medcom.id, Jakarta: Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) Jabodetabek siap mewadahi kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Sebab, masih ada perguruan tinggi yang belum menjalankan program studi ilmu komunikasi berbasis KKNI.
“Saat ini ada program studi ilmu komunikasi yang sudah menjalankan kurikulum berbasis KKNI, tapi ada juga yang belum. Diharapkan, Aspikom dapat memfasilitasi dan membantu. Kurikulum ini tentu saja menjadi fokus utama Aspikom,” kata Ketua Aspikom Jabodetabek Mulharnetti Syas di Universitas Pancasila, Jakarta Selatan, Selasa (13/9/2016).
Wanita yang akrab disapa Netti itu mengatakan, salah satu program kerja Aspikom Jabodetabek yang paling penting adalah mengadakan workshop penyusunan kurikulum berbasis KKNI.
Menurut Netti, KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor pekerjaan.
KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, berbasis capaian pembelajaran (learning outcomes) untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan produktif.
Hal lain yang menjadi program kerja Aspikom Jabodetabek adalah pengembangan Laboratorium. Sebab, masing-masing kampus mempunyai laboratorium, namun standarnya belum sama. ”Untuk itu, Aspikom perlu merumuskan standar laboratorium Ilmu Komunikasi, misalnya untuk laboratorium televisi, radio, disain grafis, fotografi, dan lain-lain,” ujar Netti.
Menurutnya, diperlukan kerja sama dengan media agar setiap program yang dijalankan Aspikom dapat diketahui masyarakat luas. “Ini sangat penting, karena dalam perjalanannya Aspikom juga melakukan pengabdian kepada masyarakat,” kata Netti.
Ketua Aspikom Jabodetabek Mulharnetty Syas (duduk berkerudung biru) dan Udi Rusadi (duduk di tengah) bersama Pengurus Aspikom Jabodetabek usai Rakerwil di gedung Fikom Universitas Pancasila, Selasa (13/9).
Gelar Rakerwil
Netti menjelaskan, pengurus Aspikom periode 2016-2019 dengan empat departemen harus merumuskan program kerja Aspikom dengan baik. Seperti Departemen Kurikulum dan Pembelajaran; Departemen Penelitian, Pengabdian, dan Pengembangan; Departemen Komunikasi Publik; dan Departemen Kerja sama Antarlembaga.
Perumusan itu dilakukan dengan mengadakan rapat kerja wilayah (Rakerwil) dan diskusi ilmiah. Sebelumnya, pelantikan pengurus baru dilaksanakan pada 29 Agustus 2016.
Pengurus Aspikom Jabodetabek Periode 2016-2019 memang berbeda dengan pengurus sebelumnya karena dalam kepengurusan periode ini berjumlah 114 orang dari 53 perguruan tinggi yang memiliki program studi ilmu komunikasi.
Setelah Rakerwil, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi bertopik `Efek Agenda Setting Level 3`. Teori dan metode yang disampaikan Ketua Program Pascasarjana Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, Udi Rusadi ini memang belum umum dalam penelitian di komunikasi.
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia ini menjelaskan, penelitian ini nantinya dapat memberikan penekanan kepada pengaruh jaringan isu dalam media terhadap jaringan yang ada dalam pikiran khalayaknya.
medcom.id, Jakarta: Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) Jabodetabek siap mewadahi kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Sebab, masih ada perguruan tinggi yang belum menjalankan program studi ilmu komunikasi berbasis KKNI.
“Saat ini ada program studi ilmu komunikasi yang sudah menjalankan kurikulum berbasis KKNI, tapi ada juga yang belum. Diharapkan, Aspikom dapat memfasilitasi dan membantu. Kurikulum ini tentu saja menjadi fokus utama Aspikom,” kata Ketua Aspikom Jabodetabek Mulharnetti Syas di Universitas Pancasila, Jakarta Selatan, Selasa (13/9/2016).
Wanita yang akrab disapa Netti itu mengatakan, salah satu program kerja Aspikom Jabodetabek yang paling penting adalah mengadakan workshop penyusunan kurikulum berbasis KKNI.
Menurut Netti, KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor pekerjaan.
KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, berbasis capaian pembelajaran (learning outcomes) untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan produktif.
Hal lain yang menjadi program kerja Aspikom Jabodetabek adalah pengembangan Laboratorium. Sebab, masing-masing kampus mempunyai laboratorium, namun standarnya belum sama. ”Untuk itu, Aspikom perlu merumuskan standar laboratorium Ilmu Komunikasi, misalnya untuk laboratorium televisi, radio, disain grafis, fotografi, dan lain-lain,” ujar Netti.
Menurutnya, diperlukan kerja sama dengan media agar setiap program yang dijalankan Aspikom dapat diketahui masyarakat luas. “Ini sangat penting, karena dalam perjalanannya Aspikom juga melakukan pengabdian kepada masyarakat,” kata Netti.
Ketua Aspikom Jabodetabek Mulharnetty Syas (duduk berkerudung biru) dan Udi Rusadi (duduk di tengah) bersama Pengurus Aspikom Jabodetabek usai Rakerwil di gedung Fikom Universitas Pancasila, Selasa (13/9).
Gelar Rakerwil
Netti menjelaskan, pengurus Aspikom periode 2016-2019 dengan empat departemen harus merumuskan program kerja Aspikom dengan baik. Seperti Departemen Kurikulum dan Pembelajaran; Departemen Penelitian, Pengabdian, dan Pengembangan; Departemen Komunikasi Publik; dan Departemen Kerja sama Antarlembaga.
Perumusan itu dilakukan dengan mengadakan rapat kerja wilayah (Rakerwil) dan diskusi ilmiah. Sebelumnya, pelantikan pengurus baru dilaksanakan pada 29 Agustus 2016.
Pengurus Aspikom Jabodetabek Periode 2016-2019 memang berbeda dengan pengurus sebelumnya karena dalam kepengurusan periode ini berjumlah 114 orang dari 53 perguruan tinggi yang memiliki program studi ilmu komunikasi.
Setelah Rakerwil, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi bertopik `Efek Agenda Setting Level 3`. Teori dan metode yang disampaikan Ketua Program Pascasarjana Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, Udi Rusadi ini memang belum umum dalam penelitian di komunikasi.
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia ini menjelaskan, penelitian ini nantinya dapat memberikan penekanan kepada pengaruh jaringan isu dalam media terhadap jaringan yang ada dalam pikiran khalayaknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)