Dokter spesialis radiologi Mayjen Terawan Agus Putranto. (Foto: MI/Angga Yuniar)
Dokter spesialis radiologi Mayjen Terawan Agus Putranto. (Foto: MI/Angga Yuniar)

Tuhan Mengirim Dokter Terawan Menyelamatkan Putri Saya

Meilikhah • 05 April 2018 16:39
Jakarta: Dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan Dokter Terawan Agus Putranto menjadi kontroversi. Tidak sedikit mantan pasien yang menyampaikan dukungan moril dan harapan agar Mahkamah Kode Etik Kedokteran (MKED) mencabut sanksi pemecatan sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
 
Di balik kontroversi tersebut terselip sebuah cerita bagaimana Kepala RSPAD Gatot Subrota, Jakarta, ini menyelamatkan seorang anak dari risiko terburuk akibat pendarahan otak. Stroke menyerang anak usia SD, sebuah kasus yang tergolong langka di dunia.
 
Kepada medcom.id, Cahyo B. Sasmito membagikan kesaksiannya bagaimana kesigapan tangan dingin Dr. Terawan menangani Nataflashya Sasmita (6). Balerina ciliknya berhasil melewati masa kritis akibat pendarahan otak yang bisa berujung kelumpuhan.

Menjelang petang pada 14 Oktober dua tahun lalu, Cahyo mendapati kondisi tak biasa pada putrinya. Mendadak, tangan kiri Sashya, sapaan akrab Nataflashya, tak mampu digerakkan. Tak pernah terbersit di benak Cahyo bahwa itu yang membuat putri cantiknya harus memupus harapan menjadi balerina.
 
"Saat latihan balet baru diketahui Sashya tidak bisa melakukan gerakan dengan maksimal. Tangan kirinya lemah, sudah lumpuh. Dia berhenti latihan dan kami ajak pulang," tutur Cahyo mengawali cerita, Kamis, 5 April 2018.
 
Sampai di rumah, Cahyo sama sekali belum menyadari bahwa lumpuh yang dialami Sashya dampak pendarahan di otak. Semakin malam Sashya semakin tak mampu merespon lingkungan.
 

<i>Tuhan Mengirim Dokter Terawan Menyelamatkan Putri Saya</i>
 
Sashya cepat-cepat dilarikannya ke rumah sakit terdekat. Foto hasil dari CT-scan menunjukkan, putri kecilnya mengalami pendarahan serius. Segera dia mencari tahu nomer kontak Dokter Terawan, nama dokter spesialis radiologi yang terlintas di otaknya.
 
"Beliau langsung saya hubungi untuk mengkonsultasikan hasil pemeriksaan," sambungnya
 
Salinan foto CT-scan Sashya dia kirimkan melalui aplikasi perpesanan ke anggota tim dokter Kepresidenan RI itu. Telepon langsung dari Dokte Terawan membuatnya tersentak.
 
"Karena pendarahannya cukup besar kalau Sashya tidak segera dioperasi, bisa sangat fatal," ucap Cahyo menirukan balasan dari Terawan yang masih diingatnya.
 
Segera saja Cahyo menghubungi dokter rumah sakit yang sudah terlebih dulu menangani Sashya. Dia minta agar pada dini hari itu juga Sashya direkomendasikan dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto tempat Terawan bertugas.
 
<i>Tuhan Mengirim Dokter Terawan Menyelamatkan Putri Saya</i>
Tindakan digital substraction angiogram (DSA) terhadap Sashya di bawah tim koordinasi dr Terawan. (Foto: dok,pribari Cahyo)
 
Perjalanan masih panjang. Setibanya di RSPAD Gatot Subrota tidak bisa Sashya langsung ditangani. Ada serangkaian tindakan praoperasi. Sekitar pukul 10.00 WIB barulah masuh kamar operasi bedah.
 
"Hasil operasi menunjukkan pendarahan di kepala Sashya karena kelainan pembuluh darah, istilahnya malformasi anthurium vena, itu yang memicu pendarahan (dan kelumpuhan)," ungkap Cahyo.
 
Malformasi anthurium vena adalah kelainan jaringan pembuluh darah di otak. Kondisi yang adalah bawaan sejak lahir ini dapat muncul dampak sewaktu-waktu. Sejauh ini belum jelas apa yang bisa menjadi pemicunya, selain kelelahan.
 
Pascaoperasi yang mengharuskan membuka tempurung kepala, kondisi Sashya berangsur pulih. Gadis cilik kemudian mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi selama lebih dari satu bulan yang langsung di bawah kontrol Terawan.
 
Salah satu tindakan yang dilakukan Terawan adalah digital substraction angiogram (DSA). Teknik yang dikenal dengan brain spa atau metode 'cuci otak' ini untuk memastikan kondisi pembuluh darah di kepala Sashya membaik.
 
Sasyha pulih dengan cepat. Bukan hanya merespon lingkungan, tetapi juga berkomunikasi menyampaikan gagasannya. Tidak butuh waktu lama alat bantu dikenakan saat belajar berjalan, bisa ditanggalkan.
 
Selama bergantian menemani putrinya di bangsal anak-anak RSAPD Gatot Subroto, Cahyo dan istri selalu dibesarkan hatinya oleh Terawan. Jangan berlama-lama larut dalam kesedihan, tapi sigap berjuang bersama mengusahakan yang terbaik bagi Sashya.  
 
Cahyo dan istri tak hentinya mengucap syukur melihat setiap perkembangan putrinya. "Tuhan mengirim Dokter Terawan untuk menyelamatkan Sashya. Menyelamatkan kami," sambungnya.
 


 
Menyinggung sanksi pemecatan dari keanggotaan IDI, Cahyo juga menyesalkannya. Dia berharap ada penjelasan dari IDI mengenai dugaan pelanggaran kode etik sehingga masyarakat luas tidak bingung.
 
Dokter dengan kemampuan langka seperti Terawan sangat dibutuhkan. "Untuk ukuran seorang dengan pangkat dan kapasitasnya, beliau sangat low profile. Cepat menjawab pertanyaan pasien. Tidak ada bedanya apakah pasien tersebut pejabat, konglomerat atau orang melarat," tuturnya.
 
"Beliau melakukan banyak sekali perbuatan mulia. Nama baik dan reputasinya tidak akan rusak," pungkas Cahyo.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan