medcom.id, Jakarta: Pengamat politik Universitas Paramadina Ikhsan Tualeka menyebut konvensi Partai Demokrat hanyalah akal-akalan SBY untuk mendongkak popularitas Partai berlambang bintang mercy tersebut dan adik iparnya Pramono Edhie Wibowo.
Menurut Ikhsan, misi SBY mendongkrak suara PD melalui konvensi terbilang sukses dari yang sebelumnya popularitas PD berada di titik terendah berkisar 5 persen, menjadi 10 persen berdasarkan perolehan hasil pemilu legislatif.
Ikhsan menilai konvensi telah mengorbankan kader-kader terbaik bangsa seperti Anies Baswedan dan Dino Patti Djalal. Menurut Ikhsan, Anies dan Dino telah memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.
Pendidikan politik itu, kata Ikhsan, adalah Anies yang mundur dari rektor Universitas Paramadina dan Dino yang mundur dari Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.
"Mereka tidak ingin penyalahgunaan kekuasaan dan ingin lebih mengedepankan etika politik ketimbang mengejar kekuasaan," tuturnya.
Menurut Ikhsan, hasil survei konvensi patut diragukan. Popularitas Anies yang berada d ibawah Pramono dan Marzuki Alie patut dipertanyakan. Begitu pula popularitas Dino Patti yang berada di urutan terbawah.
"Hasil survei saya menduga sesuai pesanan. Kecuali popularitas Dahlan Iskan yang memang sulit untuk di rekayasa," tuturnya.
Dikatakan Ikhsan, konvensi menjadi pelajaran bagi Anies dan Dino yang memang baru terjun ke dunia politik.
"Kedua orang ini saya lihat sebagai anak muda yang cukup idealis dan punya gagasan gagasan cerdas. Ke depan mereka perlu lebih memahami bahwa dalam politik itu bisa saja mengaku kawan padahal sebenarnya lawan," katanya.
Menurut Tualeka, terobosan partai demokrat lewat konvensi akhirnya dicederai sendiri oleh ketua umumnya sendiri, seperti sebuah harakiri politik.
"Sejatinya, bila saja PD mau mengutamakan kepentingan kultur politik yang baik buat partai mereka maupun pembelajaran politik yang positif bagi bangsa ini, SBY sebagai pimpinan PD tidak mengorbankan orang-orang yang memiliki kapasitas, integritas dan telah memberikan kontribusi besar dalam konteks demokrasi representasi dan pemilihan demi ambisi politiknya", papar Tualeka.
medcom.id, Jakarta: Pengamat politik Universitas Paramadina Ikhsan Tualeka menyebut konvensi Partai Demokrat hanyalah akal-akalan SBY untuk mendongkak popularitas Partai berlambang bintang mercy tersebut dan adik iparnya Pramono Edhie Wibowo.
Menurut Ikhsan, misi SBY mendongkrak suara PD melalui konvensi terbilang sukses dari yang sebelumnya popularitas PD berada di titik terendah berkisar 5 persen, menjadi 10 persen berdasarkan perolehan hasil pemilu legislatif.
Ikhsan menilai konvensi telah mengorbankan kader-kader terbaik bangsa seperti Anies Baswedan dan Dino Patti Djalal. Menurut Ikhsan, Anies dan Dino telah memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.
Pendidikan politik itu, kata Ikhsan, adalah Anies yang mundur dari rektor Universitas Paramadina dan Dino yang mundur dari Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.
"Mereka tidak ingin penyalahgunaan kekuasaan dan ingin lebih mengedepankan etika politik ketimbang mengejar kekuasaan," tuturnya.
Menurut Ikhsan, hasil survei konvensi patut diragukan. Popularitas Anies yang berada d ibawah Pramono dan Marzuki Alie patut dipertanyakan. Begitu pula popularitas Dino Patti yang berada di urutan terbawah.
"Hasil survei saya menduga sesuai pesanan. Kecuali popularitas Dahlan Iskan yang memang sulit untuk di rekayasa," tuturnya.
Dikatakan Ikhsan, konvensi menjadi pelajaran bagi Anies dan Dino yang memang baru terjun ke dunia politik.
"Kedua orang ini saya lihat sebagai anak muda yang cukup idealis dan punya gagasan gagasan cerdas. Ke depan mereka perlu lebih memahami bahwa dalam politik itu bisa saja mengaku kawan padahal sebenarnya lawan," katanya.
Menurut Tualeka, terobosan partai demokrat lewat konvensi akhirnya dicederai sendiri oleh ketua umumnya sendiri, seperti sebuah harakiri politik.
"Sejatinya, bila saja PD mau mengutamakan kepentingan kultur politik yang baik buat partai mereka maupun pembelajaran politik yang positif bagi bangsa ini, SBY sebagai pimpinan PD tidak mengorbankan orang-orang yang memiliki kapasitas, integritas dan telah memberikan kontribusi besar dalam konteks demokrasi representasi dan pemilihan demi ambisi politiknya", papar Tualeka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIT)