Kapal selam KRI Nanggala-402 saat latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa. ANT/Syaiful Arif
Kapal selam KRI Nanggala-402 saat latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa. ANT/Syaiful Arif

Pesan Menyentuh Salah Satu Kru Sebelum Tragedi KRI Nanggala-402

Patrick Pinaria • 26 April 2021 18:36
Jakarta: Salah satu kru KRI Nanggalan-402, Serda Setyo Wawan pernah mengungkapkan risiko dan tantangan saat menjalani tugasnya. Ia mengaku risiko yang harus siap dihadapinya adalah gugur saat bertugas.
 
Pernyataan tersebut diungkapkan Setyo saat diwawancarai oleh salah stasiun televisi pada 2019. Potongan video wawancara itu dipajang oleh akun Instagram @infokomando.
 
"Di saat kami menyelam berarti kamu sudah mati. Akan saya sampaikan juga kepada istri dan anak saya nanti. Pada saat suamimu berangkat tugas melaksanakan operasi kapal selam, kamu anggap suamimu itu sudah mati," ujar Setyo.

Pesan Menyentuh Salah Satu Kru Sebelum Tragedi KRI Nanggala-402
(Klik link videonya di sini)
 
Lebih lanjut, Setyo mengaku tetap meminta doa untuk keselamatan saat ia bertugas kepada keluarganya. 
 
"Berdoa saja sama Allah SWT supaya suamimu ini selalu diberikan keselamatan, kemudahan, kelancaran dimanapun berada," lanjutnya.
 
Malang bagi Setyo. Ia pun harus mengalami risiko tersebut. Setyo dipastikan menjadi salah satu dari 53 kru yang dinyatakan gugur dalam kecelakaan KRI Nanggala-402. 
 
Peristiwa bermula saat KRI Nanggala-402 menjalani latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali pada Rabu 21 April. Namun, kapal tersebut hilang kontak.
 
Sebanyak 21 armada dikerahkan mencari KRI Nanggala-402. Armada terdiri atas KRI Rigel-933, KRI REM-331, KRI I Gusti Ngurah Rai-332, KRI Diponegoro-365, KRI DR Soeharso, dan satu helikopter seri Panther.
 
TNI mengerahkan 400 personel untuk mencari keberadaan kapal selam tersebut. Ratusan prajurit TNI AL itu menyisir perairan Bali. Sementara itu, Polri mengerahkan empat kapal jenis sonar dan robotik yang memiliki kemampuan menyelam.
 
Sejumlah armada bantuan dari negara sahabat juga dikerahkan. Mulai HMAS Ballarat dari Australia, pesawat mata-mata penjaga maritim Amerika Serikat (AS) P-8 Poseidon, hingga kapal Rescue MV Swift dari Singapura.
 
Lima hari pun berlalu sejak pencarian dimulai. Namun, hasil pencarian pun berujung tragedi. Tepat pada Minggu 25 April, pihak TNI mengumumkan KRI Nanggala-402 dipastikan tenggelam dan sebanyak 53 awak kapal dinyatakan gugur.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ACF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan