Kepala Satgas FPU VIII AKBP John Huntal Sitanggang. Foto: MTVN/Lukman Diah Sari.
Kepala Satgas FPU VIII AKBP John Huntal Sitanggang. Foto: MTVN/Lukman Diah Sari.

Cara Petugas Perdamaian Menghibur Diri di Daerah Konfik

Lukman Diah Sari • 17 Maret 2017 04:18
medcom.id, Jakarta: Menjalankan misi perdamaian di wilayah konflik bukan hal yang mudah. Mental dan semangat harus terus dijaga. 
 
Hal itu pula yang dirasakan Force Police Unit (FPU) VIII Polri yang bertugas sebagai petugas perdamaian di Sudan. Namun, mereka mempunyai cara sendiri untuk menghibur diri selama bertugas di sana. 
 
"Hiburannya kalau kita nonton bareng, kadang nyanyi bareng, undang orang dari luar, staf UN (persatuan Bangsa-Bangsa)," kata Kepala Satgas FPU VIII AKBP John Huntal Sitanggang di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 17 Maret 2017. 

Menurut dia, tarian Gemu Famire Maumere juga jadi obat rindu bagi pasukan. Pihaknya bahkan juga mengajarkan kesenian Indonesia, seperti tarian Poco-Poco, kepada kontingen negara lain untuk berbagi kebahagiaan.
 
John mengatakan, hubungan dengan pasukan perdamaian PBB dari negara lain amat penting. Alhasil, beragam pertandingan digelar untuk membunuh waktu.  "Main bola, bulu tangkis. Jadi berupaya kehidupan kita tetap berjalan seperti biasa," ungkap dia. 
 
Cara Petugas Perdamaian Menghibur Diri di Daerah Konfik
Ilustrasi: Anggota Satgas Garuda Bhayangkara II FPU Indonesia IX memperagakan yel usai upacara pemberangkatan di Lapangan Baharkam Mabes Polri, Jakarta. Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja.
 
Hal ini, kata John, juga menjadi kesempatan untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia di luar negeri. Tak hanya untuk warga lokal tetapi juga kepada ke kontingen negara lain. 
 
"Enggak hanya tari Poco-Poco, yang lainnya juga semua kita tunjukkan. Seperti kita tunjukkan tarian Kecak, tari Rapat Gendang, Saman. Kita tampilin semua di sana," pungkas dia.
 
Baca: Petugas Perdamaian RI Akhirnya Pulang dari Sudan
 
Medio Desember 2015, FPU VIII diberangkatkan ke Sudan. Kala itu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pengiriman petugas ke daerah konflik merupakan salah satu implementasi tujuan nasional untuk berperan aktif sebagai pasukan perdamaian di PBB.
 
Namun, FPU VIII diterpa isu tidak sedap. Mereka diduga terlibat penyelundupan senjata. Sekitar 10 tas berisi senjata api dan amunisi ditemukan di teras Bandara Udara El Fasher pada Kamis, 19 Januari 2017, saat FPU VIII hendak pulang.
 
Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan bukti-bukti yang cukup atas dugaan keterlibatan FPU VIII dalam penyelundupan senjata di Bandara El Fasher. Mereka pun dipersilakan pulang dan tiba di Tanah Air 5 Maret. Sekitar 43 hari kepulangan mereka tertunda.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan