Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI. Foto: Dok/Metro TV
Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI. Foto: Dok/Metro TV

Metro Pagi Primetime

Evaluasi Ahli Soal Mitigasi Covid-19 Varian Omicron

MetroTV • 05 Januari 2022 09:58
Jakarta: Presiden Joko Widodo meminta seluruh jajarannya menyiapkan prosedur mitigasi dalam menghadapi Covid-19 varian Omicron. Penyebaran varian Omicron bukan hanya dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), namun juga dari transmisi lokal.
 
"Sudah terjadi transmisi lokal kasus Omicron, sehingga mitigasi harus kita siapkan," kata Jokowi saat rapat terbatas (ratas) evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Senin, 3 Januari 2021.
 
Sebelumnya, Pemerintah telah mengumumkan mengenai bertambahnya kasus varian Omicron dari 68 kasus pada 27 Desember 2021, menjadi 136 kasus. Dari 68 kasus tersebut, 29 di antaranya adalah orang tanpa gejala (OTG).

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara sekaligus Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama merespons mengenai ratas evaluasi PPKM tersebut. Menurutnya, varian Omicron harus dicari dari sumber penularannya. Melacak orang yang menularkan hanya akan mencoba menghentikan dari orang yang terkena varian Omicron ke orang berikutnya.
 
"Tetapi kalau sumber penularannya tidak ketemu, sumber penularannya bisa menyebarkan ke berbagai orang. Bukan hanya orang transmisi lokal yang kita temukan," ujar Tjandra dalam Program Metro Pagi Primetime Selasa, 4 Januari 2022.
 
Tjandra menyarankan agar pemerintah fokus dalam mitigasi pada transmisi lokal penyebaran Omicron. Meskipun Omicron banyak berasal dari pendatang luar negeri, namun mitigasi transmisi lokal harus diprioritaskan, mengingat penyebaran melalui perjalanan lokal tidak memiliki masa karantina seperti perjalanan luar negeri.
 
Ia juga menyarankan agar vaksinasi terus digalakkan sehingga terbentuk herd immunity. "Jadi pada tahun 2021 kita sudah hidup dengan vaksin. Apa yang perlu dilakukan mengenai vaksin adalah terus meningkatkan (vaksinasi) semaksimal mungkin," kata Tjandra.
 
Apalagi kata dia, saat ini vaksin sudah banyak diproduksi dan tidak seperti pada awal 2021, sehingga target vaksin 100 persen harus dikejar. Tjandra juga menyayangkan tindakan pemerintah yang kurang ketat dalam melaksanakan PPKM.
 
"Kalau memang bisa diperketat (PPKM), mungkin kasusnya akan naik. Tetapi korbannya tidak sebanyak yang terjadi saat ini," ujar Tjandra.
 
Selain mengevaluasi mengenai vaksin dan PPKM, menurut Tjandra hal yang penting juga adalah kesiapan rumah sakit beserta alat-alatnya. Namun, yang paling penting lagi adalah kesiapan dari tenaga kesehatan. "Karena oksigen bisa dibeli, ventilator bisa dicari. Tetapi tenaga kesehatan harus disiapkan sejak awal," tutur Tjandra.
 
Terakhir, Tjandra menegaskan bahwa pentingnya kesiapan tenaga kesehatan adalah untuk mengatasi naiknya kasus. Meskipun varian Omicron memiliki kasus yang tinggi, namun tidak seberat Delta yang cukup banyak menelan korban pada Juni-Juli 2021.
 
"Penularan Omicron cukup besar, tetapi kemungkinan masuk rumah sakit lebih kecil daripada varian Delta yang lalu," kata dia. (Hana Nushratu)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan