Jakarta: Pakar Psikolog Forensik Reza Indragiri memberikan tanggapan terkait wanita membawa senjata api yang ingin menerobos Istana Merdeka, Jakarta. Reza berpendapat aksi ini dilakukan dengan dua tujuan, yaitu membunuh atau bunuh diri.
“Dulu Mabes Polri, sekarang Istana yang akan dibobol. Sepintas, ini misi pembunuhan. Targetnya adalah menembak aparat, tapi boleh jadi tujuan puncaknya adalah justru ingin ditembak. Jadi misi bunuh diri. Dan dia pinjam tangan polisi. Istilahnya suicide by cop (SbC),” kata Reza dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 25 Oktober 2022.
Reza mengatakan jika memang targetnya adalah polisi, aksi ini dapat dikategorikan kejahatan serius. Apalagi perbuatan yang dilakukan tanpa alasan yang spesifik.
“Apakah polisi target sesungguhnya? Atau hanya sebagai target pengganti?” tutur Reza.
Sebaliknya jika aksi tersebut dilakukan dengan tujuan bunuh diri, menurut Reza pelaku perlu ditangani dengan rasa empati, karena mungkin saja pelaku membutuhkan bantuan.
“Berdasarkan studi, lebih dari separuh para pelaku SbC adalah pengidap mental illness,” kata Reza.
Baca juga: Begini Kronologi Wanita Penerobos Istana yang Bawa Senpi
Meski demikian kata Reza, petugas tetap perlu waspada sekaligus ketenangan tingkat tinggi menghadapi aksi ini.
"Pertanyaannya, andai benar bahwa ini adalah SbC dan pelaku adalah orang yang sedang bermasalah berat, apakah ia sepatutnya direhabilitasi atau tetap dihukum saja?" tanyanya.
Sebelumnya seorang wanita menerobos Istana Merdeka, Jakarta pada Selasa, 25 Oktober 2022, sekitar pukul 07:00 WIB. Pelaku menerobos dengan membawa senjata api senpi jenis FN. Senjata api yang dibawa pelaku ditodongkan ke arah anggota Paspampres yang sedang berjaga.
Atas perbuatannya, pelaku diamankan serta barang bukti senjata api jenis FN, tas hitam berisi kitab suci, dompet berwarna pink, satu dan ponsel. Pelaku saat ini sedang diperiksa oleh Kriminal Umum (Krimum) Polda Metro Jaya. (Imanuel Rymaldi Matatula)
Jakarta: Pakar Psikolog Forensik Reza Indragiri memberikan tanggapan terkait wanita membawa
senjata api yang ingin menerobos
Istana Merdeka, Jakarta. Reza berpendapat aksi ini dilakukan dengan dua tujuan, yaitu membunuh atau bunuh diri.
“Dulu Mabes Polri, sekarang Istana yang akan dibobol. Sepintas, ini misi pembunuhan. Targetnya adalah menembak aparat, tapi boleh jadi tujuan puncaknya adalah justru ingin ditembak. Jadi misi bunuh diri. Dan dia pinjam tangan polisi. Istilahnya suicide by cop (SbC),” kata Reza dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 25 Oktober 2022.
Reza mengatakan jika memang targetnya adalah
polisi, aksi ini dapat dikategorikan kejahatan serius. Apalagi perbuatan yang dilakukan tanpa alasan yang spesifik.
“Apakah polisi target sesungguhnya? Atau hanya sebagai target pengganti?” tutur Reza.
Sebaliknya jika aksi tersebut dilakukan dengan tujuan bunuh diri, menurut Reza pelaku perlu ditangani dengan rasa empati, karena mungkin saja pelaku membutuhkan bantuan.
“Berdasarkan studi, lebih dari separuh para pelaku SbC adalah pengidap mental illness,” kata Reza.
Baca juga: Begini Kronologi Wanita Penerobos Istana yang Bawa Senpi
Meski demikian kata Reza, petugas tetap perlu waspada sekaligus ketenangan tingkat tinggi menghadapi aksi ini.
"Pertanyaannya, andai benar bahwa ini adalah SbC dan pelaku adalah orang yang sedang bermasalah berat, apakah ia sepatutnya direhabilitasi atau tetap dihukum saja?" tanyanya.
Sebelumnya seorang wanita menerobos Istana Merdeka, Jakarta pada Selasa, 25 Oktober 2022, sekitar pukul 07:00 WIB. Pelaku menerobos dengan membawa senjata api senpi jenis FN. Senjata api yang dibawa pelaku ditodongkan ke arah anggota Paspampres yang sedang berjaga.
Atas perbuatannya, pelaku diamankan serta barang bukti senjata api jenis FN, tas hitam berisi kitab suci, dompet berwarna pink, satu dan ponsel. Pelaku saat ini sedang diperiksa oleh Kriminal Umum (Krimum)
Polda Metro Jaya. (
Imanuel Rymaldi Matatula)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)