medcom.id, Makasar: Wakil Presiden M Jusuf Kalla menegaskan harus ada perlakukan khusus terhadap terduga pasien terjangkit antraks agar tidak menjalar dan bisa segera ditangani dengan baik.
"Harus ada perlakukan khusus terhadap mereka para pasien ini," kata Wapres M Jusuf Kalla di Makasar, melansir Antara, Minggu (22/1/2017).
Sebelumnya telah beredar di media sosial tentang sejumlah orang terjangkit virus antraks. Kasus tersebut muncul setelah tersebar surat pemberitahuan No.YK.01-02/I/1222/2017 dari RSUP Sardjito kepada Dinas Kesehatan Sleman, menyebut HA kelahiran 18 Maret 2008 meninggal akibat virus antraks.
Lebih lanjut JK menjelaskan untuk menangani hal tersebut diperlukan operasi khusus. Namun demikian, baik Dinas Kesehatan Sleman maupun RSUP Sardjito membantah isi surat tersebut. Tidak hanya surat, pesan berantai di grup-grup warga pun bermunculan.
Pesan berantai tersebut meminta agar masyarakat menghindari wilayah Godean dan Sardjito. Dalam pesan berantai tersebut, warga dilarang untuk memakan daging sapi.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Nurulhayah menjawab jika isi surat tersebut ngawur. Menurutnya, penyebab meninggalnya korban HA akibat radang selaput otak. Hasil uji laboratorium RSUP Sardjito yang menyatakan HA positif terjangkit bacillus anthracis atau antraks masih didalami.
Dijelaskan Nurul, usai menerima Informasi dari RSUP Sardjito Dinkes Sleman langsung menerjunkan tim ke Simping Sidomoyo Godean. Tim observasi langsung melakukan investigasi ke rumah suspect dan lingkungan sekitar. Hasilnya, lanjut Nurul, suspect yang berusia delapan tahun itu sebelumnya tidak memakan daging sapi. Selain itu, di lingkungan suspect juga tidak ditemukan hewan ternak. (ANTARA)
medcom.id, Makasar: Wakil Presiden M Jusuf Kalla menegaskan harus ada perlakukan khusus terhadap terduga pasien terjangkit antraks agar tidak menjalar dan bisa segera ditangani dengan baik.
"Harus ada perlakukan khusus terhadap mereka para pasien ini," kata Wapres M Jusuf Kalla di Makasar, melansir
Antara, Minggu (22/1/2017).
Sebelumnya telah beredar di media sosial tentang sejumlah orang terjangkit virus antraks. Kasus tersebut muncul setelah tersebar surat pemberitahuan No.YK.01-02/I/1222/2017 dari RSUP Sardjito kepada Dinas Kesehatan Sleman, menyebut HA kelahiran 18 Maret 2008 meninggal akibat virus antraks.
Lebih lanjut JK menjelaskan untuk menangani hal tersebut diperlukan operasi khusus. Namun demikian, baik Dinas Kesehatan Sleman maupun RSUP Sardjito membantah isi surat tersebut. Tidak hanya surat, pesan berantai di grup-grup warga pun bermunculan.
Pesan berantai tersebut meminta agar masyarakat menghindari wilayah Godean dan Sardjito. Dalam pesan berantai tersebut, warga dilarang untuk memakan daging sapi.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Nurulhayah menjawab jika isi surat tersebut
ngawur. Menurutnya, penyebab meninggalnya korban HA akibat radang selaput otak. Hasil uji laboratorium RSUP Sardjito yang menyatakan HA positif terjangkit bacillus anthracis atau antraks masih didalami.
Dijelaskan Nurul, usai menerima Informasi dari RSUP Sardjito Dinkes Sleman langsung menerjunkan tim ke Simping Sidomoyo Godean. Tim observasi langsung melakukan investigasi ke rumah
suspect dan lingkungan sekitar. Hasilnya, lanjut Nurul,
suspect yang berusia delapan tahun itu sebelumnya tidak memakan daging sapi. Selain itu, di lingkungan
suspect juga tidak ditemukan hewan ternak. (ANTARA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)