La Ode Musa Abu Hanafi (dua dari kanan). Foto: KBRI Kairo
URL Berhasil di Salin
Si Kecil Asal Bangka yang Mendunia
Tri Kurniawan • 20 April 2016 14:38
medcom.id, Jakarta: Kabar membanggakan datang dari Mesir, akhir pekan lalu. Seorang anak asal Bangka, Musa La Ode Abu Hanafi, meraih peringkat tiga Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) Internasional Sharm El Sheikh.
Musa duduk di kursi hitam dengan badan tegak dan rapat ke meja. Ia meletakkan tangan di atas meja. Di sisi kanan meja ada layar otomatis untuk menunjang jalannya lomba.
Musa menghadapi tantangan pertama. Dari pengeras suara mengalun Ayat Suci Alquran. Juri meminta Musa melanjutkan kutipan Ayat Suci tersebut. Musa menjawab tantangan itu selama sekira tiga menit.
Musa belum fasih mengucapkan huruf R. Ia juga tidak paham betul Bahasa Arab yang digunakan mayoritas orang-orang di tempat MHQ Internasional berlangsung. Tapi, itu bukan halangan.
Cuplikan video Musa di MHQ Internasional beredar di situs berbagi YouTube. Situs resmi Kedutaan Besar RI di Kairo, Mesir, menyebut lomba yang digelar 10 hingga 14 April ini diikuti 80 anak-anak dari 60 negara.
Ini merupakan ajang yang ke sekian kali yang diikuti Musa. Saat usia 5,5 tahun, Musa ikut lomba menghafal Alquran yang diselenggarakan salah satu televisi nasional pada 2014. Abi Amir Faisol Fath, juri, dan beberapa penonton di studio meneteskan air mata haru setelah Musa tuntas membacakan Surat Muhammad dengan lancar.
Pada tahun yang sama, Musa mengikuti lomba penghafal Alquran di Jeddah, Arab Saudi. Keikutsertaan Musa menyedot perhatian karena usianya lebih muda dibandingkan peserta lainnya. Dari 25 peserta, ia berhasil duduk di peringkat 12 dengan nilai 90.83 dari 100.
Pemerintah Mesir cukup memerhatikan para hafidz cilik di Indonesia. Kementerian Wakaf Mesir mengundang hafidz cilik Tanah Air untuk ikut MHQ Internasional di Sharm El Sheikh. Kementerian Agama RI mengutus Musa.
Musa didampingi orangtuanya La Ode Abu Hanafi berangkat ke Negara Piramid. Saat itu, usia Musa tujuh tahun 10 bulan. Sedangkan usia peserta lain rata-rata di atas 10 tahun.
Dilansir KBRI Kairo, sebelum lomba dimulai, Musa sudah menyedot perhatian MENA, Kantor Berita Mesir. Keesokan harinya, MENA memuat hasil wawancara dengan Musa berjudul: Indonesia Berpartisipasi pada MTQ Internasional Sharm El-Sheikh dengan Peserta Paling Kecil.
MHQ Internasional terdiri dari beberapa cabang. Musa mengikuti lomba cabang Hifz Alquran 30 juz. Pria buah cinta dari pasangan La Ode Abu Hanafi Abu Musa dan Yulianti itu menuntaskan enam soal.
Musa kembali mengharukan ruangan tempat lomba. Air mata Ketua Dewan Juri yang juga Wakil Ketua Persatuan Quraa Mesir Sheikh Helmy Gamal pun menetes. Hasil penilaian dewan juri, Musa meraih juara tiga.
Saat penutupan MHQ Internasional, Menteri Wakaf Mesir Mohamed Mochtar Gomaa memanggil Musa dan Abu Hanafi secara khusus. Ia menyampaikan, Pemerintah Mesir mengundang Musa dan Hanafi menghadiri peringatan Malam Lailatul Qadar pada Ramadan mendatang.
Gomaa juga menyebutkan Presiden Mesir akan memberikan penghargaan kepada Musa. Seluruh biaya keberangkatan dan akomodasi selama Musa dan ayahnya di Mesir jadi tanggungan Pemerintah Mesir.
Gomaa takjub kepada Musa, meski masih kecil dan tidak bisa berbahasa Arab, tapi hafal Alquran.
