medcom.id: Bila sebuah negara tengah begelut dalam sebuah krisis, biasanya segala sektor kehidupan masyarakatnya akan terpengaruh, salah satunya adalah pariwisata.
Contohnya saja Mesir. Konflik politik di Mesir pada tahun lalu diklaim telah menghancurkan industri pariwisata nasional negara itu. Padahal, industri pariwisata di Mesir yang terkenal dengan Piramida-nya itu turut menyumbang pendapatan yang besar bagi rakyat dan ekonomi Mesir dan tengah berjuang bangkit dari keterpurukan setelah dihantam gejolak revolusi penggulingan rezim Hosni Mubarak pada Februari 2011.
Begitu pula di Tanah Air, Pulau Dewata yang sempat beberapa kali terimbas aksi terorisme harus menangggung kerugian. Pariwisata andalan di Tanah Air itu sempat terpukul dan lesu akibat berkurangnya kedatangan wisatawan mancanegara.
Namun tampaknya hal itu tidak berlaku di Thailand. Meski telah mengalami guncangan politik, sektor pariwisata di 'Negeri gajah Putih' itu tampak adem ayem dan tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi politik yang hingar-bingar. Di tengah gunjang-ganjing politik yang mempermasalahkan siapa yang paling berhak memimpin pemerintahan, geliat wisata Thailand masih memancarkan pesonanya ke warga dunia.
Buktinya, kota-kota seperti Pattaya, Ayutthaya, Damnoen Saduak, Hua Hin, Khao Yai, Chiang Mai, Phuket, Ko Samui, dan Sukhothai masih terlihat ramai dikunjungi wisatawan mancanegara baik dari Asia, Eropa, maupun Amerika, termasuk juga Indonesia.
Salah satu wisatawan Indonesia yang sempat berkunjung ke sana adalah Darini, 55. Bersama kawan-kawannya sesama ibu-ibu paruh baya, ibu tiga anak itu berpelesiran ke beberapa wilayah di Thailand pada April 2013. Padahal pada saat itu, konflik politik di Thailand tengah berlangsung.
Meski telah mengetahui kondisi tersebut, perempuan yang akrab disapa Rini itu tetap memantapkan keputusannya untuk berlibur ke Thailand. Selama tiga hari di Thailand, ia mengaku tidak merasa khawatir ataupun waswas. Pasalnya, ia merasa kondisi dan situasi di Thailand masih terasa nyaman dan aman untuk para wisatawan.
Selama di Bangkok, Rini mengaku menyaksikan langsung unjuk rasa berbagai kelompok. Namun, menurutnya, karena unjuk rasanya berlangsung tertib, kondisi di sekitar lokasi pun tetap kondusif. "Biasa saja demonya. Ada yang pakai kaos kuning, ada yang putih. Mereka berdemo di lokasi seperti mal atau pasar. Suasananya ramai tapi tetap tertib," kisahnya. Kegiatan unjuk rasa itu pun menjadi tontonan tersendiri bagi para wisatawan yang melintas.
Bahkan sehari setelah pemberlakukan darurat militer di Thailand pada Selasa (20/5/2014), badan pariwisata Thailand pun mengatakan situasi negara itu masih normal untuk dinikmati wisatawan. Kehidupan masyarakat di Thailand pun tetap berjalan seperti biasa. Royal Thai Army menegaskan status darurat militer diberlakukan semata-mata untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban. Sehingga masyarakat Thailand tidak perlu khawatir dan dapat menjalani kehidupan seperti biasa.
Tidak hanya itu, Badan Pariwisata Thailand (Tourism Authority of Thailand/TAT) terus memantau situasi dan memberitahukan industri pariwisata bahwa semua lembaga terkait akan menggunakan upaya terbaik untuk memastikan kenyamanan para wisatawan. Semua transportasi umum dan tempat-tempat wisata, termasuk bandara, lokasi wisata dan pusat perbelanjaan, tetap buka seperti biasa.
Pariwisata di Thailand adalah salah satu penyumbang utama PNB Thailand. Mungkin karena itulah, meski tengah dirundung krisis politik, Thailand tetap berupaya mempertahankan sektor pendapatan utamanya yakni pariwisata.
medcom.id: Bila sebuah negara tengah begelut dalam sebuah krisis, biasanya segala sektor kehidupan masyarakatnya akan terpengaruh, salah satunya adalah pariwisata.
