Franz Magnis Suseno dan Quraish Shihab (tengah) menyimak sambutan B.J Habibie.
Franz Magnis Suseno dan Quraish Shihab (tengah) menyimak sambutan B.J Habibie.

Merawat Toleransi Kunci Demokrasi

Media Indonesia • 27 Mei 2016 11:33
medcom.id, Jakarta: Demokrasi tumbuh selaras dengan berkembangnya perbedaan dan keragaman. Dengan perbedaan dan keragaman, demokrasi dapat berkembang menuju ke tingkat kedewasaan.
 
Ketua Dewan Direktur The Habibie Center Sofian Effendi mengatakan menjaga kemajemukan dan toleransi antarumat beragama merupakan kunci menuju hal itu.
 
"Mempertahankan kemajemukan dan mendorong toleransi beragama merupakan kunci demokrasi. Indonesia sangat plural, contoh bagi banyak negara yang sampai sekarang masih ada masalah dalam mempertahankan kehidupan beragama," ujar Sofian saat memberikan sambutan pada perayaan ulang tahun ke-80 Franz Magnis Suseno yang diselenggarakan The Habibie Center di kediaman Presiden ketiga Indonesia BJ Habibie, kawasan Patra Kuningan Jakarta, kemarin.

Selain Habibie, hadir dalam perayaan itu cendekiawan Quraish Shihab, Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie, dan tokoh hak asasi manusia H.S. Dillon.
 
Franz Magnis, kata Sofian, merupakan salah satu tokoh yang mampu menjaga kemajemukan selama delapan dekade.
 
Franz Magnis, yang lahir di Eckersdorf, Jerman, 26 Mei 1936, ialah rohaniwan yang menjadi warga negara Indonesia pada 1977.
 
Habibie yang berteman dengan Franz Magnis sejak kuliah di Jerman mengutarakan kekagumannya pada sosok penerima Bintang Mahaputra Utama itu dalam menjaga toleransi dan kemajemukan.
 
Menurut Habibie, Franz Magnis merupakan tokoh yang pemikiran-pemikirannya dalam segi toleransi antarumat beragama perlu diteladani.
 
"Jejak-jejak dari salah satu kolega selama 80 tahun yang patut diteladani," kata Habibie yang juga akan berusia 80 tahun pada Juni mendatang.
 
Habibie mengingatkan pentingnya masyarakat Indonesia untuk mampu menghargai bukan hanya agama, melainkan juga budaya yang telah ada turun-temurun.
 
Dengan adanya budaya, kata Habibie, masyarakat Indonesia dapat hidup rukun antarumat beragama.
 
Quraish Shihab menyebut pemikiran Franz Magnis harus tetap digelorakan.
 
Merawat Toleransi Kunci Demokrasi
Budayawan Franz Magnis Suseno menyampaikan pandangannya dalam acara "Merawat keberagaman dan toleransi beragama : 80 tahun Romo Franz Magnis" di Pendopo Habibie Ainun, Jakarta, Rabu, (26/5/2016). Foto: MI/Atet Dwi Pramadia
 

Quraish menegaskan agama sama sekali tidak mengajarkan diskriminasi serta kekerasan terhadap kelompok dan agama tertentu.
 
Agama, kata Quraish, justru mengajarkan untuk menjaga kemajemukan.
 
"Mengingkari kemajemukan sama saja mengingkari keniscayaan hidup sekaligus mengingkari ajaran agama," tegasnya.
 
Franz Magnis mengatakan ia optimistis dengan masa depan Indonesia meski terdapat masalah dan tantangan dalam kehidupan beragama.
 
Ia berpendapat tantangan dan masalah tidak membuat Indonesia terpecah, sebab konsensus dasar UUD dan Pancasila tidak memberikan perlakuan khusus kepada salah satu agama.
 
Dalam kesempatan itu Franz Magnis menyebut, setelah berusia 80 tahun, ia memiliki lima cita-cita untuk Indonesia.
 
Pertama, ia berharap nantinya masyarakat Indonesia tidak perlu takut dan terancam akan keyakinan yang dianut.
 
Kedua, ia berharap demokrasi Indonesia tidak lagi bergeser ke ideologi neofeodalisme yang mengembalikan kepemimpinan kepada elite tertentu.
 
Ketiga, ia meminta sila kedua Pancasila mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab benar-benar diterapkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan