medcom.id, Jakarta: Jual beli kunci jawaban marak terjadi menjelang pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Namun kebijakan pemerintah yang menetapkan UN tidak lagi jadi penentu kelulusan siswa, membuat laporan transaksi menurun drastis.
Sekjen Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menyebut, pihaknya belum mendapat laporan jual beli kunci jawaban UN hingga H-3 pelaksanaan. Padahal biasanya laporan sudah masuk sejak jauh hari.
"FSGI mempunyai posko pengaduan tersebar di 22 provinsi, 46 kota kabupaten. Kami membuka laporan pengaduan mulai H-7, itu biasanya sudah masuk laporan jual beli kunci. Sekarang, sampai H-3 kami belum terima laporan," kata Retno dalam acara Prime Time News Metro TV, Minggu (12/4/2015).
Kondisi ini, diakui Retno, sangat berbeda dengan pelaksanaan UN tahun lalu dimana UN masih menjadi salah satu penentu kelulusan siswa. Pihaknya mendapati 11 laporan pada H-3 pelaksanaan UN tahun lalu.
"Tahun lalu H-3 terjadi 11 laporan, ini terjadi penurunan yang cukup tajam sampai saat ini," ungkapnya.
FSGI menduga, penurunan drastis ini imbas dari perubahan kebijakan pemerintah yang tidak menjadikan UN sebagai penentu kelulusan siswa.
"Dugaan kami, ini pengaruh besar ketika UN tidak jadi penentu kelulusan," ujarnya.
Siswa tingkat SMA dan sederajat akan melaksanakan ujian nasional (UN) secara serentak besok. UN kali ini seperti ditetapkan pemerintah, bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Selain itu UN tahun ini juga merupakan pertama kalinya sistem UN berbasis komputer (CBT) diterapkan. Sebanyak 585 sekolah terpilih sebagai sekolah percontohan.
medcom.id, Jakarta: Jual beli kunci jawaban marak terjadi menjelang pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Namun kebijakan pemerintah yang menetapkan UN tidak lagi jadi penentu kelulusan siswa, membuat laporan transaksi menurun drastis.
Sekjen Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menyebut, pihaknya belum mendapat laporan jual beli kunci jawaban UN hingga H-3 pelaksanaan. Padahal biasanya laporan sudah masuk sejak jauh hari.
"FSGI mempunyai posko pengaduan tersebar di 22 provinsi, 46 kota kabupaten. Kami membuka laporan pengaduan mulai H-7, itu biasanya sudah masuk laporan jual beli kunci. Sekarang, sampai H-3 kami belum terima laporan," kata Retno dalam acara Prime Time News Metro TV, Minggu (12/4/2015).
Kondisi ini, diakui Retno, sangat berbeda dengan pelaksanaan UN tahun lalu dimana UN masih menjadi salah satu penentu kelulusan siswa. Pihaknya mendapati 11 laporan pada H-3 pelaksanaan UN tahun lalu.
"Tahun lalu H-3 terjadi 11 laporan, ini terjadi penurunan yang cukup tajam sampai saat ini," ungkapnya.
FSGI menduga, penurunan drastis ini imbas dari perubahan kebijakan pemerintah yang tidak menjadikan UN sebagai penentu kelulusan siswa.
"Dugaan kami, ini pengaruh besar ketika UN tidak jadi penentu kelulusan," ujarnya.
Siswa tingkat SMA dan sederajat akan melaksanakan ujian nasional (UN) secara serentak besok. UN kali ini seperti ditetapkan pemerintah, bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Selain itu UN tahun ini juga merupakan pertama kalinya sistem UN berbasis komputer (CBT) diterapkan. Sebanyak 585 sekolah terpilih sebagai sekolah percontohan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)