Jakarta: Sejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan akan diguyur hujan mulai akhir Agustus hingga September meskipun memasuki musim kemarau. Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko menyatakan, ini merupakan fenomena dari kemarau basah.
Urip menjelaskan, musim kemarau basah merupakan periode kemarau dimana tetap terjadi hujan. Ia menambahkan, jenis hujan pada musim ini tidak sama dengan periode musim hujan secara kumulatif. Bahkan, terdapat dampak dari musim kemarau basah.
"Sektor pertanian padi, ketersediaan air melimpah, kemudian bisa untuk mengisi waduk. Kita tahu karhutla (kebakarn hutan dan lahan) di 2021 ini sangat jauh menurun,” kata Urip dalam tayangan Newsline Metro TV pada Senin, 30 Agustus 2021.
Namun, Urip menerangkan, terdapat dampak negatif dari musim kemarau basah yang tengah dirasakan oleh masyarakat. Salah satunya seperti yang terjadi pada sejumlah sektor seperti perkebunan dan garam.
"Terutama adanya longsor dan banjir di beberapa wilayah. Bagi tanaman perkebunan yang sangat sensitif terhadap hujan atau kelebihan air,” terang Urip.
Urip mengingatkan, masyarakat agar lebih memahami dan menyiapkan antisipasi dari berbagai kemungkinan buruk yang diperkirakan akan melanda hingga September 2021 mendatang.
"Maka mungkin akan terganggu produktivitasnya. Contoh lain, bawang, tomat, sembako, dan sebagainya, nah ini juga bisa disebut sebagai bad news,” ujarnya. (Nadia Ayu)
Jakarta: Sejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan akan diguyur hujan mulai akhir Agustus hingga September meskipun memasuki musim kemarau. Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko menyatakan, ini merupakan fenomena dari kemarau basah.
Urip menjelaskan, musim kemarau basah merupakan periode kemarau dimana tetap terjadi hujan. Ia menambahkan, jenis hujan pada musim ini tidak sama dengan periode musim hujan secara kumulatif. Bahkan, terdapat dampak dari musim kemarau basah.
"Sektor pertanian padi, ketersediaan air melimpah, kemudian bisa untuk mengisi waduk. Kita tahu karhutla (kebakarn hutan dan lahan) di 2021 ini sangat jauh menurun,” kata Urip dalam tayangan Newsline Metro TV pada Senin, 30 Agustus 2021.
Namun, Urip menerangkan, terdapat dampak negatif dari musim kemarau basah yang tengah dirasakan oleh masyarakat. Salah satunya seperti yang terjadi pada sejumlah sektor seperti perkebunan dan garam.
"Terutama adanya longsor dan banjir di beberapa wilayah. Bagi tanaman perkebunan yang sangat sensitif terhadap hujan atau kelebihan air,” terang Urip.
Urip mengingatkan, masyarakat agar lebih memahami dan menyiapkan antisipasi dari berbagai kemungkinan buruk yang diperkirakan akan melanda hingga September 2021 mendatang.
"Maka mungkin akan terganggu produktivitasnya. Contoh lain, bawang, tomat, sembako, dan sebagainya, nah ini juga bisa disebut sebagai bad news,” ujarnya. (
Nadia Ayu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)