Abdul Rosyid (baju putih), pemenang Maarif Award 2018 - Medcom.id/Arga Sumantri.
Abdul Rosyid (baju putih), pemenang Maarif Award 2018 - Medcom.id/Arga Sumantri.

Pejuang Toleransi Maumere Terima Penghargaan Maarif Award 2018

Arga sumantri • 27 Mei 2018 18:51
Jakarta: Maarif Institute menggelar Maarif Award 2018. Ajang ini dihelat guna memberikan penghargaan kepada tokoh lokal yang dianggap banyak memberikan sumbangsih bagi wilayahnya.
 
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abdullah Darraz menyatakan, ajang ini bertujuan mengangkat sosok tokoh lokal terbaik bangsa. Penerima penghargaan merupakan sosok yang dianggap telah melakukan kerja kemanusiaan yang luar biasa terhadap kehidupan di lingkungannya.
 
"Tapi jalan mereka sunyi, dan tidak terpublikasikan," kata Darraz dalam konferensi pers Maarif Award 2018 di Loby Grand Metro TV, Jakarta Barat, Minggu, 27 Mei 2018.

Darraz mengatakan, dewasa ini Indonesia merindukan sosok pemimpin yang bisa memberikan teladan. Ia pun berharap sosok yang diangkat ini bisa memberikan contoh yang patut ditiru masyarakat dan para pemimpin bangsa.
 
"Tokoh penerima penghargaan ini adalah pemimpin informal yang memiliki karya konkret," ujarnya. 
 
Penghargaan Maarif Award 2018 kali ini diberikan kepada pria bernama Abdul Rosyid Wahab. Pria berusia 81 tahun itu dinilai sebagai pejuang toleransi dari Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. 
 
"Bagi kami tokoh ini adalah orang yang berhasil mengikat keberagaman hari ini," ujar dia. 
 
Darraz mengatakan, Abdul Rosyid atau karib disapa Abah, telah melakukan resolusi konflik di wilayahnya. Pada 1995, Abah Rosyid berkontribusi dalam meredam konflik keagamaan di wilayah Sikka, NTT. 
 
"Abah ini yang meredam kelompok muslim untuk tidak memperkeruh suasana saat itu" ungkapnya.
 
Hadir sebagai minoritas di tengah komunitas katolik di Maumere, Abah Rosyid mempelopori berdirinya institusi pendidikan yang 80 persen siswanya merupakan katolik. Aktivis Muhammadiyah itu juga tercatat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sikka.
 
"Upayanya sangat bisa diterima masyarakat setempat yang bukan satu agamanya," ungkap Darraz.
 

Kriteria Penerima Penghargaan Maarif Institute
 
Ada beberapa kriteria dalam pemilihan penerima penghargaan Maarif Award 2018. Salah satu perwakilan juri, Rahmawati Husein menyatakan, setidaknya ada lima kriteria tokoh yang dianggap pantas menerima penghargaan Maarif Award 2018.
 
Pertama, memiliki kontribusi besar di tingkat lokal. Lalu, sang tokoh juga belum pernah mendapat penghargaan dari institusi lain.
 
"Kita tidak ingin yang kita pilih benar-benar yang belum tersentuh. Kita harap ini bisa menjadi contoh semangat yang kita inginkan menjadi tauladan," kata Rahmawati. 
 
Kandidat penerima penghargaan harus pula memiliki konsistensi kontribusi di wilayahnya. Selain itu, harus pula diterima semua golongan dan mampu merangkul lintas suku, agama, juga kepercayaan.
 
"Terakhir adalah tokoh lokal yang belum pernah dieskpose, tapi kontribusinya cukup besar," ujarnya.
 
Malam penganugerahan Maarif Award 2018 ini dihelat malam ini, di Grand Studio Metro TV. Hadir sejumlah tokoh nasional seperti Ahmad Syafii Maarif, Menkominfo Rudiantara, Mendikbud Muhadjir Effendy, dan para juri yang terdiri dari: Sudhamek AWS, Clara Joewono, Arif Zulkifli, Rahmawati Husein dan Masril Koto. Hadir pula Cendekiawan Muslim, sekaligus Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti yang bakal memberikan orasi kebudayaan. 
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan