medcom.id, Kupang: Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengunjungi Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu 10 Januar lalu. Siti bertemu Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Fred Benu yang didampingi tim Universitas Nusa Cendana, Henny Belli, Marthe Mulli dan Michael Riwokaho.
Mereka membahas program kedaulatan pangan daging sapi di NTT dan juga membuat provinsi tersbeut kembali menjadi lumbung ternak.
"Ini merupakan tindak lanjut kunjungan Presiden Joko Widodo ke NTT beberapa waktu lalu," kata Victor Laiksodat dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/2/2015).
Untuk mewujudkan itu, Kementerian LHK membahas kemungkinan penyediaan lahan untuk grazelann atau lahan pengembalaan seluas minimal 50.000 hektar yang merupakan kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mutis Timau.
Target dalam program ini adalah untuk mengembalikan kualitas bakalan sapi seperti sedia kala. "Dimana saat ini kualitas bakalan sapi kita di NTT sudah sangat menurun. Oleh karena itu upaya penyiapan ketersediaan daging sebagai konsumsi terutama juga akan diiringi dengan program-program breeding sapi," lanjut Victor.
Siti Nurbaya menyambut baik gagasan Victor dan timnya tersebut. Menurutnya, pemikiran tim Universitas Nusa Cendana sejalan dengan kebijakan prioritas presiden. Untuk upaya realisasi pemikiran tersebut, Siti meminta ada keterlibatan pemerintah daerah.
"Untuk IUPKH KPH Mutis Timau bisa diselesaikan sesuai aturan dan terutama dengan konsep keterlibatan masyarakat. Karena, konsep kerjanya secara mendasar sesuai arahan Presiden adalah bahwa hutan untuk kesejahteraan rakyat," kata Siti.
Siti kemudian berjanji akan mengundang tim dari Universitas Nusa Cendana tersebut untuk membahas lebih lanjut pemikirannya di Jakarta.
Paparan rektor yang menunjukkan produk majemuk dari usaha yang disebut silvopastur tersebut yang meliputi: sapi sebanyak 500 ribu ekor, sapi jantan 52 ribu ekor pertahun sebagai bibit unggul, daging 6.200 ton/tahun, kayu, pangan palawija, madu hutan, pupuk organik dan biogas.
Siti menekankan usaha ini dapat dilaukkan dengan langkah yang sistematis mulai dari data awal atau base line data, perekaman pertumbuhan vegetasi dan konsistensi menjaga tanaman dari riap serta proses pengembangan biogas untuk memanfaatkan gas methan dari kotoran ternak menjadi energi untuk masyarakat sekitar.
"Hal ini penting sebagai upaya menahan Carbon ke atmosfir. Ini sekaligus merupakan langkah pelembagaan dan internalisasi pemahaman masyarakat secara sederhana mengenai agenda pengendalian perubahan iklim" tegasnya.
medcom.id, Kupang: Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengunjungi Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu 10 Januar lalu. Siti bertemu Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Fred Benu yang didampingi tim Universitas Nusa Cendana, Henny Belli, Marthe Mulli dan Michael Riwokaho.
Mereka membahas program kedaulatan pangan daging sapi di NTT dan juga membuat provinsi tersbeut kembali menjadi lumbung ternak.
"Ini merupakan tindak lanjut kunjungan Presiden Joko Widodo ke NTT beberapa waktu lalu," kata Victor Laiksodat dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/2/2015).
Untuk mewujudkan itu, Kementerian LHK membahas kemungkinan penyediaan lahan untuk
grazelann atau lahan pengembalaan seluas minimal 50.000 hektar yang merupakan kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mutis Timau.
Target dalam program ini adalah untuk mengembalikan kualitas bakalan sapi seperti sedia kala. "Dimana saat ini kualitas bakalan sapi kita di NTT sudah sangat menurun. Oleh karena itu upaya penyiapan ketersediaan daging sebagai konsumsi terutama juga akan diiringi dengan program-program
breeding sapi," lanjut Victor.
Siti Nurbaya menyambut baik gagasan Victor dan timnya tersebut. Menurutnya, pemikiran tim Universitas Nusa Cendana sejalan dengan kebijakan prioritas presiden. Untuk upaya realisasi pemikiran tersebut, Siti meminta ada keterlibatan pemerintah daerah.
"Untuk IUPKH KPH Mutis Timau bisa diselesaikan sesuai aturan dan terutama dengan konsep keterlibatan masyarakat. Karena, konsep kerjanya secara mendasar sesuai arahan Presiden adalah bahwa hutan untuk kesejahteraan rakyat," kata Siti.
Siti kemudian berjanji akan mengundang tim dari Universitas Nusa Cendana tersebut untuk membahas lebih lanjut pemikirannya di Jakarta.
Paparan rektor yang menunjukkan produk majemuk dari usaha yang disebut silvopastur tersebut yang meliputi: sapi sebanyak 500 ribu ekor, sapi jantan 52 ribu ekor pertahun sebagai bibit unggul, daging 6.200 ton/tahun, kayu, pangan palawija, madu hutan, pupuk organik dan biogas.
Siti menekankan usaha ini dapat dilaukkan dengan langkah yang sistematis mulai dari data awal atau base line data, perekaman pertumbuhan vegetasi dan konsistensi menjaga tanaman dari riap serta proses pengembangan biogas untuk memanfaatkan gas methan dari kotoran ternak menjadi energi untuk masyarakat sekitar.
"Hal ini penting sebagai upaya menahan Carbon ke atmosfir. Ini sekaligus merupakan langkah pelembagaan dan internalisasi pemahaman masyarakat secara sederhana mengenai agenda pengendalian perubahan iklim" tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)