medcom.id, Tangerang Selatan: Pernahkah Anda membayangkan bisa mengoperasikan atau mencipta robot? Bagi orang awam, tampak rumit untuk dilakukan. Dari sekian banyak pencipta robot di Indonesia, adalah Nanang Mustofa yang berhasil menciptakan robot untuk keperluan edukasi.
Meskipun sudah banyak yang mencipta robot untuk keperluan pendidikan, namun Nanang bisa membuat dalam versi yang lebih simpel dan mudah digunakan. Selain itu, sistemnya dirancang tidak ribet sehingga menarik minat pelajar untuk menelaahnya.
"Pemrogramannya dibikin seperti puzzle, jadi anak tidak pusing. Saya bikin berbeda, jadi di satu robot terdapat lima fungsi sekaligus. Caranya pun lebih mudah jadi anak sekolah tidak jenuh," tutur Nanang yang merupakan CEO PT i-Star Visual Otomasi, saat ditemui di Gedung Technology Business Incubation Center (TBIC), Kawasan Puspipptek, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu, 12 Juli 2017.
Robot ini berbentuk mirip mainan mobil-mobilan tanpa sasis. Sementara lima kegunaannya terdiri dari kemampuan mengikuti cahaya karena disematkan sensor cahaya di dalamnya, bisa menerobos halang rintang sehingga si robot akan mencari jalan lain jika terhalang sesuatu, bisa mengikuti garis (follow the line), dioperasikan dan dikontrol dengan android, serta dilengkapi dengan sensor ultrasonik sehingga seolah punya mata untuk bisa melihat ke depan, misal mencari api.
"Ini robotic yang mengarahkan pelajar untuk berkreatifitas, yang penting bisa menanamkan siswa untuk mengerti. Lima fungsi itu bisa dipelajari sampai satu semester," imbuh lulusan Institut Teknologi Indonesia ini (ITI).
Belajar robotic dengan Nanang juga tak memerlukan biaya yang mahal, cukup Rp 50 ribu saja per anak per bulan. Biasanya Nanang dan tim nya menyasar kegitan ekstrakulikuler di beberapa sekolah di daerah Tangerang Selatan dari SD sampai SMA.
"Ini sengaja didesain biar bisa dibongkar pasang siswa. Sebulan ada empat kali pertemuan. Kita mengajarkan bagaimana robotic ini bisa bekerja layaknya manusia, selebihnya mereka nanti berkreasi sendiri," kata dia.
Hasil karya Nanang tak hanya robot saja, melainkan juga membuat sistem kontrol peraga untuk industri. Selain itu, dia juga membuka Automatication Training Center yang diikuti oleh beberapa pegawai pabrik untuk diberi training mengenai sistem kerja mesin pabrik.
"Itu untuk orang industri agar mereka mengerti sistem kontrol dan tidak gaptek, jadi paling tidak jadi tahu kenapa mesin di pabrik bisa bergerak sendiri dan sebagainya. Sebulan ada tiga kali pertemuan, tiap perusahaan biasanya mengirim dua sampai tiga orang. Sampai saat ini sudah ada 30 perusahaan yang mengikuti training kami dalam dua tahun ini," papar laki-laki yang mengidolakan BJ Habibie ini.
Di balik bisnis teknologinya ini dia punya misi mulia, yakni mencerdaskan anak bangsa. Paling tidak dia bisa berkontribusi memberikan ilmunya kepada para pelajar dan masyarakat.
"Saya berharap bisa bersinergi dengan masyarakat atau pelajar Indonesia. Saya ingin membantu meningkatkan skill dan mengarahkan mereka ke masa depan yang lebih baik," tutur peraih penghargaan Gold Medal ASEAN Skill Competition 2016 ini.
PT i-Star Visual Otomasi yang berada di bawah naungannya ini merupakan salah satu tenan inkubasi bisnis Puspiptek selama dua tahun terakhir. Saat ini, dia sedang berusaha mengembangkan bisnis teknologi agar bisa diterima pasar.
Dari inkubasi tersebut, dia pun bisa belajar banyak hal untuk bisa mengembangkan serta menginkubasi produk inovasinya. Selain itu juga belajar bagaimana memasarkan hasil karya teknologinya ini.
