Petugas Balai Besar Karantina Hewan Bandara Soekarno- Hatta menyiapkan daging celeng untuk dimusnahkan, di Tangerang, Banten, Senin 9 November 2015. Antara Foto/Lucky R.
Petugas Balai Besar Karantina Hewan Bandara Soekarno- Hatta menyiapkan daging celeng untuk dimusnahkan, di Tangerang, Banten, Senin 9 November 2015. Antara Foto/Lucky R.

Waspadai Daging Celeng Oplosan Selama Ramadan

Gabriela Jessica Restiana Sihite • 27 Mei 2016 14:14
medcom.id, Jakarta: Balai Karantina Kementerian Pertanian mengingatkan masyarakat di kawasan Sumatera agar lebih cermat dalam membeli daging olahan seperti bakso. Sebab, penyelundupan daging celeng (babi hutan) oplosan diduga dari Pulau Jawa diprediksi marak selama bulan puasa.
 
Penanggung Jawab Wilayah Kerja Pelabuhan Bakauheni Badan Karantina Kelas 1 Provinsi Lampung Azhar menjelaskan kandungan daging celeng dimasukan ke bakso daging dan bakso ikan. Petugas Balai Karantina sering menangkap penyelundup di Pelabuhan Bakauheni tanpa dokumen apa pun.
 
Tahun lalu, kata dia, daging celeng oplosan yang tertangkap sebanyak 32 ton. Dalam tiga tahun terakhir, Balai Karantina tercatat mengamankan 100 ton daging celeng oplosan.

"Bakso daging, bahkan bakso ikan sekalipun kami cek mengandung daging celeng. Ada yang sama sekali tidak punya dokumen, ada yang kasih dokumen MUI, tapi saat kami telurusi, itu palsu," kata Azhar saat kunjungan ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Jumat (27/5/2016).
 
Menurutnya, pengungkapan kasus perdagangan ilegal tersebut kerap terjadi setiap pekan. Dia pun yakin kasus tersebut akan makin marak saat bulan Ramadan.
 
Azhar menilai daging celeng oplosan akan memberi keuntungan lebih kepada para penjualnya. Pasalnya, harga daging sapi saat ini masih di atas Rp100 ribu per kilogram (kg). Sedangkan harga daging celeng sangat murah.
 
"Nilai jualnya bagus karena daging sapi sampai Rp100 ribu per kg, sedangkan celeng murah. Jadi dicampur," ujarnya.
 
Dia mengungkapkan para penyelundup daging celeng oplosan biasanya mengirim melalui jalan darat menggunakan mobil. Para sopir memasukan daging-daging tersebut ke dalam kotak dan terjadi pergantian mobil di beberapa tempat, seperti di jalan tol, tempat peristirahatan menuju Merak, dan di pinggir-pinggir jalan.
 
"Para sopirnya sering tidak tahu itu barang apa, mau dibawa kemana. Mereka hanya pindah-pindahkan barang ke mobil lain atau sopir lain yang juga tidak saling kenal," papar Azhar.
 
Sayangnya, petugas Balai Karantina tidak punya wewenang menyetop kendaraan pribadi. Karena itu, saat Ramadan, Juni hingga Juli tahun ini, Azhar mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan polisi untuk meminimalisir masuknya daging celeng oplosan ke Sumatera.
 
"Yang punya wewenang menyetop bus dan kendaraan pribadi yang diduga mengangkut daging celeng itu ya Kepolisian. Kami tidak bisa menyetop. Makanya, nanti kami akan buat operasi gabungan selama Ramadan," imbuh Azhar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan