pilih itu adalah prioritas nasional. Di sini kita membantu yang sudah ada, bukan membuat baru," ujar Yoslan.
Programme Specialist Section on Science Policy an Partnerships UNESCO, Yoslan Nur (Foto:Gervin Nathaniel Purba)
Yoslan menjelaskan bahwa ToT adalah bagian dari proyek untuk membantu Indonesia dalam memacu atau mengekselerasi inovasi. Dalam proyek tersebut, ada lima komponen yang UNESCO kerjakan, yaitu: (1) bantuan teknik manajemen STP; (2)
review kebijakan inovasi yang berhubungan dengan pembangunan STP di Indonesia; (3)
Training for Trainers untuk manajer STP; (4) pengembangan kewirausahawan; dan (5) mendukung inovasi berbasis masyarakat dengan fokus kepada perempuan pengusaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)