Kordinator Fungsi Pensosbud KBRI Cairo Lauti Nia Sutedja menuturkan, prestasi Musa di ajang MHQ Internasional meningkatkan kecintaan bangsa lain terhadap Indonesia. "Banyak peserta yang menyebutnya sebagai mukjizat."
Kabar prestasi Musa dalam sekejap sampai ke Tanah Air. Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasi atas apa yang dicapai Musa di Mesir.
"Kita bangga dengan prestasi Musa La Ode Abu Hanafi, hafidz tujuh tahun di Musabaqah Hifzil Quran Internasional di Mesir," tulis Presiden di akun Twitter @jokowi.
Abu Hanafi dan istrinya yakin ilmu bukan milik per orangan, tapi milik Allah. Dari keyakinan itu, ia semangat mengenalkan Musa--saat itu berusia dua tahun--pada Alquran.
Awalnya, Hanafi menulis huruf hijaiyah lalu menempelkan di tempat-tempat Musa sering lihat, seperti di kamar. Di sela-sela Musa bermain, Hanafi akan bertanya ke Musa apa huruf hijaiyah yang saat itu ia lihat. "Saya ajari Alif, Ba," ujar Hanafi.
Waktu berjalan, Hanafi mengajari putranya itu menghafal Alquran. Ia melihat kemampuan Musa terus berkembang.
Hanafi menuntun Musa menghafal Qul 'audzu. Selanjutnya ditambah menjadi Qul 'audzu bi rabbin-naas--ayat pertama surat An Naas. Pelafalan ayat tersebut diulang setiap hari selama tiga sampai empat hari.
"Ternyata dia semakin cepat bisa. Ketika dia semakin cepat bisa, semakin saya tingkatnya kemampuannya," kata Hanafi.
Usia empat tahun, Musa mampu menghafal dua juz. Ia juga selesai mempelajari enam jilid Iqra. Hanafi menaikkan level belajar Musa ke Alquran.
Ternyata, Musa sudah bisa membaca Alquran. Sejak saat itu, Musa semakin lancar mengaji dan menghafal Alquran. "Sampai umur lima tahun, Musa sudah hafal 10 juz lebih," ujar Hanafi.
medcom.id, Jakarta: Kabar membanggakan datang dari Mesir, akhir pekan lalu. Seorang anak asal Bangka, Musa La Ode Abu Hanafi, meraih peringkat tiga Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) Internasional Sharm El Sheikh.
Musa duduk di kursi hitam dengan badan tegak dan rapat ke meja. Ia meletakkan tangan di atas meja. Di sisi kanan meja ada layar otomatis untuk menunjang jalannya lomba.
Musa menghadapi tantangan pertama. Dari pengeras suara mengalun Ayat Suci Alquran. Juri meminta Musa melanjutkan kutipan Ayat Suci tersebut. Musa menjawab tantangan itu selama sekira tiga menit.
Musa belum fasih mengucapkan huruf R. Ia juga tidak paham betul Bahasa Arab yang digunakan mayoritas orang-orang di tempat MHQ Internasional berlangsung. Tapi, itu bukan halangan.
Cuplikan video Musa di MHQ Internasional beredar di situs berbagi YouTube. Situs resmi Kedutaan Besar RI di Kairo, Mesir, menyebut lomba yang digelar 10 hingga 14 April ini diikuti 80 anak-anak dari 60 negara.
Ini merupakan ajang yang ke sekian kali yang diikuti Musa. Saat usia 5,5 tahun, Musa ikut lomba menghafal Alquran yang diselenggarakan salah satu televisi nasional pada 2014. Abi Amir Faisol Fath, juri, dan beberapa penonton di studio meneteskan air mata haru setelah Musa tuntas membacakan Surat Muhammad dengan lancar.
Pada tahun yang sama, Musa mengikuti lomba penghafal Alquran di Jeddah, Arab Saudi. Keikutsertaan Musa menyedot perhatian karena usianya lebih muda dibandingkan peserta lainnya. Dari 25 peserta, ia berhasil duduk di peringkat 12 dengan nilai 90.83 dari 100.
