Salah satu donatur pesawat pertama Indonesia Nyak Sandang, 91, mengunjungi replika pesawat RI 001 Seulawah di Aceh. Foto: Antara/Irwansyah Putra.
Salah satu donatur pesawat pertama Indonesia Nyak Sandang, 91, mengunjungi replika pesawat RI 001 Seulawah di Aceh. Foto: Antara/Irwansyah Putra.

Dari Rp100 hingga Pesawat RI-001 Mengudara

Dhaifurrakhman Abas • 01 April 2018 09:48
Jakarta: Terik mentari siang itu menyinari Kecamatan Lamno, Aceh Jaya, pada 1948. Ribuan masyarakat di Negeri Andalas berlari dengan sekencang-kencangnya mengikuti suara yang berkumandang dari jauh, penuh ambisi dan penuh harapan. 
 
Semakin didekati, suara sakral itu kian tak asing terdengar di telinga warga Aceh. Suara itu berasal dari depan lapangan Masjid Lamno, Aceh Jaya. Suasana di halaman Masjid mendadak ramai dan hiruk-pikuk dipenuhi warga.
 
Berdua dengan ayahnya, Nyak Sandang yang saat itu berusia 23 tahun berada di tengah-tengah kerumunan. Mereka khusyuk mendengar seorang tokoh berpidato di halaman Masjid.

"Menurut Nyak Sandang, yang berpidato itu  Tengku H Daud. Dia merupakan gubernur Aceh yang pertama," kata kerabat Nyak Sandang, Maturidi, saat berbincang dengan Medcom.id, Minggu, 1 April 2018.
 
Gubernur Daud sudah lama eksis di Nanggroe Aceh. Dia dikenal para tokoh dan saudagar karena perangainya keras menentang penjajahan. Dia lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Abu Daod.
 
Abu Daod mulai berpidato kepada ribuan warga. Ia mengatakan beberapa waktu lalu, Presiden Soekarno datang jauh-jauh dari Batavia ke Kuta Raja (sekarang Banda Aceh) untuk menemuinya dan para saudagar di Hotel Kuta Raja.
 
Soekarno menyerukan kepada Rakyat Aceh untuk bergotong royong menyumbangkan hartanya. Dengan begitu, Indonesia bisa membeli pesawat terbang.
 
Sempat terjadi perdebatan di antara para warga. Pasalnya, Presiden kelahiran Surabaya, 6 Juni 1906, ini tak pernah ditemui warga Lamno sebelumnya. Meski begitu, namanya telanjur besar datang dari segala penjuru Pulau Emas. Ia dikenal oleh sebab perjuangannya membumihanguskan penjajah.
 
Setelah Abu Daod pulang kembali ke Banda Aceh, pidato diambil alih oleh Abu Disabang. Dia adalah ulama kharismatik yang sangat disegani di Lamno. Dari titah Abu Disabang, rakyat Lamno mau bahu membahu mengumpulkan harta untuk membantu pemerintah membeli ‘burung besi’ pertama Indonesia. 
 
Dia berhasil meyakinkan warga untuk mewajarkan permintaan Soekarno. Pasalnya, negara belum memiliki cukup dana untuk membeli pesawat pada saat itu. Ini mengingat Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya di 1945. 
 
Kelahiran Bumi Pertiwi masih seumur jagung. Ketika itu finansial Indonesia masih rapuh, tetapi penuh semangat merangkak naik. Apalagi ada sokongan dari sumber daya alam dan manusia di beberapa daerah yang terkenal bergelimang harta. Salah satunya,  Aceh yang dikenal dengan Gunung Seulawah Agam atau Negeri Emas.
 
Masyarakat Aceh juga terkenal itsar, mau mengorbankan hartanya untuk kepentingan yang lebih besar. Itu sesuai dengan syariat Islam yang dianut masyarakat Aceh hingga saat ini.
 
Melalui pengaruh Abu Disabang, masyarakat berlomba-lomba mengumpulkan harta. Ada yang menjual rumah, menjual tanah, mendonasikan emas, hingga menjual hewan ternak dan hasil pertanian-perkebunan.
 
Sementara itu, Nyak Sandang dan orangtuanya tuanya menjual sepetak kebun yang di dalamnya terdapat 40 batang pohon kelapa. Mereka menjualnya seharga Rp100. Seharusnya, harta miliki Nyak Sandang dan ayahnya itu dihargai Rp200.
 
"Namun untuk bisa berdonasi cepat, mereka tetap merelakan menjualnya seharga 100 perak. Uang itu, semuanya disumbangkan untuk donasi membeli pesawat," kata Maturidi.
 
Baca: Nyak Sandang Mau Kembali Bertemu Jokowi
 
Dari Rp100 Nyak Sandang, serta sumbangan dari ribuan masyarakat Aceh kala itu, pemerintah Indonesia bisa membeli pesawat terbang. Pesawat itu dinamai dengan Dakota RI-001 Seulawah. 
 
Pesawat kebanggan negara tersebut memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter. Pesawat tersebut disokong mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kilogram yang mampu melesat hingga diatas 300 kilometer per jam.
 
Sementara itu, Nyak Sandang beserta ribuan rakyat aceh kembali hidup seperti keadaan normal. Tak ada yang istimewa setelah ribuan masyarakat menyumbangkan hartanya untuk pembelian pesawat pertama Republik Indonesia. 
 
Mereka tetap bekerja dan berkebun. Nyak Sandang kembali menjalani kehidupannya sebagai petani di Lamno.
 
Pembelian pesawat terbang pertama Indonesia itu pun tidak diinformasikan langsung kepada masyarakat Aceh. Mereka hanya mendengar kabar perihal pembelian pesawat melalui informasi dari mulut ke mulut.
 
"Karena kita tidak punya TV waktu itu. Teknologi juga belum seperti sekarang," ujar di.
 
Baca: Masa Depan Industri Penerbangan Indonesia di Tangan Generasi Muda
 
Pada 1950, kata Maturidi, pesawat tersebut pernah melintasi langit Serambi Mekkah. Mendengar suara mesin pesawat Pratt & Whitney melintas di udara, warga Aceh bebondong-bondong, berlarian, bergembira ria, keluar dari rumah. Tujuannya hanya satu, untuk melihat pesawat.
 
"Lihat, itu pesawat kita. Itu pesawat kita di udara," ucap Maturidi menirukan suasana gegap gempita di 1950, ketika rakyat Aceh melihat secara langsung pesawat Seulawah milik mereka mengudara.
 
Hingga detik ini, Nyak Sandang masih menyimpan dengan rapi surat obligasi atau tanda penerimaan sumbangan. Maturidi mencoba mendokumentasikan foto surat obligasi milik kerabatnya itu pada akhir Februari 2018. Ia mengirimkan foto obligasi tersebut ke grup WhatsApp Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh. 
 
Melalui keisengan belaka yang dilakukan Maturidi, ACT mersepons dan menyiarkan foto tersebut ke beberapa media lokal. Salah satu media di Jakarta lantas melirik surat obligasi Nyak Sandang. Dari surat tersebut, pada akhirnya, Nyak Sandang berhasil diterbangkan ke Jakarta untuk dipertemukan dengan Presiden Joko Widodo.
 
"Lucunya adalah, Nyak Sandang yang menyumbang pesawat terbang, baru pertama kali terbang menggunakan pesawat ketika dipanggil Net TV dan Presiden Jokowi ke Jakarta tahun 2018 ini," pungkas dia.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan