Bali: Menteri-menteri lingkungan hidup G20 merampungkan kesepakatan soal isu lingkungan. Hal tersebut paripurna dalam Joint Environment and Climate Ministerial Meeting (JECMM) pada 31 Agustus 2022.
"Ada beberapa inti kesepakatan isu lingkungan yang dibahas pada penutupan ini," kata Ketua Environment Deputies Meeting (EDM) Sigit Reliantoro dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 September 2022.
Sigit mengatakan kesepakatan itu antara lain mengurangi dampak degradasi lahan dan kekeringan, meningkatkan perlindungan, konservasi, dan restorasi ekosistem lahan dan hutan yang berkelanjutan. Supaya dampak perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati bisa ditekan.
"Kemudian meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak, peningkatan kapasitas, dan berbagi pengalaman yang berdasar pada alam dan berbasis ekosistem," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu.
Selain itu, para delegasi membahas upaya mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Termasuk pengendalian sampah laut serta konservasi laut.
"Air menjadi isu penting dalam kesepakatan yaitu menggunaan pengelolaan air yang terintegrasi," jelas Sigit.
Sigit menyebut dampak kekeringan yang terjadi di berbagai belahan dunia menjadi perhatian negara G20. Sehingga perlu teknologi yang mendukung berbagai keahlian.
"Yang tidak kalah penting soal meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengubah gaya hidup dan budaya lebih ramah lingkungan," ucap dia.
Sigit menuturkan masalah pendanaan lingkungan turut dibahas untuk melindungi ekosistem secara berkelanjutan. Pendanaan itu diharapkan dapat menggandeng berbagai pemangku kepentingan.
Bali: Menteri-menteri lingkungan hidup
G20 merampungkan kesepakatan soal isu
lingkungan. Hal tersebut paripurna dalam
Joint Environment and Climate Ministerial Meeting (JECMM) pada 31 Agustus 2022.
"Ada beberapa inti kesepakatan isu lingkungan yang dibahas pada penutupan ini," kata Ketua Environment Deputies Meeting (EDM) Sigit Reliantoro dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 September 2022.
Sigit mengatakan kesepakatan itu antara lain mengurangi dampak degradasi lahan dan kekeringan, meningkatkan perlindungan, konservasi, dan restorasi ekosistem lahan dan hutan yang berkelanjutan. Supaya dampak
perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati bisa ditekan.
"Kemudian meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak, peningkatan kapasitas, dan berbagi pengalaman yang berdasar pada alam dan berbasis ekosistem," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu.
Selain itu, para delegasi membahas upaya mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Termasuk pengendalian sampah laut serta konservasi laut.
"Air menjadi isu penting dalam kesepakatan yaitu menggunaan pengelolaan air yang terintegrasi," jelas Sigit.
Sigit menyebut dampak kekeringan yang terjadi di berbagai belahan dunia menjadi perhatian negara G20. Sehingga perlu teknologi yang mendukung berbagai keahlian.
"Yang tidak kalah penting soal meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengubah gaya hidup dan budaya lebih ramah lingkungan," ucap dia.
Sigit menuturkan masalah pendanaan lingkungan turut dibahas untuk melindungi ekosistem secara berkelanjutan. Pendanaan itu diharapkan dapat menggandeng berbagai pemangku kepentingan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)