Pemerintah Mesir cukup memerhatikan para hafidz cilik di Indonesia. Kementerian Wakaf Mesir mengundang hafidz cilik Tanah Air untuk ikut MHQ Internasional di Sharm El Sheikh. Kementerian Agama RI mengutus Musa.
Musa didampingi orangtuanya La Ode Abu Hanafi berangkat ke Negara Piramid. Saat itu, usia Musa tujuh tahun 10 bulan. Sedangkan usia peserta lain rata-rata di atas 10 tahun.
Dilansir KBRI Kairo, sebelum lomba dimulai, Musa sudah menyedot perhatian MENA, Kantor Berita Mesir. Keesokan harinya, MENA memuat hasil wawancara dengan Musa berjudul: Indonesia Berpartisipasi pada MTQ Internasional Sharm El-Sheikh dengan Peserta Paling Kecil.
MHQ Internasional terdiri dari beberapa cabang. Musa mengikuti lomba cabang Hifz Alquran 30 juz. Pria buah cinta dari pasangan La Ode Abu Hanafi Abu Musa dan Yulianti itu menuntaskan enam soal.
Musa kembali mengharukan ruangan tempat lomba. Air mata Ketua Dewan Juri yang juga Wakil Ketua Persatuan Quraa Mesir Sheikh Helmy Gamal pun menetes. Hasil penilaian dewan juri, Musa meraih juara tiga.
Saat penutupan MHQ Internasional, Menteri Wakaf Mesir Mohamed Mochtar Gomaa memanggil Musa dan Abu Hanafi secara khusus. Ia menyampaikan, Pemerintah Mesir mengundang Musa dan Hanafi menghadiri peringatan Malam Lailatul Qadar pada Ramadan mendatang.
Gomaa juga menyebutkan Presiden Mesir akan memberikan penghargaan kepada Musa. Seluruh biaya keberangkatan dan akomodasi selama Musa dan ayahnya di Mesir jadi tanggungan Pemerintah Mesir.
Gomaa takjub kepada Musa, meski masih kecil dan tidak bisa berbahasa Arab, tapi hafal Alquran.
Kordinator Fungsi Pensosbud KBRI Cairo Lauti Nia Sutedja menuturkan, prestasi Musa di ajang MHQ Internasional meningkatkan kecintaan bangsa lain terhadap Indonesia. "Banyak peserta yang menyebutnya sebagai mukjizat."
Kabar prestasi Musa dalam sekejap sampai ke Tanah Air. Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasi atas apa yang dicapai Musa di Mesir.
"Kita bangga dengan prestasi Musa La Ode Abu Hanafi, hafidz tujuh tahun di Musabaqah Hifzil Quran Internasional di Mesir," tulis Presiden di akun Twitter @jokowi.
Abu Hanafi dan istrinya yakin ilmu bukan milik per orangan, tapi milik Allah. Dari keyakinan itu, ia semangat mengenalkan Musa--saat itu berusia dua tahun--pada Alquran.
Awalnya, Hanafi menulis huruf hijaiyah lalu menempelkan di tempat-tempat Musa sering lihat, seperti di kamar. Di sela-sela Musa bermain, Hanafi akan bertanya ke Musa apa huruf hijaiyah yang saat itu ia lihat. "Saya ajari Alif, Ba," ujar Hanafi.
Waktu berjalan, Hanafi mengajari putranya itu menghafal Alquran. Ia melihat kemampuan Musa terus berkembang.
Hanafi menuntun Musa menghafal Qul 'audzu. Selanjutnya ditambah menjadi Qul 'audzu bi rabbin-naas--ayat pertama surat An Naas. Pelafalan ayat tersebut diulang setiap hari selama tiga sampai empat hari.
"Ternyata dia semakin cepat bisa. Ketika dia semakin cepat bisa, semakin saya tingkatnya kemampuannya," kata Hanafi.
Usia empat tahun, Musa mampu menghafal dua juz. Ia juga selesai mempelajari enam jilid Iqra. Hanafi menaikkan level belajar Musa ke Alquran.
Ternyata, Musa sudah bisa membaca Alquran. Sejak saat itu, Musa semakin lancar mengaji dan menghafal Alquran. "Sampai umur lima tahun, Musa sudah hafal 10 juz lebih," ujar Hanafi.