medcom.id, Jakarta: Insiden kecelakan kerja maupun bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa tak hanya membuat pilu keluarga yang ditinggalkan. Kesulitan untuk mengidentifikasi korban menjadi cerita tersendiri dari setiap kasus yang terjadi.
Dokter Ahli Forensik Ferryal Basbeth mengungkapkan betapa rumitnya mengidentifikasi korban akibat bencana alam maupun kecelakaan apalagi ketika tubuh korban sudah tak utuh.
Dia mencontohkan kadang lebih sulit mengidentifikasi korban ledakan seperti dalam tragedi meledaknya pabrik kembang api di Tangerang ketimbang kecelakan pesawat misalnya.
"Kalau kecelakaan pesawat mungkin masih ada baju, ada data antemortemnya yang bisa dilihat tapi kalau kasus kebakaran dimana baju sudah tidak ada aksesoris juga sudah jadi arang, bahkan maaf alat kelamin sudah tidak ada kadang polisi saja sulit mengidentifikasi apakah ini perempuan atau laki- laki," ungkap Ferryal, dalam Newsline, Selasa 31 Oktober 2017.
Dalam keadaan data antemortem tak ada, langkah yang masih mungkin diambil adalah sidik jari atau pemeriksaan gigi dan DNA. Dalam keadaan pemeriksaan sidik jari sudah tak bisa dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan gigi.
Sayangnya, pemeriksaan gigi bisa dengan mudah dilakukan ketika korban paling tidak satu kali pernah mengunjungi dokter gigi sehingga rekam medik gigi atau odontogram korban dapat diketahui.
Masalah yang timbul kemudian, kata Ferryal, belum banyak masyarakat Indonesia yang merekam odontogram meskipun masuk dalam bagian rekam medik di Puskesmas.
"Walaupun sudah ada Permenkesnya mereka (tenaga medis) mengatakan pasien ini banyak, BPJS juga, sulit menerapkan odontogram. Walaupun ada tapi mereka susah payah melengkapi odontogram seperti itu," katanya.
Setelah gigi tak bisa diandalkan sebagai bahan identifikasi, langkah paling final adalah memeriksa DNA dari keluarga korban. Pemeriksaan DNA masih bisa dilakukan asalkan tubuh korban masih utuh.
Untuk korban kebakaran sekalipun masih bisa dilakukan pemeriksaan DNA melalui organ dalam tetapi ketika tubuh korban sudah membusuk atau DNA inti sudah sangat rusak maka akan ada teknik lain untuk identifikasi.
Dari sekian banyak kerumitan yang dihadapi, pemeriksaan DNA adalah yang paling sulit dilakukan. Selain biaya yang sangat mahal waktu yang dibutuhkan pun tak bisa sebentar.
"Maka yang bisa ditempuh adalah dengan odontogram. Rekam medik dokter gigi pasti menjadi ujung tombak pertama," jelasnya.
medcom.id, Jakarta: Insiden kecelakan kerja maupun bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa tak hanya membuat pilu keluarga yang ditinggalkan. Kesulitan untuk mengidentifikasi korban menjadi cerita tersendiri dari setiap kasus yang terjadi.
Dokter Ahli Forensik Ferryal Basbeth mengungkapkan betapa rumitnya mengidentifikasi korban akibat bencana alam maupun kecelakaan apalagi ketika tubuh korban sudah tak utuh.
Dia mencontohkan kadang lebih sulit mengidentifikasi korban ledakan seperti dalam tragedi meledaknya pabrik kembang api di Tangerang ketimbang kecelakan pesawat misalnya.
"Kalau kecelakaan pesawat mungkin masih ada baju, ada data antemortemnya yang bisa dilihat tapi kalau kasus kebakaran dimana baju sudah tidak ada aksesoris juga sudah jadi arang, bahkan maaf alat kelamin sudah tidak ada kadang polisi saja sulit mengidentifikasi apakah ini perempuan atau laki- laki," ungkap Ferryal, dalam
Newsline, Selasa 31 Oktober 2017.
Dalam keadaan data antemortem tak ada, langkah yang masih mungkin diambil adalah sidik jari atau pemeriksaan gigi dan DNA. Dalam keadaan pemeriksaan sidik jari sudah tak bisa dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan gigi.
Sayangnya, pemeriksaan gigi bisa dengan mudah dilakukan ketika korban paling tidak satu kali pernah mengunjungi dokter gigi sehingga rekam medik gigi atau odontogram korban dapat diketahui.
Masalah yang timbul kemudian, kata Ferryal, belum banyak masyarakat Indonesia yang merekam odontogram meskipun masuk dalam bagian rekam medik di Puskesmas.
"Walaupun sudah ada Permenkesnya mereka (tenaga medis) mengatakan pasien ini banyak, BPJS juga, sulit menerapkan odontogram. Walaupun ada tapi mereka susah payah melengkapi odontogram seperti itu," katanya.
Setelah gigi tak bisa diandalkan sebagai bahan identifikasi, langkah paling final adalah memeriksa DNA dari keluarga korban. Pemeriksaan DNA masih bisa dilakukan asalkan tubuh korban masih utuh.
Untuk korban kebakaran sekalipun masih bisa dilakukan pemeriksaan DNA melalui organ dalam tetapi ketika tubuh korban sudah membusuk atau DNA inti sudah sangat rusak maka akan ada teknik lain untuk identifikasi.
Dari sekian banyak kerumitan yang dihadapi, pemeriksaan DNA adalah yang paling sulit dilakukan. Selain biaya yang sangat mahal waktu yang dibutuhkan pun tak bisa sebentar.
"Maka yang bisa ditempuh adalah dengan odontogram. Rekam medik dokter gigi pasti menjadi ujung tombak pertama," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)