Jakarta: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan varian covid-19 Delta telah terdeteksi di 98 negara. Varian yang pertama kali muncul di India itu terus menyebar dan bermutasi.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dunia tengah dalam masa-masa genting akibat munculnya varian Delta. Pemandangan rumah sakit yang kewalahan menangani pasien covid-19 lumrah terjadi di negara dengan vaksinasi rendah.
"Diperparah oleh varian yang lebih mudah menular, seperti Delta yang kini menjadi varian dominan di banyak negara, kita kini berada dalam masa genting di pandemi ini," ucap Ghebreyesus dalam jumpa pers, dilansir dari The Indian Express, Minggu, 4 Juli 2021.
Menurutnya, belum ada satupun negara yang terbebsa dari masa genting ini. Varian Delta berbahaya dan terus berevolusi.
"Evaluasi terhadap penanganan kesehatan masyarakat harus rutin dilakukan," ucap dia.
Baca: Varian Delta Lebih Menular dan Berbahaya
Ghebreyesus menambahkan ada dua cara yang bisa dilakukan tiap negara untuk mengatasi kondisi tersebut. Pertama, kebijakan aturan sosial dan kesehatan untuk masyarakat.
"Seperti pengawasan ketat, testing yang tepat sasaran, deteksi awal, isolasi, dan penanganan khusus, menjadi penting," kata dia.
Selain itu, penggunaan masker, jaga jarak, menghindari kerumunan, serta tetap berada di dalam ruangan dengan ventilasi yang baik menjadi landasan dalam mengatasi kondisi genting itu. Ghebreyesus juga menekankan dunia harus berbagi alat perlindungan, seperti oksigen, alat tes, vaksin dan penanganan.
Ghebreyesus sudah mendesak para pemimpin negara di dunia untuk bekerja sama memastikan 70 persen warga di masing-masing negara sudah divaksinasi tahun depan. Menurutnya, ini langkah terbaik untuk memperlambat pandemi, menyelamatkan nyawa, pemulihan ekonomi global dan sekaligus mencegah varian berbahaya lebih menyebar.
"Akhir September ini kami menyerukan para pemimpin dunia untuk memvaksinasi sedikitnya 10 persen penduduk di negara masing-masing," ujarnya.
Baca: Hati-hati di Ruang Tertutup, Varian Delta Bisa Menular lewat Udara
Produksi vaksin saat ini yang sudah berkembang dengan teknologi mRNA juga bisa dipercepat dengan berbagi informasi tentang teknologi tersebut. Dia mendesak perusahaan BioNTech, Pfizer, dan Moderna untuk berbagi informasi itu.
"Makin cepat kita membuat lebih banyak pusat vaksin, makin cepat kita bisa menghentikan lonjakan kematian ini," kata Ghebreyesus.
Dia memperkirakan varian Delta yang dilaporkan sudah ada di hampir 100 negara ini mampu mengalahkan varian lainnya. Varian Delta diperkirakan akan menjadi dominan di dunia dalam beberapa bulan mendatang.
Jakarta: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan
varian covid-19 Delta telah terdeteksi di 98 negara. Varian yang pertama kali muncul di India itu terus menyebar dan bermutasi.
Direktur Jenderal
WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dunia tengah dalam masa-masa genting akibat munculnya varian Delta. Pemandangan rumah sakit yang kewalahan menangani pasien
covid-19 lumrah terjadi di negara dengan vaksinasi rendah.
"Diperparah oleh varian yang lebih mudah menular, seperti Delta yang kini menjadi varian dominan di banyak negara, kita kini berada dalam masa genting di pandemi ini," ucap Ghebreyesus dalam jumpa pers, dilansir dari The Indian Express, Minggu, 4 Juli 2021.
Menurutnya, belum ada satupun negara yang terbebsa dari masa genting ini. Varian Delta berbahaya dan terus berevolusi.
"Evaluasi terhadap penanganan kesehatan masyarakat harus rutin dilakukan," ucap dia.
Baca: Varian Delta Lebih Menular dan Berbahaya
Ghebreyesus menambahkan ada dua cara yang bisa dilakukan tiap negara untuk mengatasi kondisi tersebut. Pertama, kebijakan aturan sosial dan kesehatan untuk masyarakat.
"Seperti pengawasan ketat, testing yang tepat sasaran, deteksi awal, isolasi, dan penanganan khusus, menjadi penting," kata dia.
Selain itu, penggunaan masker, jaga jarak, menghindari kerumunan, serta tetap berada di dalam ruangan dengan ventilasi yang baik menjadi landasan dalam mengatasi kondisi genting itu. Ghebreyesus juga menekankan dunia harus berbagi alat perlindungan, seperti oksigen, alat tes, vaksin dan penanganan.
Ghebreyesus sudah mendesak para pemimpin negara di dunia untuk bekerja sama memastikan 70 persen warga di masing-masing negara sudah
divaksinasi tahun depan. Menurutnya, ini langkah terbaik untuk memperlambat pandemi, menyelamatkan nyawa, pemulihan ekonomi global dan sekaligus mencegah varian berbahaya lebih menyebar.
"Akhir September ini kami menyerukan para pemimpin dunia untuk memvaksinasi sedikitnya 10 persen penduduk di negara masing-masing," ujarnya.
Baca: Hati-hati di Ruang Tertutup, Varian Delta Bisa Menular lewat Udara
Produksi vaksin saat ini yang sudah berkembang dengan teknologi mRNA juga bisa dipercepat dengan berbagi informasi tentang teknologi tersebut. Dia mendesak perusahaan BioNTech, Pfizer, dan Moderna untuk berbagi informasi itu.
"Makin cepat kita membuat lebih banyak pusat vaksin, makin cepat kita bisa menghentikan lonjakan kematian ini," kata Ghebreyesus.
Dia memperkirakan varian Delta yang dilaporkan sudah ada di hampir 100 negara ini mampu mengalahkan varian lainnya. Varian Delta diperkirakan akan menjadi dominan di dunia dalam beberapa bulan mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)