"Tiap tahun TBIC ini juga mengirimkan orang keluar negeri, saya juga berangkat ke New Zealand untuk belajar bisnis. Ada juga temu investor, dapat fasilitas, nama produk kami juga semakin terangkat karena bekerjasama dengan Puspiptek dan Kemenristekdikti," kata Nanang.
medcom.id, Tangerang Selatan: Pernahkah Anda membayangkan bisa mengoperasikan atau mencipta robot? Bagi orang awam, tampak rumit untuk dilakukan. Dari sekian banyak pencipta robot di Indonesia, adalah Nanang Mustofa yang berhasil menciptakan robot untuk keperluan edukasi.
Meskipun sudah banyak yang mencipta robot untuk keperluan pendidikan, namun Nanang bisa membuat dalam versi yang lebih simpel dan mudah digunakan. Selain itu, sistemnya dirancang tidak ribet sehingga menarik minat pelajar untuk menelaahnya.
"Pemrogramannya dibikin seperti puzzle, jadi anak tidak pusing. Saya bikin berbeda, jadi di satu robot terdapat lima fungsi sekaligus. Caranya pun lebih mudah jadi anak sekolah tidak jenuh," tutur Nanang yang merupakan CEO PT i-Star Visual Otomasi, saat ditemui di Gedung Technology Business Incubation Center (TBIC), Kawasan Puspipptek, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu, 12 Juli 2017.
Robot ini berbentuk mirip mainan mobil-mobilan tanpa sasis. Sementara lima kegunaannya terdiri dari kemampuan mengikuti cahaya karena disematkan sensor cahaya di dalamnya, bisa menerobos halang rintang sehingga si robot akan mencari jalan lain jika terhalang sesuatu, bisa mengikuti garis (follow the line), dioperasikan dan dikontrol dengan android, serta dilengkapi dengan sensor ultrasonik sehingga seolah punya mata untuk bisa melihat ke depan, misal mencari api.
"Ini robotic yang mengarahkan pelajar untuk berkreatifitas, yang penting bisa menanamkan siswa untuk mengerti. Lima fungsi itu bisa dipelajari sampai satu semester," imbuh lulusan Institut Teknologi Indonesia ini (ITI).
Belajar robotic dengan Nanang juga tak memerlukan biaya yang mahal, cukup Rp 50 ribu saja per anak per bulan. Biasanya Nanang dan tim nya menyasar kegitan ekstrakulikuler di beberapa sekolah di daerah Tangerang Selatan dari SD sampai SMA.
"Ini sengaja didesain biar bisa dibongkar pasang siswa. Sebulan ada empat kali pertemuan. Kita mengajarkan bagaimana robotic ini bisa bekerja layaknya manusia, selebihnya mereka nanti berkreasi sendiri," kata dia.
Hasil karya Nanang tak hanya robot saja, melainkan juga membuat sistem kontrol peraga untuk industri. Selain itu, dia juga membuka Automatication Training Center yang diikuti oleh beberapa pegawai pabrik untuk diberi training mengenai sistem kerja mesin pabrik.
"Itu untuk orang industri agar mereka mengerti sistem kontrol dan tidak gaptek, jadi paling tidak jadi tahu kenapa mesin di pabrik bisa bergerak sendiri dan sebagainya. Sebulan ada tiga kali pertemuan, tiap perusahaan biasanya mengirim dua sampai tiga orang. Sampai saat ini sudah ada 30 perusahaan yang mengikuti training kami dalam dua tahun ini," papar laki-laki yang mengidolakan BJ Habibie ini.
Di balik bisnis teknologinya ini dia punya misi mulia, yakni mencerdaskan anak bangsa. Paling tidak dia bisa berkontribusi memberikan ilmunya kepada para pelajar dan masyarakat.
"Saya berharap bisa bersinergi dengan masyarakat atau pelajar Indonesia. Saya ingin membantu meningkatkan skill dan mengarahkan mereka ke masa depan yang lebih baik," tutur peraih penghargaan Gold Medal ASEAN Skill Competition 2016 ini.
PT i-Star Visual Otomasi yang berada di bawah naungannya ini merupakan salah satu tenan inkubasi bisnis Puspiptek selama dua tahun terakhir. Saat ini, dia sedang berusaha mengembangkan bisnis teknologi agar bisa diterima pasar.
Dari inkubasi tersebut, dia pun bisa belajar banyak hal untuk bisa mengembangkan serta menginkubasi produk inovasinya. Selain itu juga belajar bagaimana memasarkan hasil karya teknologinya ini.
"Tiap tahun TBIC ini juga mengirimkan orang keluar negeri, saya juga berangkat ke New Zealand untuk belajar bisnis. Ada juga temu investor, dapat fasilitas, nama produk kami juga semakin terangkat karena bekerjasama dengan Puspiptek dan Kemenristekdikti," kata Nanang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ROS)