Penyanyi Soendari Soekotjo bersama eks vokalis Edane Ecky Lamoh hadir dalam konferensi pers jelang Konser 100 Tahun Ismail Marzuki di Jakarta, Selasa (20/5/2014). (Foto:Antara/Teresia May)
Penyanyi Soendari Soekotjo bersama eks vokalis Edane Ecky Lamoh hadir dalam konferensi pers jelang Konser 100 Tahun Ismail Marzuki di Jakarta, Selasa (20/5/2014). (Foto:Antara/Teresia May)

Ismail Marzuki, Dipuja hingga Dicap Plagiat

Agustinus Shindu Alpito • 21 Mei 2014 14:53
medcom.id, Jakarta: Ada ungkapan yang mengatakan, tidak ada yang benar-benar baru di bawah matahari. Arti dari ungkapan itu cukup luas, salah satunya diterjemahkan untuk mengungkapkan bahwa karya manusia di dunia tidak ada yang benar-benar baru. Karya manusia adalah adaptasi dari lingkungan, alam, dan juga dari pengembangan karya-karya yang telah ada sebelumnya.
 
Tahun 2014 dirayakan secara khusus oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sebagai peringatan 100 Tahun Ismail Marzuki. Ismail atau yang akrab disapa Maing adalah seorang seniman legendaris yang turut mewarnai perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan melalui karya-karya musiknya.
 
'Gugur Bunga', 'Melati di Tapal Batas', 'Rayuan Pulau Kelapa', 'Sepasang Mata Bola', 'Juwita Malam', 'Indonesia Pusaka', adalah sedikit dari karya-karya sang maestro. Namun, di tengah puja-puji kepada Maing, muncul anggapan bahwa beberapa karya lagu ciptaannya merupakan hasil plagiat.

Seperti dikabarkan sebuah portal budaya dan politik, Selasar.com, Remy Silado, seorang seniman yang juga pernah menjadi wartawan musik, mengungkapkan bahwa beberapa karya Maing diduga mencontek lagu lain.
 
Remy memberi contoh lagu 'Panon Hideung' gubahan Maing yang menurutnya serupa dengan komposisi asal Rusia yang pernah dibawakan di Indonesia dan sudah dicatatkan di Amerika Serikat pada 1926. Selain lagu 'Panon Hideung', Remy juga menyinggung lagu 'Kalau Anggrek Mulai Berbunga'. Lagu ini dinilai serupa dengan lagu berbahasa Belanda yang direkam pada 1922.
 
Dalam konferensi pers 100 Tahun Ismail Marzuki yang digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Selasa (21/5/2014), Teguh Esha selaku penulis yang menulis buku biografi 'Ismail Marzuki: Musik, Tanah Air, dan Cinta', mengungkapkan bahwa kritik terhadap karya-karya seniman sangat diperlukan. Dan isu plagiarisme dianggap sebagai salah satu bentuk kritik seni.
 
Tudingan lagu nasional serupa dengan lagu asing sebenarnya bukanlah hal baru. Sebelumnya pernah muncul dugaan lagu 'Indonesia Raya' mirip lagu 'Lekka Lekka Pinda Pinda' dari Belanda. Seorang pengguna situs berbagi video, YouTube, dengan nama Arezeo mengunggah sebuah video musik yang menunjukkan persamaan lagu 'Indonesia Raya' dan 'Lekka Lekka Pinda Pinda'.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan