Jenazah Paku Alam IX saat akan dipindah ke ruang forensik RSUD Sardjito, Yogyakarta, Sabtu (21/11). (Ahmad Mustaqim)
Jenazah Paku Alam IX saat akan dipindah ke ruang forensik RSUD Sardjito, Yogyakarta, Sabtu (21/11). (Ahmad Mustaqim)

Paku Alam IX, dari Sengketa Tahta hingga Mangkat

21 November 2015 18:12
medcom.id, Yogyakarta: Mendung masih menggayut di langit Yogyakarta. Sisa gerimis yang sesekali turun di tanah yang basah itu seolah tanda duka alam atas mangkatnya Sri Paduka Paku Alam IX, pada Sabtu 21 November.
 
"Sri Paduka gerah sepuh (sakit tua)," ujar Trisno Heru Nugroho, Kepala Humas dan Biro Hukum RSUP Dr Sardjito.
 
Dia berujar, Paku Alam IX masuk ruang ICU sejak 16 November 2015. Sejak itu, kondisinya terus menurun. Heru belum memberikan komentar banyak ihwal penyakit Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX di Yogyakarta, 7 Mei 1938. Sebelum ditahbiskan sebagai Paku Alam, dia lahir dengan nama Bendoro Raden Mas Haryo Ambarkusumo.
 
Dia merupakan putra tertua dari KGPAA Paku Alam VIII dan ibundanya KRAy Purnamaningrum.
 
Pada tahun 1966, ia menikah dengan teman SMA-nya. Perempuan itu bernama Koesoemarini, alumnus Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada. Dari pernikahannya, ia dikaruniai tiga orang putra. Mereka adalah BPH Suryodilogo, BRMH Haryo Seno, dan BRMH Haryo Danardono.
 
Beberapa catatan menyebut, Ambarkusumo adalah Adipati pertama dari Pakualaman yang ditahtakan setelah Indonesia merdeka. Ambarkusumo dinobatkan sebagai KGPAA Paku Alam IX pada 26 Mei 1999. Dia menggantikan mendiang ayahnya, Paku Alam VIII yang mangkat 11 September 1998.
 
Lantas, pada 2003, Sri Paduka diangkat menjadi Wakil Gubernur DIY periode 2003-2008, mendampingi Hamengku Buwono X sebagai gubernur. Kepemimpinan mereka bertahan hingga sekarang.
 
Namun, tahun 2012, Pura Pakualaman dikejutkan dengan pentahbisan KGPAA Paku Alam IX tandingan. Di Pantai Glagah Kulon Progo, tepatnya pada 15 April 2012, KPH Anglingkusumo mendeklarasikan menjadi KGPAA Paku Alam IX.
 
Pendeklarasian dilaksanakan pada acara sedekah laut. Dalam pengukuhan itu, sekitar 400 masyarakat Adikarto atau warga pesisir selatan turut menyaksikan. Ada pula 15 perwakilan masyarakat hukum adat Sabang-Merauke. 
 
Konflik bermula dari belum tuntasnya suksesi usai Paku Alam VIII mangkat. Dalam bukunya yang berjudul Dinasti yang Terkoyak, Anglingkusumo menulis proses suksesi hingga pengukuhan Ambarkusumo belum mendapat persetujuan seluruh ahli waris.
 
Silang sengketa tahta itu masih terjadi hingga Ambarkusumo atau KGPAA Paku Alam IX mangkat siang tadi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan