medcom.id, Mekkah: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil mengatakan, tahun ini sebanyak 98,45 persen jemaah baru pertama kali menunaikan rukun Islam kelima. Karena memang pemerintah Indonesia memprioritaskan mereka yang belum berhaji.
"(Jemaah) yang sudah berhaji hanya sekitar 1,55% atau sekitar 2.400 orang saja," ujar Djamil di Mekkah, Arab Saudi, Minggu (4/10/2015).
Pernyataan tersebut sekaligus membantah anggapan, banyak dari jemaah berasal dari orang yang sudah pernah berhaji. Djamil menjelaskan pada musim haji tahun ini pemanfaatan kuota mencapai sekitar 99,5 persen atau 154.454 jemaah dari total kuota sebanyak 155.200 orang untuk jemaah haji reguler.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 98,4 persen atau 152.054 jemaah berasal dari mereka yang belum pernah pergi haji. "Hal itu merupakan realisasi dari kebijakan Menteri Agama yang memberi prioritas kepada mereka yang belum berhaji. Itu dikawal sampai proses pelunasan," kata Djamil.
Ia mengatakan, dalam seleksi jemaah untuk berangkat haji, selain pendaftaran, prioritas pertama diberikan kepada mereka yang belum berhaji. Mereka diberi kesempatan melakukan pelunasan sampai ditutup. "Sisanya baru diberikan kepada yang sudah berhaji, lansia, dan suami istri," katanya.
Sebab itu, Djamil menegaskan tidak benar bila ada pernyataan dari elemen masyarakat yang mengatakan sebagian besar jemaah haji tahun ini berasal dari mereka yang sudah berhaji.
"Pelunasan tahap pertama kami sisir yang belum berhaji, baru tahap kedua yang sudah berhaji," katanya.
Hal itu, kata dia, terpaksa dilakukan pemerintah karena jumlah kuota jemaah haji yang diberikan Pemerintah Arab Saudi tidak sebanding dengan permintaan masyarakat Indonesia yang ingin berhaji. Sehingga yang sudah berhaji diharapkan mengalah.
"Saya rasa kebijakan ini bisa dimengerti masyarakat," ujar Djamil. (Ant)
medcom.id, Mekkah: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil mengatakan, tahun ini sebanyak 98,45 persen jemaah baru pertama kali menunaikan rukun Islam kelima. Karena memang pemerintah Indonesia memprioritaskan mereka yang belum berhaji.
"(Jemaah) yang sudah berhaji hanya sekitar 1,55% atau sekitar 2.400 orang saja," ujar Djamil di Mekkah, Arab Saudi, Minggu (4/10/2015).
Pernyataan tersebut sekaligus membantah anggapan, banyak dari jemaah berasal dari orang yang sudah pernah berhaji. Djamil menjelaskan pada musim haji tahun ini pemanfaatan kuota mencapai sekitar 99,5 persen atau 154.454 jemaah dari total kuota sebanyak 155.200 orang untuk jemaah haji reguler.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 98,4 persen atau 152.054 jemaah berasal dari mereka yang belum pernah pergi haji. "Hal itu merupakan realisasi dari kebijakan Menteri Agama yang memberi prioritas kepada mereka yang belum berhaji. Itu dikawal sampai proses pelunasan," kata Djamil.
Ia mengatakan, dalam seleksi jemaah untuk berangkat haji, selain pendaftaran, prioritas pertama diberikan kepada mereka yang belum berhaji. Mereka diberi kesempatan melakukan pelunasan sampai ditutup. "Sisanya baru diberikan kepada yang sudah berhaji, lansia, dan suami istri," katanya.
Sebab itu, Djamil menegaskan tidak benar bila ada pernyataan dari elemen masyarakat yang mengatakan sebagian besar jemaah haji tahun ini berasal dari mereka yang sudah berhaji.
"Pelunasan tahap pertama kami sisir yang belum berhaji, baru tahap kedua yang sudah berhaji," katanya.
Hal itu, kata dia, terpaksa dilakukan pemerintah karena jumlah kuota jemaah haji yang diberikan Pemerintah Arab Saudi tidak sebanding dengan permintaan masyarakat Indonesia yang ingin berhaji. Sehingga yang sudah berhaji diharapkan mengalah.
"Saya rasa kebijakan ini bisa dimengerti masyarakat," ujar Djamil. (Ant)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)