Jakarta: Ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama, suku, ras, dan antargolongan (SARA) semakin marak di di media sosial. Namun, dua pemuda yang memiliki latar belakang agama berbeda ini bersama-sama membangun sebuah channel di YouTube yang mengajarkan sebuah toleransi.
Tentang cinta dan kasih di agama masing-masing.
Kedua orang tersebut adalah Habib Husein Ja’far Hadar dan Pendeta Yerry Pattinasarany. Kedua pemuda ini memiliki pikiran dan tujuan yang sama demi membangun toleransi beragama di Indonesia.
Mencoba mencari dan menjadi contoh
Habib Ja'far bercerita, awalnya ia memulai channel YouTube bernama Jeda Nulis. Sebagai kaum mayoritas di Indonesia, ia ingin Muslim menjadi suatu pohon besar yang dapat menaungi siapa pun yang ingin bernaung di bawahnya.
Konsep ini dia pelajari dari Nabi Muhammad SAW saat menguasai Madinah. Saat memimpin Madinah, Rasulullah membuat piagam Madinah yang menjadi pegangan hidup dan kehidupan masyarakat majemuk yang damai.
"Karena itu orang-orang kristiani, yahudi, siapa pun yang berbeda dengan muslim, selama mau hidup dengan menaati prinsip-prinsip kebersamaan, bisa hidup bersama di Madinah saat itu,” terang Habib Ja’far Hadar dalam tayangan Kick Andy di Metro TV, Minggu 28 November 2021.
Habib Ja’far ingin memberikan pandangan bagi masyarakat Indonesia sebagai kaum mayoritas agar dapat menjadi pohon besar bagi siapa pun. Bahkan yang tidak memiliki agama.
“Kita bisa kok duduk bersama dalam perbedaan baik itu perbedaan antar agama maupun yang tidak memiliki agama,” tutur Habib Ja’far.
Dididik ayah bertoleransi
Pemikiran Habib Ja’far seperti ini tidak terlepas dari didikan kedua orang tuanya. Ia bercerita ayahnya memiliki keterbukaan dengan yang namanya perbedaan.
“Beliau itu (ayah) kalau Natal, mengirimkan makanan-makanan, berbagi ke pendeta-pendeta di kampung saya. Bahkan ketika saya menikah beliau mengundang tokoh agama lain untuk hadir juga,” kata Habib Ja’far.
“Beliau itu (ayah) kalau Natal, mengirimkan makanan-makanan, berbagi ke pendeta-pendeta di kampung saya. Bahkan ketika saya menikah beliau mengundang tokoh agama lain untuk hadir juga,” kata Habib Ja’far.
Itulah yang diturunkan kepada Habib Ja'far hingga sekarang. Selain berdakwah di YouTube, Habib Ja’far juga selalu menulis tentang tema perbedaan.
Menurut Habib Ja’far jika toleransi tidak dilakukan, justru bangsa Indonesia sendiri yang dirugikan. Keberagaman itu nyata. Jika tidak diberi pandangan yang sama bahwa kita adalah saudara, bagsa akan terus bertengkar dan Indonesia bakal hancur.
Pikiran yang sama akan pentingnya toleransi beragama membuat Pendeta Yerry Pattinasarany bahagia dan tak berpikir saat diajak Habib Ja’far berkolaborasi.
“Sejak berkolaborasi dengan Habib Husfin, saya berniat untuk tidak hanya sebatas konten. Kami membangun hubungan persahabatan, dan itu suatu hal yang menyenangkan sekali,” kata Pendeta Yerry. (Imanuel Rymaldi Matatula)
Jakarta: Ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama, suku, ras, dan antargolongan (SARA) semakin marak di di media sosial. Namun, dua pemuda yang memiliki latar belakang agama berbeda ini bersama-sama membangun sebuah channel di YouTube yang mengajarkan sebuah toleransi.
Tentang cinta dan kasih di agama masing-masing.
Kedua orang tersebut adalah Habib Husein Ja’far Hadar dan Pendeta Yerry Pattinasarany. Kedua pemuda ini memiliki pikiran dan tujuan yang sama demi membangun toleransi beragama di Indonesia.
Mencoba mencari dan menjadi contoh
Habib Ja'far bercerita, awalnya ia memulai
channel YouTube bernama Jeda Nulis. Sebagai kaum mayoritas di Indonesia, ia ingin Muslim menjadi suatu pohon besar yang dapat menaungi siapa pun yang ingin bernaung di bawahnya.
Konsep ini dia pelajari dari Nabi Muhammad SAW saat menguasai Madinah. Saat memimpin Madinah, Rasulullah membuat piagam Madinah yang menjadi pegangan hidup dan kehidupan masyarakat majemuk yang damai.
"Karena itu orang-orang kristiani, yahudi, siapa pun yang berbeda dengan muslim, selama mau hidup dengan menaati prinsip-prinsip kebersamaan, bisa hidup bersama di Madinah saat itu,” terang Habib Ja’far Hadar dalam tayangan
Kick Andy di
Metro TV, Minggu 28 November 2021.
Habib Ja’far ingin memberikan pandangan bagi masyarakat Indonesia sebagai kaum mayoritas agar dapat menjadi pohon besar bagi siapa pun. Bahkan yang tidak memiliki agama.
“Kita bisa kok duduk bersama dalam perbedaan baik itu perbedaan antar agama maupun yang tidak memiliki agama,” tutur Habib Ja’far.
Dididik ayah bertoleransi
Pemikiran Habib Ja’far seperti ini tidak terlepas dari didikan kedua orang tuanya. Ia bercerita ayahnya memiliki keterbukaan dengan yang namanya perbedaan.
“Beliau itu (ayah) kalau Natal, mengirimkan makanan-makanan, berbagi ke pendeta-pendeta di kampung saya. Bahkan ketika saya menikah beliau mengundang tokoh agama lain untuk hadir juga,” kata Habib Ja’far.
“Beliau itu (ayah) kalau Natal, mengirimkan makanan-makanan, berbagi ke pendeta-pendeta di kampung saya. Bahkan ketika saya menikah beliau mengundang tokoh agama lain untuk hadir juga,” kata Habib Ja’far.
Itulah yang diturunkan kepada Habib Ja'far hingga sekarang. Selain berdakwah di YouTube, Habib Ja’far juga selalu menulis tentang tema perbedaan.
Menurut Habib Ja’far jika toleransi tidak dilakukan, justru bangsa Indonesia sendiri yang dirugikan. Keberagaman itu nyata. Jika tidak diberi pandangan yang sama bahwa kita adalah saudara, bagsa akan terus bertengkar dan Indonesia bakal hancur.
Pikiran yang sama akan pentingnya toleransi beragama membuat Pendeta Yerry Pattinasarany bahagia dan tak berpikir saat diajak Habib Ja’far berkolaborasi.
“Sejak berkolaborasi dengan Habib Husfin, saya berniat untuk tidak hanya sebatas konten. Kami membangun hubungan persahabatan, dan itu suatu hal yang menyenangkan sekali,” kata Pendeta Yerry.
(Imanuel Rymaldi Matatula) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)