Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama memperingati Hari Bumi ke-55, di Komplek Vihara Bhakti Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama memperingati Hari Bumi ke-55, di Komplek Vihara Bhakti Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur.

Hari Bumi, Bimas Buddha Kemenag Ajak Introspeksi Diri

Medcom • 22 April 2025 12:00
Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama mengajak semua pihak introspeksi diri bagaimana tindakan dan perilaku terhadap lingkungan. Alam dipandang sebagai bagian integral dari kehidupan dan memiliki hubungan yang saling terkait dengan manusia dan makhluk hidup lainnya.
 
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Supriyadi saat memperingati Hari Bumi ke-55, di Komplek Vihara Bhakti Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur.
 
Supriyadi mengatakan, kegiatan itu merupakan bentuk nyata implementasi program Eco-Theologi, yang merupakan salah satu dari Delapan Program Prioritas (Asta Protas) Menteri Agama.

Acara diawali dengan puja bhakti di Dhammasala Vihara Bhakti Pramuka, dilanjutkan dengan penanaman berbagai jenis pohon, pelaksanaan puja Sukhita Bumi, dan ditutup dengan pelepasan satwa (fangshen) sebagai simbol cinta kasih terhadap semua makhluk hidup.
 
"Fenomena di alam semesta, termasuk manusia, saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Perilaku manusia memiliki dampak pada alam, dan begitu pula sebaliknya. Alam mitra yang harus dihargai dan dilestarikan," kata Supriyadi, Selasa 22 April 2025.
 
Supriyadi mengatakan, momentum Hari Bumi menjadi pengingat pentingnya membangun hubungan harmonis tidak hanya antara manusia dan Tuhan, tetapi juga antara manusia dengan sesama serta alam semesta.
 
"Ekoteologi ini menggabungkan konsepsi ekologi dan konsepsi teologi. Hubungan baik itu tidak hanya manusia dengan Tuhan tapi juga dengan lingkungan. Bagaimana kita bisa mencintai, mengasihi, merawat lingkungan kita," ujarnya.
 
Supriyadi menyampaikan bahwa dalam semangat Buddha Dhamma, setiap insan diajarkan mencintai, mengasihi, berempati, dan bersimpati tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada lingkungan.
 
"Mari kita ubah diri. Jangan hanya ego ingin menguasai atau memanfaatkan apa yang ada di Bumi. Kita harus punya empati, simpati, mengasihi, dan menyayangi semua yang ada di Bumi. Sehingga semua bisa berhubungan harmonis dalam rangka mewujudkan lingkungan yang bahagia," kata Supriyadi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan