medcom.id, Jakarta: Keluarga korban mengaku belum mendapat informasi terkait penyebab ledakan ruangan bertekanan tinggi di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjdo, Jakarta Pusat, yang terjadi 14 Maret lalu. Pihak rumah sakit dituntut transparan terkait kasus yang menewaskan empat orang ini.
Keluarga mengaku tak puas terhadap informasi yang disampaikan pihak rumah sakit. Try Murni, istri Irjen Purnawirawan Abubakar Nataprawira, salah seorang korban tewas dalam insiden itu, mengaku prihatin dengan lambannya pengungkapan kasus ledakan tersebut.
"Kami prihatin atas lambannya penanganan kasus ini. Kami meminta aparat hukum untuk mengungkap kasus ini," kata Try yang juga anggota Komisi IX DPR di Komnas Hak Asasi Manusia, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2016).
Try Murni dengan Susilawaty yang merupakan istri korban Edi Suwardi Suryadiningrat melapor ke Komnas HAM. Mereka merasa penanganan kasus ledakan berujung maut itu tidak profesional.
Penyelidikan, kata dia, terkesan ditutup-tutupi dan tidak terbuka. Karena itu, selain ke Komnas HAM pihaknya berencana menempuh langkah hukum dengan menyampaikan pengaduan ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Komisi I, Komisi III, dan Komisi IX DPR.
"Kami juga akan laporan kepada Ombudsman, Panglima TNI, dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut," kata Try.
Laporan pengaduan diterima secara resmi oleh Ketua Komnas HAM Nur Kholis. Try berharap Komnas HAM dapat mengambil tindakan tegas dan memberikan rekomendasi kepada lembaga hukum untuk penyelesaian kasus ini.
"Saya berharap Komnas HAM melakukan koordinasi dengan Panglima TNI, dan perlunya objektifitas dalam penanganan dan penyelesaian kasus ini," kata dia.
Susilawaty yang juga ibu dari korban Dimas Qadar Radityo meminta penyelidikan dapat dilakukan instansi yang kompeten. Ia meminta hasil penyelidikan dapat diumumkan kepada publik.
Susilawaty juga menuntut penyelidikan berjalan adil tanpa memandang status RSAL sebagai rumah sakit milik TNI.
"Agar penyelidikan berjalan adil seadil-adilnya, sebagaimana kasus malapraktik di rumah sakit lain," kata dia.
Susilawaty juga menyayangkan sikap pihak rumah sakit yang dinilai arogan. Ia pun mengaku akan memperjuangkan hak korban dan keluarga yang ditinggalkan.
"Saya akan memperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Semua orang sama di negara hukum," kata Try.
Minta Keterangan Kasal
Ketua Komnas HAM Nur Kholis akan meminta keterangan dari pihak RSAL Mintohardjo dan Kepala Staf Angkatan Laut terkait masalah ini. Jika penyelidikan telah selesai dilakukan, ia meminta TNI AL mengungkap hasil penyelidikan itu.
Selain itu, Komnas HAM juga akan meminta keterangan dari polisi terkait perkembangan dari kasus ini. Nur Kholis menegaskan, Komnas HAM tak akan mencari siapa yang salah dan benar dalam kasus ini. Perisitiwa ini harus diungkap agar masyarakat belajar dan tak terjadi kejadian serupa.
"Ini penting kasus ini diungkap seterangnya. Agar tidak kejadian lagi. Bagi saya, ini mau rumah sakit Angkatan Laut atau pemerintah itu dia sama," kata Nur Kholis.
Ledakan di ruangan bertekanan tinggi di RSAL Mintohardjo terjadi 14 Maret. Ledakan ini menewaskan empat orang, yakni Irjen Pol Purn Abubakar Nataprawira, Edy Suwardi Suryaningrat, Dimas Qadar Radityo, dan Ketua Umum PGRI Sulistyo.
medcom.id, Jakarta: Keluarga korban mengaku belum mendapat informasi terkait penyebab ledakan ruangan bertekanan tinggi di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjdo, Jakarta Pusat, yang terjadi 14 Maret lalu. Pihak rumah sakit dituntut transparan terkait kasus yang menewaskan empat orang ini.
Keluarga mengaku tak puas terhadap informasi yang disampaikan pihak rumah sakit. Try Murni, istri Irjen Purnawirawan Abubakar Nataprawira, salah seorang korban tewas dalam insiden itu, mengaku prihatin dengan lambannya pengungkapan kasus ledakan tersebut.
"Kami prihatin atas lambannya penanganan kasus ini. Kami meminta aparat hukum untuk mengungkap kasus ini," kata Try yang juga anggota Komisi IX DPR di Komnas Hak Asasi Manusia, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2016).
Try Murni dengan Susilawaty yang merupakan istri korban Edi Suwardi Suryadiningrat melapor ke Komnas HAM. Mereka merasa penanganan kasus ledakan berujung maut itu tidak profesional.
Penyelidikan, kata dia, terkesan ditutup-tutupi dan tidak terbuka. Karena itu, selain ke Komnas HAM pihaknya berencana menempuh langkah hukum dengan menyampaikan pengaduan ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Komisi I, Komisi III, dan Komisi IX DPR.
"Kami juga akan laporan kepada Ombudsman, Panglima TNI, dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut," kata Try.
Laporan pengaduan diterima secara resmi oleh Ketua Komnas HAM Nur Kholis. Try berharap Komnas HAM dapat mengambil tindakan tegas dan memberikan rekomendasi kepada lembaga hukum untuk penyelesaian kasus ini.
"Saya berharap Komnas HAM melakukan koordinasi dengan Panglima TNI, dan perlunya objektifitas dalam penanganan dan penyelesaian kasus ini," kata dia.
Susilawaty yang juga ibu dari korban Dimas Qadar Radityo meminta penyelidikan dapat dilakukan instansi yang kompeten. Ia meminta hasil penyelidikan dapat diumumkan kepada publik.
Susilawaty juga menuntut penyelidikan berjalan adil tanpa memandang status RSAL sebagai rumah sakit milik TNI.
"Agar penyelidikan berjalan adil seadil-adilnya, sebagaimana kasus malapraktik di rumah sakit lain," kata dia.
Susilawaty juga menyayangkan sikap pihak rumah sakit yang dinilai arogan. Ia pun mengaku akan memperjuangkan hak korban dan keluarga yang ditinggalkan.
"Saya akan memperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Semua orang sama di negara hukum," kata Try.
Minta Keterangan Kasal
Ketua Komnas HAM Nur Kholis akan meminta keterangan dari pihak RSAL Mintohardjo dan Kepala Staf Angkatan Laut terkait masalah ini. Jika penyelidikan telah selesai dilakukan, ia meminta TNI AL mengungkap hasil penyelidikan itu.
Selain itu, Komnas HAM juga akan meminta keterangan dari polisi terkait perkembangan dari kasus ini. Nur Kholis menegaskan, Komnas HAM tak akan mencari siapa yang salah dan benar dalam kasus ini. Perisitiwa ini harus diungkap agar masyarakat belajar dan tak terjadi kejadian serupa.
"Ini penting kasus ini diungkap seterangnya. Agar tidak kejadian lagi. Bagi saya, ini mau rumah sakit Angkatan Laut atau pemerintah itu dia sama," kata Nur Kholis.
Ledakan di ruangan bertekanan tinggi di RSAL Mintohardjo terjadi 14 Maret. Ledakan ini menewaskan empat orang, yakni Irjen Pol Purn Abubakar Nataprawira, Edy Suwardi Suryaningrat, Dimas Qadar Radityo, dan Ketua Umum PGRI Sulistyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)