Contohnya saja Mesir. Konflik politik di Mesir pada tahun lalu diklaim telah menghancurkan industri pariwisata nasional negara itu. Padahal, industri pariwisata di Mesir yang terkenal dengan Piramida-nya itu turut menyumbang pendapatan yang besar bagi rakyat dan ekonomi Mesir dan tengah berjuang bangkit dari keterpurukan setelah dihantam gejolak revolusi penggulingan rezim Hosni Mubarak pada Februari 2011.
Begitu pula di Tanah Air, Pulau Dewata yang sempat beberapa kali terimbas aksi terorisme harus menangggung kerugian. Pariwisata andalan di Tanah Air itu sempat terpukul dan lesu akibat berkurangnya kedatangan wisatawan mancanegara.
Namun tampaknya hal itu tidak berlaku di Thailand. Meski telah mengalami guncangan politik, sektor pariwisata di 'Negeri gajah Putih' itu tampak adem ayem dan tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi politik yang hingar-bingar. Di tengah gunjang-ganjing politik yang mempermasalahkan siapa yang paling berhak memimpin pemerintahan, geliat wisata Thailand masih memancarkan pesonanya ke warga dunia.
Buktinya, kota-kota seperti Pattaya, Ayutthaya, Damnoen Saduak, Hua Hin, Khao Yai, Chiang Mai, Phuket, Ko Samui, dan Sukhothai masih terlihat ramai dikunjungi wisatawan mancanegara baik dari Asia, Eropa, maupun Amerika, termasuk juga Indonesia.
Salah satu wisatawan Indonesia yang sempat berkunjung ke sana adalah Darini, 55. Bersama kawan-kawannya sesama ibu-ibu paruh baya, ibu tiga anak itu berpelesiran ke beberapa wilayah di Thailand pada April 2013. Padahal pada saat itu, konflik politik di Thailand tengah berlangsung.
Meski telah mengetahui kondisi tersebut, perempuan yang akrab disapa Rini itu tetap memantapkan keputusannya untuk berlibur ke Thailand. Selama tiga hari di Thailand, ia mengaku tidak merasa khawatir ataupun waswas. Pasalnya, ia merasa kondisi dan situasi di Thailand masih terasa nyaman dan aman untuk para wisatawan.
Selama di Bangkok, Rini mengaku menyaksikan langsung unjuk rasa berbagai kelompok. Namun, menurutnya, karena unjuk rasanya berlangsung tertib, kondisi di sekitar lokasi pun tetap kondusif. "Biasa saja demonya. Ada yang pakai kaos kuning, ada yang putih. Mereka berdemo di lokasi seperti mal atau pasar. Suasananya ramai tapi tetap tertib," kisahnya. Kegiatan unjuk rasa itu pun menjadi tontonan tersendiri bagi para wisatawan yang melintas.
Bahkan sehari setelah pemberlakukan darurat militer di Thailand pada Selasa (20/5/2014), badan pariwisata Thailand pun mengatakan situasi negara itu masih normal untuk dinikmati wisatawan. Kehidupan masyarakat di Thailand pun tetap berjalan seperti biasa. Royal Thai Army menegaskan status darurat militer diberlakukan semata-mata untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban. Sehingga masyarakat Thailand tidak perlu khawatir dan dapat menjalani kehidupan seperti biasa.
Tidak hanya itu, Badan Pariwisata Thailand (Tourism Authority of Thailand/TAT) terus memantau situasi dan memberitahukan industri pariwisata bahwa semua lembaga terkait akan menggunakan upaya terbaik untuk memastikan kenyamanan para wisatawan. Semua transportasi umum dan tempat-tempat wisata, termasuk bandara, lokasi wisata dan pusat perbelanjaan, tetap buka seperti biasa.
Pariwisata di Thailand adalah salah satu penyumbang utama PNB Thailand. Mungkin karena itulah, meski tengah dirundung krisis politik, Thailand tetap berupaya mempertahankan sektor pendapatan utamanya yakni pariwisata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(PRI)