medcom.id, Jakarta: Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia. Pengarang dan penterjemah Koesalah Soebagyo Toer tutup usia.
Koesalah yang merupakan adik dari maestro sastrawan Pramoedya Ananta Toer itu wafat pada Rabu pagi ini, 16 Maret.
"Meninggal sekitar pukul 08.00 pagi tadi," ujar Asha, yang merupakan cucu dari Koesalah Soebagyo Toer, kepada Metrotvnews.com, Rabu (16/3/2016).
Koesalah lahir di Blora, Jawa Tengah 27 Januari 1935. Pada masa Orde Lama ia sempat menempuh pendidikan di Fakultas Sejarah dan Filologi Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di Moskow.
Setelah kegoncangan politik 1965, Koesalah yang sempat menjadi dosen di Akademi Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK), dijebloskan ke penjara Salemba tanpa peradilan oleh Pemerintah Orde Baru pada 1968. Ia baru dibebaskan pada 1978.
Buku-buku yang ia terjemahkan antara lain Jiwa-Jiwa Mati (Nikolai Gogol), Anna Karenina (Leo Tolstoi), dan karangan Anton Chekov, Pengakuan. Ia juga menulis pengalamannya tentang sosok Pramoedya Ananta Toer dalam buku Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali: Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo Toer.
Sebagai mantan mahasiswa yang belajar di Rusia, ia pun membagikan pengalamannya dalam buku Kampus Kabelnaya, Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet.
Koes juga turut menyusun buku Kronik Revolusi Indonesia bersama Pramoedya Ananta Toer dan Ediati Kamil.
Koes memang mencintai dunia tulis menulis. Ia pun mendapat penghargaan Puskhin dari pemerintah Rusia. Meski memiliki keterbatasan fisik karena usia, di akhir-akhir hayatnya, Koesalah masih sesekali menyempatkan diri menulis.
"Terakhir saya ke sana (rumah almarhum), masih ada yang dikerjakan beliau, entah terjemahan atau karangan."
"Tadi malam memang sudah tidak bisa duduk. Tadi pagi waktu dibawa ke rumah sakit, meninggal dalam perjalanan di taksi menuju ke rumah sakit," ujar Asha.
Sementara kabar dari Yayasan Penelitian Korban Pelanggaran (YPKP) HAM menyebut bahwa Koesalah meninggal pada pukul 08.30 WIB Rabu 16 Maret 2016 di RS Graha Depok . Koesalah yang merupakan ketua YPKP itu disemayamkan di rumah duka di Jalan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Depok.
"Beliau adalah salah satu korban peristiwa 1965 yang sampai hayatnya gigih berjuang dalam membela kebenaran," YPKP HAM menulis dalam pesan singkatnya yang diterima Metrotvnews.com.
medcom.id, Jakarta: Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia. Pengarang dan penterjemah Koesalah Soebagyo Toer tutup usia.
Koesalah yang merupakan adik dari maestro sastrawan Pramoedya Ananta Toer itu wafat pada Rabu pagi ini, 16 Maret.
"Meninggal sekitar pukul 08.00 pagi tadi," ujar Asha, yang merupakan cucu dari Koesalah Soebagyo Toer, kepada
Metrotvnews.com, Rabu (16/3/2016).
Koesalah lahir di Blora, Jawa Tengah 27 Januari 1935. Pada masa Orde Lama ia sempat menempuh pendidikan di Fakultas Sejarah dan Filologi Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di Moskow.
Setelah kegoncangan politik 1965, Koesalah yang sempat menjadi dosen di Akademi Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK), dijebloskan ke penjara Salemba tanpa peradilan oleh Pemerintah Orde Baru pada 1968. Ia baru dibebaskan pada 1978.
Buku-buku yang ia terjemahkan antara lain
Jiwa-Jiwa Mati (Nikolai Gogol),
Anna Karenina (Leo Tolstoi), dan karangan Anton Chekov,
Pengakuan. Ia juga menulis pengalamannya tentang sosok Pramoedya Ananta Toer dalam buku
Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali: Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo Toer.
Sebagai mantan mahasiswa yang belajar di Rusia, ia pun membagikan pengalamannya dalam buku
Kampus Kabelnaya, Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet.
Koes juga turut menyusun buku
Kronik Revolusi Indonesia bersama Pramoedya Ananta Toer dan Ediati Kamil.
Koes memang mencintai dunia tulis menulis. Ia pun mendapat penghargaan Puskhin dari pemerintah Rusia. Meski memiliki keterbatasan fisik karena usia, di akhir-akhir hayatnya, Koesalah masih sesekali menyempatkan diri menulis.
"Terakhir saya ke sana (rumah almarhum), masih ada yang dikerjakan beliau, entah terjemahan atau karangan."
"Tadi malam memang sudah tidak bisa duduk. Tadi pagi waktu dibawa ke rumah sakit, meninggal dalam perjalanan di taksi menuju ke rumah sakit," ujar Asha.
Sementara kabar dari Yayasan Penelitian Korban Pelanggaran (YPKP) HAM menyebut bahwa Koesalah meninggal pada pukul 08.30 WIB Rabu 16 Maret 2016 di RS Graha Depok . Koesalah yang merupakan ketua YPKP itu disemayamkan di rumah duka di Jalan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Depok.
"Beliau adalah salah satu korban peristiwa 1965 yang sampai hayatnya gigih berjuang dalam membela kebenaran," YPKP HAM menulis dalam pesan singkatnya yang diterima
Metrotvnews.com. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIT)