medcom.id, Jakarta: Vaksin buatan PT Bio Farma (Persero) dijamin tidak kedaluarsa hingga ke proses penyuntikan. Vaksin sudah melewati proses quality control yang menjadi batas awal perhitungan masa kedaluarsa.
“Kami selalu menyediakan vaksin sesuai kebutuhan. Untuk program imunisasi nasional, Dinas Kesehatan punya catatan khusus berapa bayi dan anak yang harus diimunisasi,” kata Coorporate Secretary PT Bio Farma M. Rahman Rustan kepada Metrotvnews.com di Hotel Grand Sahid, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).
Rustan menambahkan, kebutuhan vaksin untuk bayi di Indonesia sekitar lima juta dosis per tahun. Sedangkan untuk anak usia sekolah sekitar 27 juta dosis/tahun.
Perusahaan plat merah itu juga menyediakan vaksin untuk swasta. Sedikitnya ada empat distributor yang berkerja sama dengan Bio Farma, yaitu PT Rajawali Nusindo, PT Indofarma Global Medika, PT sagi Capri, dan PT Merapi.
“Mereka (swasta) juga membeli vaksin berdasarkan jumlah pasien. Jadi, kemungkinan kedaluarsanya kecil. Lagi pula, kebutuhan tahun depan itu bisa diperkirakan,” ungkap Rustan.
Rustam menjelaskan, vaksin produksi Bio Farma melalui tahap produksi dan distribusi yang ketat. Vaksin bolak-balik diperiksa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pemeriksaan meliputi proses produksi, fasilitas yang digunakan, produk, dan clinical trial. Sedangkan untuk proses distribusi, Bio Farma menerapkan sistem pengiriman yang disebut sistem rantai dingin (cold chain system).
Sistem pengiriman Bio Farma ini menjadikan suhu sebagai komponen paling penting. Setiap vaksin memiliki batas suhu maksimal dalam setiap pengiriman. Bila lewat dari batas suhu masimal, vaksin tidak bisa digunakan lagi.
Pengiriman vaksin dari Bio Farma ke suatu daerah atau negara dilakukan maksimal 2 x 48 jam. Itu pun harus melalui sejumlah pemeriksaan berlapis. Jadi, bisa dipastikan jika vaksin produksi Bio Farma sepenuhnya aman.
medcom.id, Jakarta: Vaksin buatan PT Bio Farma (Persero) dijamin tidak kedaluarsa hingga ke proses penyuntikan. Vaksin sudah melewati proses
quality control yang menjadi batas awal perhitungan masa kedaluarsa.
“Kami selalu menyediakan vaksin sesuai kebutuhan. Untuk program imunisasi nasional, Dinas Kesehatan punya catatan khusus berapa bayi dan anak yang harus diimunisasi,” kata Coorporate Secretary PT Bio Farma M. Rahman Rustan kepada
Metrotvnews.com di Hotel Grand Sahid, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).
Rustan menambahkan, kebutuhan vaksin untuk bayi di Indonesia sekitar lima juta dosis per tahun. Sedangkan untuk anak usia sekolah sekitar 27 juta dosis/tahun.
Perusahaan plat merah itu juga menyediakan vaksin untuk swasta. Sedikitnya ada empat distributor yang berkerja sama dengan Bio Farma, yaitu PT Rajawali Nusindo, PT Indofarma Global Medika, PT sagi Capri, dan PT Merapi.
“Mereka (swasta) juga membeli vaksin berdasarkan jumlah pasien. Jadi, kemungkinan kedaluarsanya kecil. Lagi pula, kebutuhan tahun depan itu bisa diperkirakan,” ungkap Rustan.
Rustam menjelaskan, vaksin produksi Bio Farma melalui tahap produksi dan distribusi yang ketat. Vaksin bolak-balik diperiksa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pemeriksaan meliputi proses produksi, fasilitas yang digunakan, produk, dan clinical trial. Sedangkan untuk proses distribusi, Bio Farma menerapkan sistem pengiriman yang disebut sistem rantai dingin (cold chain system).
Sistem pengiriman Bio Farma ini menjadikan suhu sebagai komponen paling penting. Setiap vaksin memiliki batas suhu maksimal dalam setiap pengiriman. Bila lewat dari batas suhu masimal, vaksin tidak bisa digunakan lagi.
Pengiriman vaksin dari Bio Farma ke suatu daerah atau negara dilakukan maksimal 2 x 48 jam. Itu pun harus melalui sejumlah pemeriksaan berlapis. Jadi, bisa dipastikan jika vaksin produksi Bio Farma sepenuhnya aman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)